Novena Natal, Apakah Itu?

2214

HIDUPKATOLIK.com – Apakah persiapan jangka pendek dalam ibadat harian dan Misa harian untuk menyambut kelahiran Yesus tak dimaksudkan sebagai novena, karena dimulai 17 Desember? Kalau persiapan jangka pendek diganti Novena Natal, bolehkah diawali 16 Desember? Apa yang perlu ditekankan dalam Novena Natal? Bagaimana bentuk Novena Natal?

Shanty Jatmiko, Malang

Pertama, memang benar bahwa persiapan jangka pendek menyambut Natal tidak dimaksudkan sebagai novena, karena dimulai 17 Desember. Konsekuensinya, jarak dari 17 sampai 24 Desember hanya delapan pagi hari atau tujuh sore. Jika untuk persiapan jangka pendek digunakan Novena Natal tentu awal novena harus dimajukan. Jika diadakan sore hari, Novena Natal diadakan 15 sampai 23 Desember. Jika diadakan pagi hari, Novena Natal bisa dilakukan 16 sampai 24 Desember. Atau kompromi antara keduanya, yaitu diadakan setiap sore mulai 16 Desember dan ditutup 24 Desember pagi. Kompromi ini diambil Komisi Liturgi Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dalam buku kecil “Novena Natal, 16 Desember sore s.d. 24 Desember pagi” (Obor, Desember, 2012).

Penetapan waktu ini bukan ketentuan resmi yang mengikat, tapi hanya usulan praktis. Beberapa paroki merasa bahwa novena sebaiknya diadakan sore hari supaya bisa diikuti lebih banyak umat. Di Filipina, Novena Natal (filipino: simbang gabi) diadakan sebelum fajar, sekitar pukul 04.00 atau 04.30, dan karena itu diawali 16 Desember (bdk. HIDUP, no. 50, 16 Desember 2007).

Kedua, peristiwa inkarnasi Sang Sabda menjadi manusia adalah kejadian yang mempunyai makna sangat kaya dan mendalam. Kekayaan dan kedalaman makna itu tidak bisa sungguh diserap dan dihayati umat hanya dalam satu kali perayaan Ekaristi pada Malam Natal. Kekayaan dan kedalaman makna ini tercermin secara sangat jelas dalam berbagai renungan yang dilakukan para Bapa Gereja tentang peristiwa yang luhur dan mulia ini. Dengan Novena Natal, kekayaan dan kedalaman makna Natal bisa diuraikan dan dengan demikian dinikmati umat untuk memperkaya penghayatan iman. Novena Natal menjadi sarana untuk berkatekese secara efektif, sekaligus merayakan iman. Tentu saja, Novena Natal tetap harus bersifat persiapan, dan bukan mendahului perayaan Malam Natal.

Ketiga, Novena Natal dapat berbentuk ibadat saja atau ibadat dan dilanjutkan dengan Misa. Buku kecil Novena Natal di atas menyajikan rumus lengkap, termasuk bacaan dan doa umat untuk setiap hari selama sembilan hari. Yang menarik dari rumusan itu ialah ada nyanyian “Ajakan Penantian Almasih” setelah pembukaan dan sebelum madah. Jika Novena Natal dilakukan dalam bentuk ibadat dan Misa, rumusan Misa hari yang bersangkutan bisa dipakai, tetapi ritus tobat diganti Ajakan Penantian Almasih, Madah, dan Mazmur-Kidung. Yang juga mencolok dalam buku ini ialah disediakan bacaan dan renungan dari para Bapa Gereja, seperti yang termuat dalam Ibadat Bacaan selama hari-hari tersebut. Inilah sarana katekese untuk membantu umat menyingkap dan menikmati kekayaan dan kedalaman makna misteri Inkarnasi Sang Sabda.

Keempat, kelemahan dari buku kecil ini ialah sifat umum dari Novena Natal, artinya tidak mengikuti tema aktual yang dipilih para Bapa Uskup dalam pesan Natal dari tahun yang bersangkutan. Tahun 2014 ini dipilih tema “Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga” (Im 26:12). Jika dikehendaki, Komisi Liturgi KWI atau masing-masing keuskupan bisa membuat buku panduan Novena Natal sesuai pesan Natal tahun yang bersangkutan. Tentu saja tujuan menggali dan menikmati kedalaman dan kekayaan makna Natal tetap harus diperhatikan, sehingga Novena Natal tidak menjadi sekedar tambahan satu lagi doa berturut-turut selama sembilan hari..

Petrus Maria Handoko CM

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini