Tak Kunjung Dilamar Pacar

321

HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang baik, saya sedang bingung dengan sikap pacar saya. Kami sudah berpacaran hampir empat tahun. Selama pacaran, hubungan kami lancar dan tidak ada kendala yang cukup berarti.

Saya sudah merasa cocok dan nyaman dengan dia, sebaliknya pacar saya juga merasakan hal yang sama. Kami sudah saling menerima kekurangan kami, juga sudah mendapat dukungan dari keluarga kami masing-masing.

Akhir-akhir ini, saya khawatir karena pacar saya tak kunjung melamar. Padahal, umur saya sudah 28 tahun. Dari sisi penghasilan, dia juga sudah terlihat mapan. Anehnya, mengapa pacar saya selalu mengulur-ulur waktu dengan berbagai alasan. Saya harus bagaimana? Mohon nasihat dan bimbingannya.

Terima kasih.

Nova, Jakarta

Saudari Nova, saya bisa membayangkan kegalauan perasaan Anda saat ini. Perlu Anda ketahui bahwa relasi antara laki-laki dan perempuan yang berpacaran atau relasi suami istri adalah relasi yang diadik (dua pihak), relasi saling timbal balik antar dua orang. Relasi ini semakin lama akan semakin dalam, intens dan bervariasi. Sehingga satu dengan yang lain akan semakin memahami, atau malah sebaliknya, semakin lama semakin pudar, kendor, frekuensi perjumpaan semakin lemah dan akhirnya menjadi hampa.

Berkaitan dengan hubungan Anda dengan calon suami, ada beberapa hal yang perlu direfleksikan. Anda mengatakan bahwa masa pacaran Anda sudah empat tahun. Lama pacaran belum tentu menunjukkan kekuatan relasi di antara Anda berdua.

Pacaran, apabila kedua belah pihak saling terbuka akan jati diri mereka masing-masing, ada itikad baik serta ada kesediaan masing-masing untuk terus memahami satu dengan yang lain, maka waktu setahun pun sudah cukup. Ada baiknya Anda melakukan refleksi diri, apakah Anda cukup mengenal calon pasangan Anda itu? Pernyataan Anda “Umur saya saat ini 28 tahun” menyiratkan kekhawatiran Anda. Namun, apakah hal itu sudah dinyatakan kepada sang pacar?

Selanjutnya, Anda menyatakan: “Nyaris dalam hubungan kami lancar dan tidak ada kendala yang cukup berarti”. Hal tersebut justru menimbulkan pertanyaan, karena dua sejoli yang berpacaran adalah dua pribadi yang unik. Dua sejoli itu berasal dari keluarga yang berbeda. Latar belakang pendidikan, orangtua, cara asuh, aturan, kebiasaan, dan lingkungan juga berbeda. Dan perbedaan tersebut membuahkan pribadi yang unik.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam masa pacaran justru mematangkan relasi di antara keduanya untuk saling memahami, bereaksi dan menyesuaikan dalam perbedaan yang ada dan perlu “kesediaan untuk memberi”. Orang mengatakan bahwa cinta yang sejati adalah “kesediaan untuk memberi” kepada orang yang dicintainya.

Anda juga mengatakan: “Sudah mendapat dukungan dari keluarga kami”. Sejauh mana dukungan keluarga? Apakah mereka sudah saling berkunjung? Apabila kedua orangtua sudah saling berkunjung, sudah saling mengenal satu sama lain, pada umumnya kedua orangtua akan menindaklanjuti hubungan tersebut ke arah yang lebih positif, pasti, dan menuju ke perkawinan.

Dalam tradisi lama, saling berkunjung tersebut pada umumnya juga untuk melihat “bibit, bebet, bobot” masing-masing pihak. Bibit adalah latar belakang kehidupan orangtua yang mungkin perlu dipertimbangkan. Bebet adalah keluarga, lingkungan, siapa teman-teman pergaulan dari kedua pasangan. Bobot adalah nilai pribadi/diri yang bersangkutan, termasuk kepribadian, pendidikan, gaya hidup, kepandaian, keberagamaan serta pekerjaannya. Apabila kedua belah pihak keluarga (orangtua) sudah saling mengetahui keduanya dan setuju, tentu kedua orangtua pada umumnya akan meresmikan hubungan tersebut.

Berdasarkan hal itu, ada tiga hal yang saya sarankan kepada Anda. Pertama, bicarakanlah dengan serius dengan pacar Anda tentang alasan mengapa dia tidak segera melamar. Kedua, tanyakan juga, apakah ada beban dari keluarganya atau permasalahan lain yang masih membebani pacar Anda. Ketiga, sampaikan kekhawatiran Anda tentang usia Anda yang terus bertambah.

Selamat mencoba!

Y. Bagus Wismanto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini