HIDUPKATOLIK.com – Logo penggembalaan Mgr Adrianus Sunarko OFM berupa perisai yang terbagi menjadi tiga bagian: dua bagian di atas, kiri dan kanan, dan satu bagian di bawah.
Di bagian atas sebelah kiri, dengan latar belakang kuning terdapat lambang Fransiskan, lengan kanan Kristus dengan bekas paku pada telapak tangan-Nya. Ini dipadukan dengan lengan kiri St Fransiskus Asisi, dengan anugerah stigmata. Di bagian belakang, di tengah kedua lengan terdapat sebuah salib kecil.
Di bagian atas sebelah kanan, dengan latar belakang biru terdapat bintang bersudut enam warna kuning keemasan, dengan ombak lautan berupa tiga pita berwarna putih di bawah, lambang Stella Maris atau Bintang Samudra. Bintang Samudera merupakan salah satu gelar Maria, pelindung bagi para pelaut.
Di bagian bawah, dengan latar belakang merah terdapat Kitab Suci dan berbagai lambang ciptaan Allah. Di bawah Kitab Suci ada bumi dengan dataran rendah berwarna hijau dan tiga buah gunung berwarna abu-abu. Di sebelah kiri atas gunung terdapat matahari yang bersinar. Di sebelah kanan atas gunung terdapat bulan sabit dengan warna putih. Tersebar di atas gunung terdapat tujuh bintang berwarna putih.
Menurut tradisi Fransiskan, melalui pengajaran St Bonaventura, Allah memperkenalkan diri melalui dua kitab: kitab alam ciptaan dan Kitab Suci. Karena dosa manusia, kitab alam menjadi asing dan sulit dibaca sebagai jalan menuju Allah. Allah juga memperkenalkan diri melalui Firman, yang mencapai puncak dalam Yesus Kristus, Firman yang menjadi manusia. Berkat Firman itu alam dapat kembali menjadi jalan menuju Allah.
Di atas perisai ditempatkan sebuah galero berwarna hijau, dengan enam jumbai pada masing-masing sisi. Di bagian tengah belakang perisai terdapat salib pancang berwarna kuning keemasan, penanda bahwa sang empunya lambang adalah seorang uskup.
Di bagian bawah terdapat pita berwarna kuning keemasan, bertuliskan moto penggembalaan Mgr Sunarko, Laetentur insulae multae yang artinya ‘Hendaknya banyak pulau bersukacita’ (Mzm 97:1). Tentu yang dimaksud pulau dan para penghuninya. Sukacita itu akan ada hanya bila Allah yang menjadi Raja (bdk. ayat 1) dan bukan berhala (bdk. ayat 7). Maria dan Fransiskus Asisi, yang digambarkan di dua bagian atas perisai, adalah contoh orang-orang yang bersukacita karena menjadikan Allah sebagai Raja.