Persaudaraan Manggarai di Tanah Rantau

696
Tarian Caci: Dua penari sedang bertarung dalam acara “Pentas Budaya Manggarai”, di Lapangan Parkir Gereja St Andreas Kedoya, Jakarta, Selasa,
[NN/Dok.IKMKJ]

HIDUPKATOLIK.com – Semangat saling membantu di tanah rantau menjadi pemersatu. Komunitas ini rutin olah raga bersama, sharing pengalaman hidup, dan berkegiatan dalam semangat melestarikan budaya daerah.

Menjelang tengah hari, lapangan parkir Gereja St Andreas Kedoya, Jakarta Barat dipadati umat. Sebagian besar adalah umat yang baru saja menyelesaikan Misa Inkulturasi Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) di Aula Gereja. Mereka berkumpul kemudian membuat lingkaran, menyisakan ruang tengah yang akan digunakan untuk prosesi acara.

Setelah persiapan selesai, tampak para penari Caci mulai menarikan tarian perang masuk ke tengah lingkaran. Lagu-lagu Danding mengiringi derap langkah kaki mereka yang bergerak sambil memegang perisai dan cambuk. Riuh sorak-sorai penonton bergema, menyemarakkan acara. Suasana semakin meriah ketika beberapa penari saling beradu cambuk diiringi Danding. Cacidan Danding adalah tarian dan lagu khas adat masyarakat Manggarai. Komunitas warga Manggarai di Jakarta mementaskannya dalam acara “Pentas Budaya Manggarai Caci dan Danding”, Selasa, 2/6. Kegiatan ini, merupakan puncak perayaan lima tahun terbentuknya komunitas Ikatan Keluarga Manggarai Kebon Jeruk (IKMKJ).

Dimulai dari Sepak Bola
IKMKJ adalah komunitas paguyuban warga asal Manggarai yang tinggal di daerah Kebon Jeruk, Jakarta. Komunitas ini didirikan pada Desember 2009.

Pemicunya adalah berkumpulnya anak-anak muda asal Manggarai di daerah Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Saat itu, ada banyak kompetisi sepakbola yang diadakan beberapa paguyuban Manggarai di Jakarta. Kaum muda ini membentuk tim futsal dan sepakbola dengan nama Tim Metro Kedoya.

Karena sering mengikuti kompetisi, Tim Metro Kedoya mengalami kekurangan dana. Mereka lantas melibatkan para orang tua asal Manggarai sebagai donatur. Buahnya, orang tua tertarik untuk membentuk sebuah paguyuban. Sampai akhirnya April 2010 mereka bersepakat membentuk komunitas. Dalam perkembangannya, komunitas diberi nama IKMKJ pada 2012. Saat ini jumlah anggota IKMKJ sekitar 60 orang.

Menurut Ketua IKMKJ, Fabianus Siprin yang akrab dipanggil Babe, komunitas ini memiliki semangat persaudaraan orang Manggarai Raya yang tidak memandang suku-kampung asal. Semangat itu didasarkan pada goet atau pepatah orang Manggarai “Naica anggit, tuka caleleng” (seiya sekata, satu konsepsi demi kesatuan aksi). “Sebelumnya, saat bertemu sesama orang Manggarai, bahkan di gereja, mereka tidak saling mengenal dan acuh tak acuh. Dengan adanya paguyuban ini, kami saling mengenal dan menyapa,” ujar Babe.

Membangun Solidaritas
Untuk mempererat persaudaraan IKMKJ mengadakan pertemuan rutin pada Minggu pertama setiap bulan. Tempat mereka berkumpul bergiliran dari rumah ke rumah anggota. Mereka berbagi ide dan memperhatikan anggota yang sedang menghadapi persoalan.

Sebagai bentuk solidaritas, mereka mengumpulkan dana sosial sebesar lima belas ribu rupiah bagi yang berkeluarga, dan sepuluh ribu rupiah bagi bujangan. Dana yang terkumpul digunakan untuk membantu anggota yang membutuhkan. Misalnya, membantu biaya melahirkan istri salah seorang anggota, membantu pengobatan anggota sakit, menyumbang anggota yang menikah, atau anggota yang salah satu keluarganya meninggal dunia. Mereka juga membuat arisan bulanan untuk menyemarakkan pertemuan rutin.

Untuk membantu para anggota, IKMKJ juga membuat koperasi simpan pinjam. Menurut Wakil Ketua IKMKJ Ferdinandus Jalu, akrab dipanggil Ferdi, setiap anggota yang mau menjadi anggota koperasi wajib memberikan dana awal sebesar satu juta rupiah. Iuran per bulan ditentukan sebesar dua puluh lima ribu rupiah. “Koperasi ini kadang bisa digunakan untuk tempat meminjam, sehingga kita menghidupi diri sendiri dalam kebersamaan,” jelas ayah satu anak ini.

Berbagai kegiatan sosial ini, lanjut Ferdi, merupakan bentuk solidaritas antaranggota IKMKJ. Sebagai keluarga besar, para anggota IKMKJ terpanggil saling menolong. Ketika ada anggota menganggur, atau keluarga di kampung meninggal, IKMKJ juga akan berusaha terlibat. Contohnya, pada Senin, 8/6, ketika saudara dari seorang anggota IKMKJ meninggal, komunitas ini langsung berinisiatif membantu. “Ketika anggota mengungkapkan masalahnya di komunitas, maka masalah itu menjadi masalah yang harus dihadapi bersama komunitas,” ujar umat Lingkungan St Yohanes Rasul, Paroki St Andreas ini.

Menggerakkan Orang Muda
Sekarang, mayoritas anggota IKMKJ adalah orang muda. Supaya kaum muda betah, komunitas membuat kegiatan yang menarik. Sebagai contoh komunitas ini mengadakan perayaan Natal dan Tahun Baru pada 3 Januari 2015. Sedangkan pada bulan Februari 2015, IKMKJ mengadakan Misa dan Valentine.

Ketua Bidang Kepemudaan IKMKJ, Atanasius Harpen Tulis, yang akrab dipanggil Tan menambahkan, untuk menjaga ikatan antaranggota dan mempererat persaudaraan di tanah rantau, IKMKJ mengadakan futsal setiap Jumat dan sepakbola setiap Minggu. Kegiatan ini menjadi wadah untuk memperkenalkan anggota baru. “Jika ada anggota yang tidak mengenal anggota lain, biasanya pertandingan saya hentikan dulu. Setelah perkenalan, baru olahraga dilanjutkan,” tutur kelahiran Flores 2 Mei 1978 ini.

Selain olahraga, kaum muda IKMKJ diarahkan untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan Gereja dan pelayanan sosial. Saat banjir 2014, mereka turut membantu korban banjir dengan membagikan sembako. Berbagai kegiatan yang diadakan IKMKJ ini merupakan sarana untuk mempererat persaudaraan, juga mencegah kaum muda dari premanisme, perjudian dan bahaya sosial lainnya. Diharapkan, dengan berbagai kegiatan tersebut orang muda IKMKJ bisa semakin aktif di Gereja, rajin kuliah dan bekerja.

Edward Wirawan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini