Doa Kepasrahan Mary Jane Fiesta Veloso

2866
Menguatkan: Romo Bernhard Kieser SJ berdoa bersama Mary Jane.
[Titus Tri Wibowo]

HIDUPKATOLIK.com – Terpidana mati ini menyerahkan diri pada kehendak Tuhan. Setiap hari darasan doa mengalir dari bibirnya. Doa menjadi kekuatan dan sandarannya dalam menapaki jalan terjal kehidupan.

Mary Jane Fiesta Veloso terus berkanjang dalam doa sejak beberapa bulan terakhir. Setiap malam dan sering sepanjang hari, ia mengisi waktunya dengan mendaraskan doa yang sama. Bahkan, ia juga mendoakan doa itu pada detik-detik terakhir menjelang eksekusi mati. Dalam tangannya, ia menggenggam erat teks doa itu ketika dibawa ke tempat eksekusi. Lalu akhirnya, 40 menit menjelang pelaksanaan hukuman mati, ada keputusan eksekusinya ditunda. Berikut doa dalam bahasa Indonesia yang selalu ia daraskan:

Tuhan, sebagaimana Engkau kehendaki, demikianlah kiranya terjadi padaku;

dan sebagaimana Engkau kehendaki, demikianlah aku mau melangkah.

Tolonglah aku, agar aku selalu mengerti kehendakMu.

Tuhan, apa yang Engkau kehendaki, kuterima dalam hatiku; dan apa yang Engkau kehendaki, menjadi kebahagiaan bagiku. Cukuplah bahwa aku seluruhnya menjadi milikMu.

Tuhan, karena Engkaulah yang menghendakinya, maka adalah baik bagiku; dan karena Engkaulah yang menghendakinya, aku tabah dan aman.

Hatiku tenang dalam tanganMu.

Tuhan, kapan saja Engkau menghendakinya, itulah waktunya; dan kapan Engkau menghendakinya, aku siap melangkah, hari ini dan setiap hari dan sepanjang segala abad.

Malam itu, Selasa, 28/4, selain Mary Jane yang bertelut dalam doa, banyak orang juga berdoa untuk dirinya dan delapan terpidana mati lainnya. Bapa pengakuan nya, Romo Bernhard Kieser SJ mengajak umat untuk mendoakan para terpidana mati yang dieksekusi pada Rabu, 29/4 pukul 00.00 WIB. Ajakan itu disampaikan Romo Kieser melalui para uskup di beberapa keuskupan, seperti Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Bandung, dan Keuskupan Purwokerto.

Selain mendoakan Mary Jane dan delapan terpidana mati, para uskup juga mengajak segenap umat untuk mendoakan negara Indonesia dan Gereja di Indonesia. Gereja Katolik Indonesia menyatakan menolak pelaksanaan hukuman mati di Indonesia.

Pekerja Rumah Tangga
Tahun 2009, Mary Jane bekerja di Dubai, Uni Emirat Arab, sebagai pekerja rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Bungsu dari lima bersaudara ini bekerja di Dubai selama 10 bulan. Ia mengalami kekerasan seksual yang dilakukan majikannya, laki-laki berkewarganegaraan India. Akibat percobaan perkosaan itu, ia pun mengalami trauma dan harus dirawat selama satu bulan di rumah sakit setempat. Awal 2010, ia kembali ke Filipina.

Sepulang dari Dubai, Mary Jane berusaha mencari pekerjaan lain di negerinya demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Hingga datanglah tawaran pekerjaan dari tetangganya, Maria Kristina Sergio, untuk bekerja di Malaysia.

Berharap bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga, Mary Janepun menyetujui tawaran Kristina. Pada 21 April 2010, ia dan Kristina tiba di Malaysia. Namun ia tidak langsung bekerja. Tiga hari berselang, 24 April 2010, dirinya diminta Kristina untuk pergi berlibur ke Yogyakarta sebelum bekerja di Malaysia dan mendapat hadiah koper untuk membawa barang-barangnya.

Ketika tiba di Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta, 25 April 2010, petugas Bea dan Cukai Bandara menangkap Mary Jane karena dituduh membawa narkoba jenis heroin seberat 2,6 kilogram di kopernya. Karena hal itu, ia divonis hukuman mati oleh Pengadilan Negeri (PN) Sleman pada 2010. Permohonan grasi perempuan berkewarganegaraan Filipina ini ditolak Presiden Joko Widodo. Setelah grasinya ditolak, perempuan yang dikaruniai dua anak ini mengajukan permohonan Peninjauan Kembali (PK). Lagi-lagi, Mahkamah Agung menolak permohanan PK Mary Jane.

Selalu Berserah
Doa yang didaraskan Mary Jane pada beberapa bulan terakhir, serta menjelang eksekusi mati dan setelah penundaan eksekusi, merupakan doa favorit Beato Rupert Mayer SJ. Di tengah pergolakan Perang Dunia II di Jerman dan seluruh Eropa, beberapa kali Rupert Mayer masuk penjara karena mengkritik pemerintah an Nazi. Selama di penjara, ia mendaraskan doa yang kini juga didoakan Mary Jane.

Rupert Mayer lahir pada 23 Januari 1876 di Stuttgart, Jerman. Tahun 1900, ia bergabung dengan Serikat Yesus (SJ). Beberapa tahun ia berkeliling Jerman sebagai pengkhotbah untuk menentang Nazi. Pada 1912, ia diutus menjadi pastor untuk para imigran di Munich. Selama hidupnya, ia berjuang melawan kekejaman Nazi di bawah Adolf Hitler hingga keluar masuk penjara dan merasakan derita kamp konsentrasi. Pada 1 November 1945, saat memimpin Ekaristi Hari Raya Semua Orang Kudus, ia terkena stroke dan wafat. Bapa Suci Yohanes Paulus II membeatifikasi Jesuit penentang Nazi ini pada 3 November 1987.

Dalam surat tulisan tangan Mary Jane dalam bahasa Indonesia tertanggal 8 Mei 2015 yang diparaf sipirnya, Rosmani, ia menyatakan bahwa Beato Rupert Mayer telah menginspirasinya untuk tetap berkanjang dalam doa-doanya. “Setiap saya mendoakan Beato Rupert Mayer, saya merasa nyaman dan tenang. Waktu pertama saya membaca doa ini, saya merasa bahwa apapun persoalan yang saya hadapi, kalau kita pasrah kepada Tuhan dan menerima apa yang Tuhan kehendaki, hidup kita akan dipenuhi kebahagiaan, damai dan tenteram. Kita tidak akan merasakan takut lagi, apapun persoalan yang kita hadapi pasti kita bisa menghadapinya karena Tuhan tidak pernah memberi cobaan yang melebihi kemampuan manusia. Kalau kita sungguh-sungguh dan punya iman yang teguh dan percaya akan Tuhan, saya yakin Tuhan Yesus akan menolong kita. Betapapun berat persoalan kita kalau kita yakin dan percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Dia akan menyelamatkan kita, dan sampai sedetik-detik terakhir pun saya mau dibawa untuk dieksekusi. Saya tetap tidak goyah dengan iman saya dan terus-menerus mendoakan doa ini. Saya yakin dan percaya karena Tuhanlah yang menghendakinya, maka adalah baik bagiku dan karena Tuhanlah yang menghendakinya, aku tabah dan aman. Hatiku tenang dalam tangan Tuhan,” demikian cuplikan ungkapan Mary Jane dalam surat itu.

Pekerja rumah tangga yang tidak lulus SMP ini belajar Bahasa Indonesia selama lima tahun. Melalui doa Beato Rupert Mayer, Mary Jane juga mendoakan keluarganya di Filipina dan delapan terpidana mati lainnya.

Mary Jane berserah kepada Tuhan dalam menghadapi persoalan yang menimpa nya. Ia memeluk keyakinan, semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan yang terbaik. Ia pun tetap percaya, Tuhan tidak akan meninggalkannya dan akan mem buka pintu pertolongan.

Maria Pertiwi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini