Demi Gizi Seminaris

441
Para aktivis GOTAUS saat menggalang dana.
[Dok.GOTAUS]

HIDUPKATOLIK.com – Umat mesti terlibat di pelbagai bidang proses pendidikan calon imam. GOTAUS membantu mencukupi gizi para seminaris, mengajak umat untuk ikut serta membantu.

Sidang tahunan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) akan berlangsung Senin-Kamis, 6-16 November 2017. Pada sela-sela Sidang, para Uskup dari seluruh Indonesia akan merayakan Misa konselebrasi di Gereja St Yohanes Bosco Danau Sunter, Keuskupan Agung Jakarta, pada Minggu, 12/11. Misa ini diselenggarakan Gerakan Orang Tua Asuh untuk Seminari (GOTAUS). “Ini Misa rutin tahunan untuk mengucap syukur atas penyertaan Tuhan bagi GOTAUS dalam membantu pendidikan seminari menengah di seluruh Indonesia,” kata Agustinus Tjiptoutojo Windoe, Ketua Umum GOTAUS, saat ditemui pekan lalu.

GOTAUS, jelas Tjipto, merupakan gerakan kaum awam yang terorganisir sebagai wujud partisipasi umat dalam mempersiapkan imam yang sehat, andal, dan kontekstual. GOTAUS merupakan salah satu dari empat mitra Komisi Seminari KWI yang fokus untuk urusan dapur. “Kami membantu untuk penambahan bidang gizi para seminaris. Gizi yang terjamin akan membuat mereka sehat, sehingga proses belajar juga menjadi baik.”

Ketiga mitra yang lain juga memiliki fokus masing-masing. Kelompok Semangat fokus pada pembangunan fisik seminari. Paguyuban Gembala Utama konsen pada bidang pendidikan di seminari. Sementara, Komunitas Peduli Seminari fokus pada pemanfaatan lahan seminari agar bisa berswasembada.

GOTAUS didirikan pada 10 Mei 2001 atas inisiatif Mgr Blasius Pujaraharja yang saat itu menjadi Uskup Ketapang. Mgr Pujaraharja, jelas Tjipto, sangat konsen dengan pendidikan calon imam di Indonesia. Inisiatif Mgr Pujaraharja tak bertepuk sebelah tangan. Beberapa bankir yang kala itu berkarya di Bank Indonesia dan bank yang lain menggelar pelbagai kegiatan penggalangan dana. Para bankir ini menjadi embrio GOTAUS. Beberapa bankir pendiri itu, antara lain, HY. Susmanto, Paul Soetopo, Cyrillus Harinowo, dan FX. Srimartono.

Semakin Banyak
Tujuan pendirian GOTAUS, jelas Tjipto, membantu meningkatkan kualitas calon imam, menunjang hidup sehat jasmani dan rohani, dengan menyalurkan dana bantuan kepada seminari-seminari menengah di seluruh Indonesia. “Harapannya, pada kemudian hari kita akan memiliki imam-imam yang andal sesuai dengan zamannya, sehat, dan cemerlang, untuk membimbing umat Allah di Indonesia.”

Sebagai gerakan awam, GOTAUS tentu membutuhkan partisipasi umat. GOTAUS menanamkan tanggung jawab di kalangan umat, berlandaskan pada kesadaran diri, suara hati, dan kehendak bebas dalam pengembangan pendidikan seminari menengah di Indonesia. Keterlibatan itu bisa melalui donasi saat GOTAUS melakukan sosialisasi di paroki-paroki. Umat bisa menyumbang dengan pelbagai cara; tunai, transfer ke rekening GOTAUS, atau dengan kartu kredit. Selain itu, umat bisa mengambil paket donasi per anak sebesar Rp 100.000 per bulan, dengan mengirimkan dana secara rutin.

Setiap kali datang ke sebuah paroki, GOTAUS menggalang dana melalui sosialisasi pada setiap kali Misa. GOTAUS, selama ini, banyak berkutat di paroki-paroki Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Beberapa kesempatan, mereka melakukan sosialisasi ke paroki di Bandung, Malang, dan Palembang. “Maka kami mengusulkan agar Malang dan Bandung punya GOTAUS. Tujuannya, agar Bandung dan Malang bisa mandiri dalam membantu seminari-seminari di sana.”

Nia, salah satu staf GOTAUS menjelaskan, mereka juga melakukan sosialisasi pada Misa Jumat Pertama (Jumper) di beberapa perusahaan, seperti BCA, Mayapada, atau Astra. Kata Nia, Misa di komunitas-komunitas ini lumayan memberikan sumbangsih. “Karena di sana banyak eksekutif.”

Selain dari penggalangan dana, GOTAUS saat ini memiliki 750 donatur per bulan, beberapa di antaranya rutin menyumbang, sebagian lain sesekali. Nominal donasi pun beragam. Tjipto berharap, agar semakin banyak umat yang mau terlibat dalam pendidikan seminari. “Supaya semakin banyak yang aktif menjadi anggota GOTAUS, tak hanya insidentil.”

Semakin Berkembang
Saat ini Keuskupan Surabaya, Palangkaraya, Pangkalpinang, dan Pontianak juga memiliki GOTAUS. GOTAUS Keuskupan Agung Pontianak yang baru terbentuk pada September silam, merupakan perkembangan dari Kelompok Peduli Seminari di Pontianak. Secara organisasi, GOTAUS di beberapa Keuskupan itu tidak menginduk kepada GOTAUS Mitra Komisi Seminari KWI. Prioritas GOTAUS di pelbagai Keuskupan itu membantu seminari di Keuskupan masing-masing. Namun, GOTAUS Keuskupan bisa juga membantu seminari di Keuskupan lain melalui kordinasi dengan Komisi Seminari KWI.

Segenap awak GOTAUS, kata Tjipto, berusaha mensosilasiasikan gerakan ini melalui setiap Keuskupan, agar GOTAUS ada di setiap Keuskupan. Keuskupan Malang dan Bandung akan menjadi destinasi dalam waktu dekat. “Maksudnya, agar umat punya sense of belonging terhadap seminari dan terhadap iman Katolik. Kalau nggak ada pastor bagaimana?”

Tjipto mengatakan, kendati nanti para seminaris tidak menjadi imam, mereka paling tidak menjadi kader Katolik yang militan. “Kita realistis saja, tidak semua seminaris menjadi imam. Tetapi yang menjadi awam pasti menjadi kader andalan Gereja. Maka, pendidikan seminari amat penting,” jelas mantan Direktur Perbanas ini.

Konsep asuh ala GOTAUS berbeda dengan program Ayo Sekolah, Ayo Kuliah (ASAK). GOTAUS membantu lembaga bukan langsung ke pribadi para seminaris. Sementara orangtua asuh ASAK mengetahui dana sumbangannya untuk siapa, karena langsung ke anak asuh. “Jadi, kalau ASAK, antara orangtua dengan anak asuh saling kenal. Ketika studinya selesai, maka orangtua asuh bangga. Sementara GOTAUS tidak saling mengenal. Di sisi ini, GOTAUS mungkin tidak membanggakan untuk berdonasi,” simpul Nia.

Donasi dari GOTAUS kepada seminari-seminari menengah di seluruh Indonesia dikirimkan per enam bulan sekali, sesuai jumlah siswa yang diajukan oleh seminari yang bersangkutan. Saat ini ada enam seminari di Regio Jawa, tujuh di Regio Kalimantan, sembilan di Regio Flobamora, empat di Regio Sumatera, dan 12 di regio Manado, Ambon, Makasar, Papua.

Selain berdonasi, umat juga diharapkan ikut ambil bagian sebagai aktivis dengan ikut melakukan penggalangan dana dan sosialisasi kepada umat di berbagai paroki atau tempat yang lain. “GOTAUS saat ini mencari tenaga sukarelawan untuk kaderisasi dan kegiatan penggalangan dana. Saya berharap, banyak umat, khususnya orang muda Katolik mau menjadi volunteer untuk misi ini,” kata Tjipto.

Keterlibatan umat, kata Tjipto, merupakan panggilan dan tanggung jawab iman. Hal itu sepenarian dengan apa yang diserukan St Paus Yohanes Paulus II; “Setiap umat Katolik bertanggung jawab atas pembinaan calon imam mereka.”

Edward Wirawan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini