HIDUPKATOLIK.COM – Jadi, ada juga hal yang tidak enak jadi pastor menurut standar manusia.
Baca bagian I sebelumnya di: http://www.hidupkatolik.com/2017/11/23/15021/suka-duka-seorang-pastor-bagian-i/
Tapi bagi seorang pastor, hidup ini bukan soal ‘enak atau tidak’ melainkan bahagia atau tidak. Melalui tahbisan imamat, ia diutus untuk memancarkan kebahagiaan dan mewartakan kabar gembira.
Kebahagiaan itu bukanlah soal materi atau hal yang nampak dipermukaan, melainkan kebahagiaan yang lahir dari cara hidup dan penghayatan imamat.
Selama imamat membuat bahagia, maka hal yang ‘enak atau tidak’ tetaplah menjadi sarana bukan tujuan. Tujuan imamat bukan soal seberapa banyak sarana yang dimiliki, tetapi seberapa jauh dan dalam kebahagiaan dan suka cita Tuhan menjangkau orang lain.
Apa kekuatannya? Hidup seorang pastor melulu karena rahmat dan kasih Tuhan. Tuhan selalu punya cara untuk menuntun seorang pastor sebagai pelayan-Nya melewati dinamika suka-duka hidup ini.
Bagaimanapun juga pastor adalah manusia yang punya kelemahan. Kehadiran pastor bisa saja menjengkelkan karena pastor terlalu egois, otoriter dan merasa paling berkuasa, yang punya orientasi material lebih besar daripada spiritual dsb. Kadang ia jatuh dalam dosa.
Itulah sebabnya pastor harus selalu berdoa, merenung, retret, meditasi dan mengolah diri agar menyadari kelemahan diri dan memperbaikinya.
Apapun kelemahannya, pastor adalah orang biasa yang dipanggil Tuhan untuk melaksanakan hal-hal yang luar biasa. Melalui seorang pastor, Tuhan bisa saja membuat orang yang kehilangan harapan mendapatkan harapan. Orang yang kering hidupnya mengalami kesegaran, orang yang lemah mendapatkan kekuatan, orang yang sedih mendapatkan kegembiraan dll.
Dalam diri manusia seorang pastor, Tuhan sedang berkarya demi keselamatan jiwa-jiwa.
Semoga karya dan pelayanan para Romo, Bruder, Suster senantiasa berkenan bagi Tuhan dalam kesetiaan, juga untuk RD. Robby Seran yang kini berkarya di sekolah SMP swasta Katolik St.Petrus Oinlasi dan gereja Katolik Stasi Sta. Maria Reinna Rosari Siolais di kabupaten Timor Tengah Selatan, provinsi Nusa Tenggara Timur.
(A.Bilandoro)