HIDUPKATOLIK.COM–“APAKAH YANG HARUS KAMI PERBUAT?” (Luk. 3:10)
Umat Allah yang diberkati, para Imam, Diakon, Suster, Frater, Bruder yang dikasihi Tuhan,
Mulai hari Minggu tanggal 3 Desember 2017, Gereja Semesta mengawali Tahun Baru Liturginya (Tahun B/II) dengan Hari Minggu Adven Pertama. Masa Adven yang dirayakan selama empat minggu sebelum Hari Raya Natal pada tanggal 25 Desember merupakan hari-hari persiapan perayaan Natal itu. Tetapi fungsi yang paling utama ialah untuk mengingatkan Gereja setiap tahun supaya selama hidup di dunia ini selalu dan tetap “hati-hati dan berjaga-jaga” (Mrk. 13:13). Di dunia ini, orang beriman Kristiani adalah peziarah yang sedang bergegas menuju Rumah Bapa Surgawi (Yoh. 14:2), suatu “langit dan bumi yang baru” (Why. 21:1). Selama perjalanan itu tak pernah boleh lengah. “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (I Ptr. 5:8). Pun pula sesaat pun jangan lelah memandang ke depan mengangkat kepala menyongsong datangnya keadaan baru yang sempurna, jauh lebih cemerlang secara tak tertandingi dibandingkan dengan kediaman kita saat ini di bumi.
Masa penantian itu haruslah diisi bukan dengan bermalas-malas atau dengan hidup seenak-enaknya/sesukanya sendiri, melainkan dengan bekerja keras dan berjerih-payah. Setiap orang, keluarga, kelompok, suku bangsa, diberi tanggung jawabnya sendiri-sendiri (Mrk. 13:34). Tugas itu sekali waktu wajib dipertanggungjawabkan kepada Pemilik dan Pemberi Kehidupan yaitu Allah sendiri. Pada saat bersamaan janganlah hidup Kristiani ditandai dengan ketakutan dan kecemasan. Sebab pada waktu itu, “Allah Bapa kita” (Yes. 63:16) Pemberi tugas itu akan “menyongsong mereka yang melakukan kebenaran dan yang mengindahkan jalan yang ditunjukkan-Nya” (bdk. Yes. 64:5)!
Saudari-saudara terkasih di dalam Kristus,
Para Uskup se-Indonesia yang bergabung dalam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menyelenggarakan Sidang Tahunan di Jakarta dari tanggal 6-16 November 2017 yang lalu. Tiga hari pertama, 6-9 November diisi dengan studi bersama. Tema yang digumuli tahun ini adalah: “MENJADI GEREJA YANG RELEVAN DAN SIGNIFIKAN: PANGGILAN GEREJA MENYUCIKAN DUNIA”. Sesudah menerima masukan dari para ahli melalui diskusi dalam kelompok-kelompok dan diskusi umum, para Uskup sampai pada sejumlah kesimpulan. Selanjutnya kesimpulan itu disampaikan kepada umat Katolik se-Indonesia dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Muncul kesadaran baru, ada kerinduan kuat serta tekad bulat untuk mendorong seluruh Gereja, umat beriman Kristiani untuk menunaikan perannya dalam masyarakat secara lebih berani, bangga, dan berdampak positif untuk kesejahteraan seluruh bangsa. Umat Katolik didorong untuk menghayati hidup mereka sebagai orang Katolik dan berperan dalam masyarakat sebagai orang Indonesia tulen dengan sepenuh-sepenuhnya.
Hidup berkelompok secara tertutup/tersendiri dalam komunitasnya, tanpa berbaur dengan sesama warga masyarakat yang berbeda agama, ras, suku, atau budayanya tidak sejalan dengan hidup Katolik yang benar. Mereka seharusnya tampil di ruang publik mana pun yang tersedia pada tingkatan apapun sebagai saudara dan sahabat bagi siapapun serta siap dengan rendah hati dan tulus mengulurkan tangan kasih kepada siapa atau kelompoik mana saja yang membutuhkannya. Aneka panggung yang tersedia misalnya media (cetak, elektronik, sosial), organisasi kemasyarakatan, perkumpulan, kelompok hobi dan olahraga, kerukunan, nonton bareng atau pentas seni bersama di RT dan RW serta banyak lagi. Dengan begitu orang Katolik tidak kemana-mana. Mereka tetap disatukan dalam pengakuan iman Gereja Katolik dengan bantuan dan teladan Bunda Maria Hamba Allah dan Bunda kaum beriman. Tetapi sebaliknya, melalui keterlibatan dalam berbagai segi kehidupan bermasyarakat, mereka ada dimana-mana! Bidang apapun yang mereka tekuni dalam masyarakat, mereka tampil dengan kualitas terbaik, baik sebagai pribadi maupun secara kelompok. Kehadiran merka selalu membawa pembebasan dan pencerahan bagi kelompoknya dan bagi keseluruhan. Mereka menjadi saudara dan sahabat bagi semua orang. Kehadirannya selalu didorong oleh kasih yang tulus dan pelayanan yang tuntas kepada Allah dan sesama serta kepedulian tanpa pamrih kepada kelestarian alam ciptaan dan lingkungan di sekitarnya. Mereka sungguh “garam” dan “terang dunia” (Mat. 5:13-14).
Saudari-saudara terkasih di dalam Kristus,
Mulai tanggal 1 Januari 2018 di seluruh pelosok Keuskupan Banjarmasin mulailah tahun ke-4, Tahun Hukum dam Moral Gereja, dalam rangka pelaksanaan Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin. Tolok ukur keberhasilan program tahun 2018 itu ialah:
- Semua keluarga Katolik memiliki Statuta Keuskupan Banjarmasin.
- 80% umat Katolik sudah membaca buku Statuta Keuskupan Banjarmasin.
- Semua keluarga Katolik memiliki Kitab Hukum Kanonik/KHK
(lihat Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin 2015-2024, halaman 31-33).
Pokok-pokok ajaran Gereja Katolik mengenai hukum dan moral itu memandu dan mengarahkan umat se-Keuskupan Banjarmasin dalam menjalani ziarah kehidupan “demi memancarkan kasih Allah di Kalimantan Selatan”. Dengan mematuhi kaidah-kaidah hukum dan moral itu terjaga dan terjamin bahwa arah, tujuan, dan cara hidup kita sungguh menampilkan panggilan untuk menjadi 100% Katolik yang sekaligus 100% warga Indonesia Banua. Kehadiran kita sebagai warga Banua haruslah menjadikan wajah Ibu Pertiwi kita ini semakin indah dan menawan seperti pada awal mula penciptaannya (bdk. Kej. 1:25).
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Seiring dengan itu pula kehidupan seluruh warga masyarakat (apapun suku, agama, ras, dan budayanya) semakin dimuliakan dan bermartabat. Dengan begitu dalam suasana persaudaraan dan kebersamaan dengan semua warga Banua kita merawat dan meningkatkan indahnya hidup bersama dan bersesama. Beragam tapi satu dalam pengamalan nilai-nilai dasar negara kita Pancasila. Bila demikian halnya, semoga tetap bergemalah dalam hidup setiap insan Kristiani sepanjang tahun 2018 yang akan datang, pesan Natal bersama tahun 2017 Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), “Hendaklah Damai Sejahtera Kristus Memerintah dalam Hatimu” (Kol. 3:15).
Damai sejahtera memenuhi hati saudara-saudari melalui Perayaan Natal 2017 dan sukacita serta kekuatan pengharapan mengiringi perjalanan kehidupan sepanjang tahun 2018.
Allah adalah Kasih, DEUS CARITAS EST (1Yoh. 4:16).
Diberikan di Banjarmasin,
Minggu, 26 November 2017
pada Pesta Yesus Kristus Raja Semesta Alam,
† Petrus Boddeng Timang
Uskup Keuskupan Banjarmasin