HIDUPKATOLIK.COM – Ini bukan kisah tentang seorang papa bernama setia dan hampir lanjut usia, yang menduduki jabatan mulia, hingga kemudian menjadi tersangka kasus negara, tetapi pandai membuat cerita iba, berpura-pura lupa, hingga mengingkari nama dan janjinya sendiri sebagai abdi negeri.
Sebuah ironi yang ditampilkan di negeri ini, ialah ketika seorang pejabat negara yang sedemikian berusaha bebas dari tuntutan hukum, meskipun telah resmi menjadi tersangka korupsi, dengan pengacara mumpuni dan strategi aneka cara yang pantang menyerah.
Ini tentang seorang Ibu bernama Maria Sumarsih, Ibunda dari almarhum Bernardus Realino Norma Irawan (Wawan), korban Semanggi I mahasiswa Univ.Atmajaya, yang juga masih setia dan bertekad kuat berjuang untuk menegakkan hukum dan keadilan bagi Wawan, diantaranya dengan Aksi Kamisan bersama para korban kasus-kasus pelanggaran HAM berat masa lalu oleh negara, tentang sebuah janji yang belum terealisasi, juga oleh negara.
19 tahun yang lalu, Wawan telah menghembuskan nafas terakhirnya saat ditembak mati oleh aparat dalam Tragedi Semanggi I (13 November 1998). Menurut kesaksian, Wawan ditembak saat ia sedang menolong seorang korban yang juga ditembak oleh aparat.
Simak video yang dirilis oleh Sigit Kurniawan (jurnalis dan aktivis di gereja MBK) berjudul “Jalan Salib Keadilan Maria Sumarsih” melalui Warta Minggu TV (salah satu media pewartaan Paroki Tomang Gereja Maria Bunda Karmel Jakarta), yang mengingatkan kita untuk turut peduli dengan penegakan hukum, tidak menjadi amnesia sejarah atau berpura-pura lupa terhadap ketidak-adilan.
Akankah keadilan hanya berpihak kepada mereka yang kaya dan menunggu godot Dewi Fortuna? Semoga perjuangan membela yang benar tidak (pernah) menjadi sia-sia, dengan setia berjalan salib bersama Bunda Maria.
Simak teaser bagian II di: http://www.hidupkatolik.com/2017/11/24/15159/jalan-salib-keadilan-maria-sumarsih-bagian-ii/
(A.Bilandoro)