Jadilah Terang Sekecil Apa pun Sinarnya

1188
[ilustrasi foto: https://mjtimes.sk.ca]

HIDUPKATOLIK.COM – Jadilah Terang, Sekecil Apa pun Sinarnya

[kilas balik Hidup edisi-51 hal.39,21 Desember 2008]

SETIAP menjelang Natal tiba dan tahun baru mulai mengintip, hati saya selalu dipenuhi keharuan. Saya merasakan Tuhan memperbaharui hidup saya dari waktu ke waktu. Saya berdiam diri dan merenung dalam keheningan hati makna terang dalam hidup saya.

Yesus datang sebagai terang dunia. Gambaran tentang terang yang dimengerti awam adalah pancaran sinar yang memberi cahaya pada kegelapan. Hidup saya melalui sebuah proses pendewasaan iman. Sungguh bukan hanya keindahan yang bertaburan bintang ada di depan mata saya. Tapi Tuhan juga memberi ujian.

Dia menghendaki manusia menjalaninya dengan kepasrahan total dan tetap teguh ketika dibentuk, tidak setengah-setengah, apalagi berlari menghindar. Dalam kondisi seperti itu saya berusaha memahami misteri Allah dan bertahan karena kekuatan ajaib yang dibentuk Tuhan melalui penyerahan diri, pertobatan, dan doa.

Walau saya pernah mengalami seolah tidak ada terang dalam hidup saya, tapi saya menyadari kegelapan tidak memenuhi ruang lingkup saya. Syukurlah, Tuhan
tidak saja memberikan pengharapan dan ide cemerlang dan keberanian. Tapi juga kompas. Saya dituntun menumpas belukar satu demi satu dalam nafas iman dan
membuat jalan lapang bagi kedua kaki.

Fase demi fase saya lewati dengan bekal petunjuk Tuhan. Keterbatasan tidak menjadi suatu yang menakutkan karena saya siapkan diri dibentuk-Nya. Dalam masa-masa sulit hidup, saya memakai kekuatan doa sebagai sumber keberanian. Mohon kepada Tuhan
agar keterbatasan dijadikan modal yang dahsyat untuk menyemangati langkah.

Tak hentinya saya mohon agar pikiran disinari cahaya terang. Tidak terkontaminasi
dengan pikiran-pikiran negatif yang justru akan menghalangi niat saya bertumbuh dalam iman sebagai manusia baru. Mungkin inilah cara Allah melibatkan kita juga dalam
kegelapan supaya kita menjalani hidup bergantung sepenuhnya dari Allah dan memakai hidup dengan kesederhanaan yang kita punya sebagai penyalur terang untuk sesama.

Di balik kisah kelahiran Tuhan yang sangat dramatis, ada makna yang sangat penting yang dapat kita petik, yaitu kehadiran-Nya yang sangat sederhana. 

Ia ingin menyelamatkan manusia melalui kelahiran-Nya yang penuh kesederhanaan bukan kelebihan apalagi kemewahan. Makna terang bukan semata sinar yang begitu menyala tapi ada kesederhanaan dalam terang.

Hidup sederhana bukan berarti hidup dalam kekurangan. Orang bisa saja hidup sederhana di tengah-tengah harta dan kekayaan yang melimpah. Keteladanan Yesus dengan cara kelahiran-Nya jelas memberi gambaran bahwa hidup sederhana berhubungan dengan sikap hati seorang bukan terhadap harta benda atau kekayaan yang dimiliki.

Tidak banyak orang saat ini lebih memilih hidup sederhana dan tidak membiarkan hidupnya dikuasai kemewahan dan kekayaan. Setiap orang berbeda-beda untuk menunjukkan peran dalam masyarakat melalui pengaruhnya. Termasuk hamba-hamba Tuhan dan kita pelayan-pelayan-Nya.

Budaya hidup yang salah kaprah semisal menilai orang berdasarkan barang-barang yang dimiliki, telah menjebak kita dalam pelayanan semu. Tuhan mau kita jadi terang bagi sesama bukan melalui kelebihan dan kemewahan. Bahkan pengaruh itu tidak harus besar karena nyala api yang terlalu besar akan menghanguskan semua yang kita miliki.

Apa pun yang telah kita lakukan hendaknya meninggalkan suatu kebahagiaan yang merupakan ungkapan nyata kebaikan Allah. Kita kobarkan semangat dan Allah sebagai pemantik. Demikian kerja sama antara kita dengan Allah. Selalu ada korelasi yang menunjukkan pada karya nyata.

Ada banyak orang yang takut menjadi terang karena merasa tidak besar pengaruh cahayanya, mereka tersembunyi diantara kehebatan-kehebatan sinar terang yang dihasilkan kekuatan listrik dengan daya besar. Sebenarnya apa pun kekuatannya, kalau Allah tidak mengaliri kabelnya dengan kekuatan-Nya maka lampu itu tetap tidak akan pernah menyala dan tidak menghasilkan terang.

Dewasa ini konflik begitu banyak terjadi dalam kehidupan kita, gampang sekali nyala api berkobar, bahkan nyata sekali terlihat dari hal-hal kecil termasuk organisasi-organisasi di tubuh Gereja. Natal yang sakral telah mewujudkan perayaan yang kadang menumbuhkan suka cita sesaat. Konflik pribadi dalam mewujudkan perayaan Natal tidak menggambarkan makna kelahiran Kristus yang penuh kesederhanaan.

Mungkin saat ini kita bisa mengubah cara perayaan Natal dengan makna yang mendalam dengan merayakan Natal secara sederhana supaya semua orang benar-benar merasakan kehadiran Yesus.

Natal bukan kemeriahan dengan kelengkapan makanan dan hadiah berkelimpahan, melainkan dengan mengubah dan membaharui hidup kita.

Banyak sesama kita yang patut disentuh, mereka yang putus asa, kehilangan harapan dan percaya diri, bahkan sudah kehilangan senyumnya, canda tawanya. Mereka tak lagi merasakan kehangatan cinta dan persahabatan. Mereka menantikan pertolongan dan penghiburan dari kita.

Kristus datang ke dunia untuk meneladankan kemurahan hati pada siapa pun pada saat yang tepat. Inilah saat yang tepat untuk kita menjadi terang sekecil apa pun sinarnya bagi sesama.

Anne Avantie (perancang busana, khusus kebaya, penulis buku rohani Katolik dan aktivis sosial).

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini