Putri Kandung versus Putri Tiri

163

HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang baik, 18 tahun lalu saya menikah dengan seorang duda. Saat itu dia memiliki seorang putri berusia dua tahun tujuh bulan. Setelah menikah, kami dianugerahi Tuhan seorang putri. Kami hidup bahagia dan damai. Saya menganggap putri tiri saya sebagai anak sendiri. Saya mengasihinya dan tidak memperlakukan kedua putri kami secara berbeda.

Satu tahun terakhir semuanya berubah. Entah mengapa, putri kandung saya tidak menyukai kakaknya. Setelah saya telusuri, rupa- rupanya ia tahu bahwa putri pertama kami adalah kakak tiri baginya. Ia bahkan secara terang-terangan mengusir putri pertama kami dari rumah dan sikapnya berubah menjadi kasar serta tidak menghormati siapa pun yang di rumah. Malah putri kedua kami itu, menyuruh kami untuk memilih dirinya atau kakaknya.

Ketidaknyamanan itu membuat putri pertama kami pergi dari rumah dan sekarang tinggal di apartemen. Saya dan suami merasa sedih dan bingung mengatasi masalah ini. Mohon saran dari pengasuh.

Jelita, Depok

Ibu Jelita yang terkasih, semoga kabar ibu sehat adanya. Persoalan yang sedang ibu hadapi merupakan hal yang tidak mudah. Untuk menyelesaikannya diperlukan kesabaran dan juga pemahaman yang baik. Ada beberapa hal yang perlu dikaji lebih dalam:

Bagaimana pola pengasuhan kepada kedua putri ibu? Saya yakin, ibu dan suami memperlakukan mereka secara berimbang dan sama. Tapi perlu ibu ketahui bahwa anak memiliki persepsi sendiri mengenai perhatian orangtua kepada anak. Sebagai langkah bijak, baik jika ibu merenungkan beberapa hal berikut: Sejauh mana kedekatan dalam keluarga anda sudah terjalin? Bagaimana juga kualitas waktu kebersamaan dan aktivitas bersama yang sudah dilakukan dalam keluarga anda selama ini?

Mengapa hal itu menjadi pertanyaan mendasar yang perlu didalami? Karena hal itu dapat menunjukkan kualitas perhatian dan kasih sayang tanpa pilih kasih dalam keluarga anda. Rivalitas dan kecemburuan wajar terjadi, bahkan di antara dua saudara kandung. Malahan, persaingan di antara anak sesama jenis biasanya seringkali lebih terasa kental dibanding dengan lawan jenis. Lantas bagaimana harus mengatasi persoalan itu? Beberapa saran berikut, bisa dipertimbangkan:

Pertama, perbaikilah relasi anda dengan kedua putri anda dengan bicara dari hati ke hati. Barangkali relasi yang terbangun selama ini, lebih bersifat orangtua-anak, yang penuh dengan instruksi atau pertentangan. Oleh karena itu, silakan anda bersama suami merefleksikan hal itu.

Kedua, perlu dipahami, dalam hal tertentu, kemungkinan putri kandung ibu memiliki kecemburuan tersendiri kepada kakaknya. Selain itu, aspek usia dan kematangan juga memiliki pengaruh. Ibu tidak perlu menyalahkannya, karena hal itu akan memperburuk relasi yang ada.

Ketiga, untuk saat ini, tidak perlu memaksa mereka untuk bersatu. Alasannya, hati yang terbakar oleh api kemarahan atau cemburu hanya bisa disejukkan oleh waktu. Hal yang perlu ibu lakukan adalah menciptakan saat-saat kebersamaan. Hal itu, lambat laun akan mendekatkan keduanya dan membuat mereka mengerti arti persaudaraan. Ini semua harus dilakukan dengan sabar tanpa ada tuntutan dan paksaan.

Keempat, anda perlu memahami gejolak perasaan mereka yang cukup besar, terutama putri kandung ibu. Egoisme telah membawanya pada perasaan bahwa hanya dia yang berhak atas cinta kasih ayah ibunya. Keberadaan sang kakak yang ternyata adalah kakak tiri, telah menjadi beban psikologis baginya. Ia merasa memiliki kompetitor di rumah. Akibatnya timbul reaksi permusuhan dan emosi yang negatif. Sebagai orangtua, anda sebaiknya memberikan pemahaman dan jangan menyalahkan putri kedua anda secara terus menerus.

Kelima, posisikan diri anda sebagai orangtua yang bersahabat. Itu akan membuat anak-anak merasa diterima. Berikan pengertian kepada keduanya bahwa mereka bersaudara meski ada perbedaan. Selain itu, tanamkan pula rasa penghargaan kepada nilai- nilai persaudaraan. Di atas semuanya, jangan memasang target bahwa mereka akan bisa saling menerima dalam waktu yang singkat. Selama proses itu, kesabaran dan pengertian yang baik perlu terus anda terapkan. Selamat mencoba.

Dewi Setyorini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini