Meneladan Tabib Pengarang Injil

240
Diutus: Memberi pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat.
[NN/Dok. KMK St Lukas]

HIDUPKATOLIK.com – Lahir dari Fakultas Kedokteran, komunitas ini menghayati semangat dan keteladanan St Lukas. Dalam komunitas ini, para mahasiswa yang mempelajari bidang kesehatan berhimpun dalam persaudaraan.

Di sela-sela tugas dan kesibukan menggeluti diktat-diktat kuliah, mahasiswa Katolik Universitas Sumatra Utara (USU) membentuk komunitas di lingkungan kampus mereka. Komunitas ini diberi nama Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) St Lukas USU.

Kelompok yang dibentuk pada 18 Oktober 1992 ini lahir dari inisiatif para mahasiswa Katolik Fakultas Kedokteran. Mereka memilih Santo Lukas sebagai pelindung. Ketua KMK St Lukas, Tamara Sisilia Simarmata, mengatakan bahwa Lukas dipilih karena ia adalah tabib dan pengarang. “Anggota, yang kebanyakan mahasiswa yang mempelajari tentang kesehatan, diharapkan dapat meneladan Santo Lukas,” jelasnya.

Dalam perkembangannya, KMK ini tidak hanya digawangi oleh mahasiswa dari Fakultas Kedokteran, tetapi juga dari fakultas lain. Kini, anggotanya juga terdiri dari mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Fakultas Keperawatan (FKep), dan Fakultas Psikologi (FPsi).

Supaya terarah dalam berkegiatan KMK St Lukas juga memiliki seorang pendamping. Kini, mereka didampingi oleh dosen Agama Katolik USU bernama B.M. Sembiring. Berdasarkan data yang dimiliki KMK ini, dari 2011 sampai 2015, sudah 225 orang bergabung sebagai anggota.

Tumbuh Bersama
Sejak awal KMK St Lukas merumuskan visi mereka, yakni: membentuk mahasiswa- mahasiswi Katolik yang bertanggung jawab, kreatif, dan peduli terhadap sesama berlandaskan iman Katolik. Bertitik tolak dari visi ini, mereka merangkai misi: untuk mengikat dan mempererat persaudaraan antar sesama anggota dan alumni, melaksanakan kegiatan yang dapat meningkatkan kreativitas, menjalin keakraban, dan memupuk kepedulian terhadap sesama.

Berdasarkan visi-misi itulah, KMK St Lukas berkegiatan. Kegiatan kerohanian yang mereka lakukan adalah sharing pengalaman iman, ibadat, dan doa rosario bersama yang diadakan setiap Jumat pukul 16.00 WIB. Semua kegiatan biasa mereka gelar di pondok mahasiswa. Tempat ini berdekatan dengan Gereja St Yosef Medan. Di samping kegiatan mingguan itu, tiga bulan sekali mereka mengadakan perayaan Ekaristi.

Karena KMK ini tidak punya pastor moderator, mereka mencari imam untuk memimpin perayaan Ekaristi.

Komunitas ini tidak hanya berkutat pada kegiatan kerohanian. Mereka juga mengagendakan kegiatan untuk mendukung pengetahuan akademik. Kegiatan ini berupa sharing skill yang diadakan dua bulan sekali. Pada kesempatan ini, mereka berbagi kisah, pengalaman dan pengetahuan sesuai bidang yang mereka geluti. Demikian juga, mereka saling berbagi buku atau diktat kuliah. Maklum, buku-buku bahan kuliah boleh dibilang mahal, dan tidak semua mahasiswa mampu membeli. Dengan demikian, mereka yang tidak mampu bisa diringankan bebannya.

Satu Keluarga
Untuk membangun rasa memiliki dan terlibat dalam kegiatan, pengurus terus berupaya menekankan prinsip kekeluargaan. Setiap anggota baru, kata Tamara, akan mendapatkan bimbingan tentang kekhasan KMK St Lukas terkait dengan semangat kekeluargaan. Tetapi, tidak berarti segalanya berjalan mulus. Tidak setiap anggota bisa hadir dalam kegiatan, lantaran bertabrakan dengan jadwal kuliah dan kesibukan pribadi masing-masing.

Secara pribadi, sebagai ketua komunitas, Tamara mengatakan akan selalu berusaha untuk hadir dalam doa rosario bersama, pun kegiatan lain. Baginya, setiap kegiatan bermanfaat. “Tidak hanya mendapatkan banyak sahabat. Pengetahuan dan iman saya juga bertumbuh,” katanya. Tamara berharap, apa yang diperolehnya selama bergabung di KMK St Lukas juga dapat dirasakan oleh anggota lain.

Hal senada diungkapkan oleh Yuli Bintang Theresia Sihotang. Yuli berpendapat, setiap anggota komunitas harus bersama-sama merasakan dan menanggung setiap kesusahan dan tantangan yang dialami komunitas. “Susah dan senang harus ditanggung bersama dong,” ungkapnya.

Sementara, Lenny Veronika Purba punya harapan agar sesama anggota komunitas bisa saling membantu. “Jika kita satu keluarga, tentu kita tidak ingin anggota keluarga lainnya berkesusahan,” ungkap lulusan Fakultas Psikologi, 2011 ini.

Berbagai kegiatan kreatif mereka lakukan untuk saling memberikan apresiasi. Tiga bulan sekali, KMK St Lukas menggelar acara Lukas Award. Penghargaan ini diberikan kepada seksi dan anggota yang dinilai memberi kontribusi bagi perkembangan dan kemajuan komunitas.

Peduli Sesama
Sebagai Gereja, mereka tidak hanya berkutat dalam kegiatan internal. Mereka membangun kesadaran sebagai murid Kristus yang diutus untuk mewartakan Kabar Gembira. Maka, mereka juga menggeluti aksi pelayanan di tengah masyarakat. Setahun sekali, mereka menggelar pengobatan gratis bagi masyarakat di wilayah Keuskupan Agung Medan. Tahun ini, mereka mengadakan pelayanan di Desa Palipi, Samosir, 31 Januari – 3 Februari 2015.

Selain pengobatan, mereka juga mengadakan penyuluhan kesehatan kepada anak-anak dan remaja melalui sekolah-sekolah, dari SD hingga SMA. Mahasiswa dari kedokteran gigi mengajarkan cara menyikat gigi yang benar. Demikian juga mahasiswa kesehatan masyarakat dan keperawatan mengajarkan tentang cara memilih jajanan yang sehat.

Mereka juga mengadakan penyuluhan kesehatan yang berfokus pada lingkungan yang bersih dan sehat. Mereka berkunjung dari rumah ke rumah. Antara lain, mereka pernah mengunjungi warga untuk penyuluhan, di Onanrunggu, Kabanjahe, Saribudolok. Tak ketinggalan, kegiatan amal kasih. Panti Asuhan Bakti Luhur Martubung, Medan, menjadi salah satu pilihan mereka untuk menyatukan diri dalam kegembiraan. Mereka pun mengadakan aksi donor darah dan bersih lingkungan di perkampungan Sukadono Medan.

Sebagai calon pelayan kesehatan profesional, anggota komunitas bersama-sama merawat roh cinta kasih.

Hendra Maringga

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini