HIDUPKATOLIK.COM – Dalam rangka mendorong upaya perdamaian dan rekonsiliasi di Afghanistan, atas undangan Presiden RI, Ketua Dewan Perdamaian Tinggi Afghanistan (High Peace Council/HPC) Afghanistan, Mohammad Karim Khalili beserta 35 Anggota delegasi telah berkunjung ke Indonesia pada 20-25 November 2017, untuk berbagi pengalaman Indonesia dalam mengelola keragaman serta memelihara kerukunan dan toleransi.
Dalam salah satu program rangkaian kunjungannya yaitu ke Gereja Katedral pada Kamis, 23 November lalu, Ketua HPC yang disambut oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo Pr. menyampaikan ucapkan selamat kepada para tokoh agama di Indonesia atas keberhasilan memelihara perdamaian dan kerukunan (dari cuitan @Kemlu RI).
Tujuan kunjungan disebutkan dalam Surat Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negri adalah untuk mempelajari pengalaman Indonesia dalam keragaman, toleransi, harmoni, dan resolusi konflik, serta melihat langsung realitas kehidupan beragama di Indonesia (dilansir dari laman uinjkt.ac.id).
Selanjutnya dalam kunjungannya ke Masjid Istiqlal, Ketua HPC yang menjumpai Wakil Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal (BPPMI) pun juga turut menyampaikan kekagumannya atas proses asimilasi agama Islam dan akulturasi budaya di Indonesia yang telah mendorong persatuan bangsa.
HPC Afghanistan adalah badan Program Perdamaian dan Reintegrasi Afghanistan untuk berunding dengan unsur-unsur Taliban. HPC didirikan pada 5 September 2010. Ketua dewan saat ini adalah Mohammad Karim Khalili yang ditunjuk untuk jabatan tersebut pada April 2017 (dari https://en.wikipedia.org).
Menurut Ketua HPC, konflik yang mengakar di Afghanistan disebabkan perbedaan pandangan terhadap nilai-nilai Islam dan penyebaran ekstremisme. HPC meminta Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar yang memiliki citra positif di mata dunia agar dapat mempersatukan pandangan ulama dunia demi terciptanya kesepakatan untuk melawan ekstremisme dan terorisme.
Lebih lanjut, HPC juga menyerukan agar dapat mengadakan konferensi ulama dunia untuk mendorong keluarnya fatwa yang menolak ekstremisme karena tidak mencerminkan nilai-nilai Islam yang sesungguhnya. Permintaan ini disikapi dengan bijak bahwa Islam di Indonesia bersifat dakwah dan memberikan contoh sehingga tidak bermaksud menggurui pihak-pihak lain.
Sementara Presiden RI, Joko Widodo, kala menerima rombongan Majelis Tinggi Perdamaian (HPC) Afghanistan di Istana Bogor, Selasa, 21 November lalu menyampaikan, “Kita berharap Indonesia bisa menjadi ikut berperan dalam menengahi dalam memediasi agar konflik-konflik yang ada di Afghanistan bisa diselesaikan”.
Jokowi mengungkapkan, kedatangan rombongan yang dipimpin Mohammad Karim Khalili itu bahagia lantaran Indonesia akan berperan dalam menyelesaikan berbagai konflik di negara Afganistan. Islam Indonesia adalah Islam yang moderat dan dinilai netral dalam menyelesaikan pertikaian antara 40 kelompok yang ada di Afganistan. Pasalnya, Indonesia tidak memiliki kepentingan apapun di kawasan timur tengah (sebagaimana dilansir dari laman okezone.com).
Kepala Negara menjelaskan, pemerintah akan segera mengundang ulama-ulama yang ada di Afganistan. Para ulama itu berasal dari kelompok Taliban hingga ulama di Pakistan. Selanjutnya, ulama dari Indonesia akan mencoba mencarikan solusi guna mencari solusi perdamaian yang ada di sana.
Semoga keragaman, harmoni dan toleransi yang telah tumbuh di Indonesia senantiasa tetap terjaga dan HIDUP, sehingga tetap menjadi inspirasi yang nyata sebagai buahnya.
(Ant.Bilandoro)