Siapakah Veronika Dalam Jalan Salib?

6813

HIDUPKATOLIK.com – Apakah perempuan yang sakit pendarahan itu adalah Veronika yang mengusap wajah Yesus? Mengapa ada jalan salib yang tak mengisahkan Veronika pada perhentian VI? Berapa sebenarnya jumlah perhentian pada Jalan Salib?

Maria Veronika Wibowo, Malang

Pertama, pada buku Kisah Pilatus yang berasal dari abad II dikatakan bahwa perempuan yang disembuhkan Yesus dari sakit pendarahan (Mat 9:20- 22) adalah perempuan yang datang ke pengadilan Yesus di hadapan Pilatus untuk membela bahwa Yesus tidak bersalah. Baru pada abad IV atau V, muncul kisah Veronika sebagai perempuan saleh yang berani mengusap wajah Yesus dalam perjalanan- Nya memanggul salib menuju ke Kalvari.

Perempuan ini yang kemudian diidentifikasikan sebagai perempuan yang disembuhkan dari sakit pendarahan. Pada kain itu tercetaklah wajah Yesus yang penuh darah dari tusukan mahkota duri dan peluh. Nama Veronika memang merupakan kombinasi kata Latin vero (benar) dan kata Yunani eikon (gambar). Seluruh tradisi ini menyajikan Veronika sebagai sosok murid yang bertindak secara gagah berani, karena perjumpaannya dengan Yesus yang menyembuhkan dia sesudah belasan tahun menderita sakit yang berkepanjangan. Veronika mengungkapkan balasan kasih yang sempurna dengan berani mengusap wajah Yesus. Menerima kasih yang sedemikian besar, Yesus membalas dengan memberikan karunia lukisan wajah pada kain pembersih dari Veronika itu.

Kedua, ada banyak rumusan ibadat Jalan Salib, selain yang sudah biasa didoakan. Rumusan-rumusan itu diubah oleh imam, kaum awam, maupun versi resmi yang dikeluarkan Vatikan. Ada rumusan alternatif Jalan Salib yang digunakan Paus Yohanes Paulus II untuk ibadat Jalan Salib di Colloseum di Roma pada 1991, 1992, dan 1994. Teks-teks ini boleh digunakan bila dipertimbangkan cocok untuk situasi setempat (bdk. Direktorium tentang Kesalehan Umat dan Liturgi, Asas-asas dan Pedoman, No. 134-135).

Para gembala di lapangan perlu mempertimbangkan kebutuhan umat dan relevansi dengan Jalan Salib yang dipilih, sehingga umat dapat menimba manfaat rohani semaksimal mungkin. Sangat dianjurkan untuk memilih teks yang sederhana dan jelas, serta berdasarkan Kitab Suci.

Ketiga, jumlah perhentian Jalan Salib yang resmi tetap empat belas. Akan tetapi, Gereja menetapkan bahwa setiap laku kesalehan Jalan Salib hendaknya diakhiri dengan mengarahkan kaum beriman kepada harapan akan kebangkitan. Direktorium tentang Kesalehan Umat dan Liturgi, No. 134, menyatakan, “Jalan Salib adalah devosi yang terkait dengan sengsara Kristus. Namun harus diakhiri sedemikian rupa sehingga kaum beriman berada dalam harapan akan kebangkitan dalam iman dan pengharapan, mengikuti contoh Jalan Salib di Yerusalem yang diakhiri di Gereja St Anastasia (artinya kebangkitan), perayaan dapat diakhiri dengan kenangan akan kebangkitan Tuhan.” Perspektif kebangkitan pada akhir laku kesalehan Jalan Salib ini berlaku juga ketika Jalan Salib dilakukan pada masa Prapaskah. Jadi, kenangan akan kebangkitan sama sekali bukanlah pelanggaran, bukan pula hanya diperbolehkan, tapi justru diharuskan.

Ada perhentian XV, yaitu Yesus Bangkit, berguna untuk memberi horizon dalam keseluruhan ulah kesalehan Jalan Salib, dan dengan demikian mengajak umat untuk menyisihkan waktu dan merenungkan sengsara dan pengorbanan Yesus dalam cahaya kemenangan kebangkitan. Dengan demikian, kenangan akan kebangkitan Tuhan tak hanya diucapkan dalam satu kalimat dalam doa penutup, yang sering kali luput dari perhatian peserta Jalan Salib, karena sudah menjelang penutupan. Jika perhentian Jalan Salib hanya 14, maka perhentian XV bisa dilakukan di depan tabernakel. Ajaran Gereja ini menyiratkan bahwa buku-buku rumusan Jalan Salib yang belum mengikutsertakan perhentian XV hendaknya ditambahkan.

Petrus Maria Handoko CM

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini