Pendidikan untuk Masyarakat Pinggiran

483
Sr Francelin dan sebagian guru yang menyambut para anak didik.
[HIDUP/Christophorus Marimin]

HIDUPKATOLIK.com – Melalui Sekolah St Bellarminus Bekasi, Gereja hendak menunjukkan keberpihakan terhadap mereka yang tersingkirkan dalam meraih pendidikan.

Saban pagi, satu jam sebelum pelajaran sekolah berlangsung, para pengajar Sekolah St Bellarminus, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat, menyambut anak-anak didiknya di pintu gerbang sekolah. Sedari pukul 06:00 pagi, beberapa guru sudah berdiri di sana. Mereka akan setia menyambut setiap siswa yang datang sampai pukul 06:50, sepuluh menit sebelum pelajaran dimulai.

Senyum pun terpampang di muka anak didik, saat disambut oleh para pengajar mereka. Tidak sedikit pula, mereka yang berlari menghampiri para guru. Selain itu, sepuluh menit sebelum mulainya pelajaran atau bel sekolah yang menandakan proses pembentukan diri dimulai, para guru memberikan briefing pada anak didik mereka.

Sr Francelin CIJ mengungkapkan, budaya menyambut para anak didik di depan pintu masuk sekolah, sudah menjadi budaya yang baik dan berlangsung sangat lama di sekolah St Bellarminus Bekasi. Pelaksana Harian Sekolah St Bellarminus Bekasi ini manambahkan, kebiasaan ini dilakukan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan agar anak didik merasakan suasana sekolah tidak jauh berbeda dengan di rumah. “Kami bertindak sebagai perwakilan para orangtua di sekolah. Hampir tiap hari dan karena sudah menjadi budaya saat berpapasan di area sekolah juga saat istirahat, mereka selalu memberi salam,” kata biarawati dari Congregatio Imitationis Jesu (CIJ).

Tindakan ini, lanjut Sr Francelin, adalah salah satu bentuk nyata dari kasih sayang dan bentuk perhatian dari para guru pada para anak didik. Rasa hormat, dari murid kepada guru semakin dipupuk dalam kebiasaan semacam ini. “Bisa lebih dari lima kali dalam sehari guru-guru mendapat salam dari orang yang sama. Namun, inilah cara mendidik mereka.”

Pesta Perak
Pertengahan bulan September tahun ini, Sekolah St Bellarminus memasuki usia ke-25 tahun. Berbagai rencana kegiatan telah disiapkan oleh pengurus sekolah untuk menyambut usia perak ini. Misa Syukur puncak ulang tahun ini, akan dirayakan bersama Mgr Ignatius Suharyo pada 19 September 2017 mendatang. Sekolah St Bellarminus juga menggelar berbagai perlombaan antar-sekolah Katolik di wilayah sekitar. “Perlombaan yang diadakan ada beragam. Seperti, futsal, drumband, basket, bahkan pentas seni dalam bentuk pertunjukan band,” kata Paulus Totok Trisunu Suhirman, Kepala Sekolah Menengah Atas St Bellarminus Bekasi.

Usia perak ini selain harus dirayakan dengan ucapan syukur, bisa diungkapkan dalam berbagai bentuk. Bagi Totok, yang utama adalah kesempatan untuk merenung kembali, yaitu mengingat misi dan tujuan mengapa sekolah ini dibangun dan didirikan. “Usia perak itu sudah menjadi pribadi yang dewasa, memiliki kemantapan dalam menjalankan kehidupan, dan memiliki kepercayaan diri yang jelas.”

Acara puncak peringatan perak Sekolah St Bellarminus akan jatuh pada tanggal 21 September nanti. Totok menggambarkan, acara ini menjadi puncak dari perenungan ini. “Berangkat dari sini, semangat untuk terus maju baik siswa maupun guru dapat semakin kelihatan.”

Selama 23 tahun, Totok setia mengajar anak didik di sekolah ini. Ia melihat perubahan yang mantap maju, berkembang, nyata setiap tahunnya. Ia percaya, bahwa sekolah ini telah banyak menjadi manfaat bagi masyarakat sekitar. “Terlebih bagi mereka yang tersingkirkan dari segi ekonomi dan intelektual dalam konteks mendapatkan pendidikan yang baik.”

Totok berharap, para guru termasuk dirinya, semakin menunjukkan kualitas pendidikan. Guru hendaknya mampu menjadi guru yang baik yang menjadi contoh bagi anak-anak. Tetapi yang lebih penting, tumbuh kembang anak didik terus dipantau dan mengalami perkembangan. “Missal, dari semula yang tidak rajin menjadi rajin, semula tidak menghargai menjadi lebih menghargai, dan semula yang tidak memiliki empati menjadi bisa berempati.”

Beberapa waktu lalu, perwakilan dari SMA St Bellarminus menjadi juara empat dalam Olimpiade tingkat Nasional. Prestasi ini membanggakan, namun bagi Totok, ini bukanlah tujuan utama. “Yang meraih juara kan hanya satu siswa. Sehingga yang utama adalah kemajuan yang harus diraih semua siswa.”

Gabriel Indratna mulai bergabung menjadi pengajar di Sekolah Menengah Pertama St Bellarminus Bekasi sejak tahun 2008. Indrat mengatakan, meskipun belum genap sepuluh tahun, ia merasakan perkembangan yang nyata setiap tahun. Misi sekolah yang berkomitmen untuk hadir bagi mereka yang kurang mampu menjadi hal yang selalu diingat Indrat. “Dengan ini, sekolah tidak saja hadir dalam bidang edukasi, namun selaras dalam bidang sosial juga,” kata Kepala SMP St Bellarminus.

Indra berharap, Sekolah St Bellarminus dari tingkat TK sampai SMA mampu menjadi sekolah pilihan bagi masyarakat. Semua elemen sekolah bertekat untuk berjalan beriringan dengan visi dan misi sekolah; membantu mereka yang kurang mampu dalam ekonomi dan akademik. Sr Francelin melanjutkan, usia perak ini adalah perwujudan nyata gereja untuk menyelamatkan jiwa sesama manusia. Sarana yang dipakai adalah pewartaan dalam dunia pendidikan, sehingga sasarannya juga setiap siswa di Sekolah St Bellarminus Bekasi. “Sekolah di sini memiliki keunikan yang selalu dijaga setiap tahun. Dalam mendidik anak didik, sekolah mau menunjukkan Gereja yang peduli dan memperhatikan kebutuhan masyarakat sekitar.”

Perjalanannya selama berkarya di Sekolah St bellarminus ini, sunguh dihayati Sr Francelin sebagai ladang kerasulannya. Ia melihat perkembangan anak yang semula lemah secara akademis, perlahan berkembang dan mulai menguat kemampuan akademisnya. Selain itu, pertumbuhan sekolah ini sendiri terlihat dari pengembangan berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, serta peningkatan penghasilan para pengajar serta karyawan.

Sr Francelin berharap kiranya para guru mau berjuang dengan keras bersama-sama dengan Gereja. Kebersamaan ini untuk terus mengupayakan perhatian kepada anak-anak yang tersingkirkan. Ia berharap anak-anak mampu berkembang dan bertumbuh baik dalam iman dan kemampuan bermasyarakat. Ia juga bermimpi anak-anak semakin cemerlang dalam mengembangkan potensi akademisnya. “Usia 25 tahun, sudah cukup lama juga. Kami hanya bersyukur atas kemurahan Tuhan selama ini.”

Christophorus Marimin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini