HIDUPKATOLIK.com – Apa yang terjadi pada Yesus sesudah wafat di salib dan sebelum bangkit pada hari ketiga? Apakah benar bahwa Yesus pergi ke neraka?
Theresia Maria Agustyarini, Malang
Pertama, Gereja mengajarkan bahwa sesudah wafat, Yesus turun ke alam kematian, yang juga disebut sebagai tempat penantian. Kitab Suci menamakan “tempat” itu sebagai “neraka”, “sheol” atau “hades” (KGK 632-633). Yang dimaksud “neraka” di sini bukan “neraka” yang merupakan “tempat” orang-orang terkutuk yang dikucilkan secara definitif dari persekutuan dengan Allah. Yang terakhir ini seringkali dirujuk Yesus dengan “gehenna” yakni “apa yang tak terpadamkan,” yang ditentukan untuk mereka yang sampai akhir hidupnya menolak untuk percaya dan bertobat (KGK 1033-1034). Karena itu, kata “sheol” atau “hades” dalam hal ini lebih baik diterjemahkan sebagai Tempat Penantian seperti yang kita pakai dalam doa Aku Percaya. Katekismus mengungkapkan hal ini dengan “Kerajaan Maut” atau “dunia orang mati” (KGK 631- 632). Tempat penantian ini juga disebut limbus patrum atau tempat penantian para bapa, karena di sinilah para tokoh Perjanjian Lama, orang-orang benar sebelum Kristus, menunggu saat penebusan manusia.
Kedua, Tempat Penantian adalah bagian dari dunia sesudah kematian di mana jiwa-jiwa yang benar yang hidup sebelum Kristus menunggu saat penebusan. Mereka yang sudah meninggal dalam keadaan rahmat dan sudah membayar hukuman dosa mereka, tidak bisa masuk ke dalam surga karena pintu surga masih tertutup karena dosa Adam. Karena itu, mereka belum bisa menikmati kebahagiaan kekal bersama Allah di surga. Sambil menanti saat pintu Surga dibuka, mereka dikumpulkan di “tempat penantian”. Di sini mereka sudah mulai mencicipi keadaan terberkati, tetapi terbatas. Jadi, Yesus tidak datang ke dunia orang mati untuk membebaskan orang-orang terkutuk dari dalamnya”. Juga tidak untuk menghapuskan neraka, tempat terkutuk, tetapi untuk membebaskan orang orang benar, yang hidup sebelum Dia.” (KGK 633)
Ketiga, pada hari Jumat Suci jam tiga siang, sesudah Kristus wafat, arwah-Nya turun ke Tempat Penantian, mengumumkan terpenuhinya penebusan manusia. Rasul Petrus merujuk peristiwa ini dengan mengatakan: “Juga kepada orang-orang mati, Injil diwartakan.” (1 Ptr 4:6). Kristus turun ke Tempat Penantian itu merupakan tahap terakhir dari perutusan Yesus sebagai Mesias. Karya penebusan-Nya diwartakan kepada semua orang dari segala waktu dan tempat (KGK 634). Tujuannya ialah agar “orang-orang mati mendengar suara Anak Allah … dan mereka yang mendengar-Nya, akan hidup” (Yoh 5:25, KGK 635).
Kristus turun ke Tempat Penantian membawa jiwa-jiwa itu ke dalam kebahagiaan penuh surgawi sebagai buah dari karya penebusan- Nya. Dengan sorak kegembiraan dari para arwah orang benar, Kristus mengubah Tempat Penantian menjadi Surga. Keadaan inilah yang dirujuk Yesus ketika berkata kepada penjahat di sebelahnya: “sesungguhnya, hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan-Ku di dalam Firdaus” (Luk 23:41). Kristus turun ke Tempat Penantian juga merupakan pemenuhan dari kata-kata-Nya: “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam” (Mat 12:40).
Keempat, Yesus, “Pemimpin Kehidupan” (Kis 3:15), datang “supaya memusnahkan dia, yaitu iblis, yang berkuasa atas maut dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut” (Ibr 2:14-15). Kristus yang telah bangkit sekarang memegang di tangan-Nya segala kunci maut dan kerajaan maut (Why 1:18) dan “dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi.” (Fil 2:10, KGK 635).
RP Petrus Maria Handoko CM