HIDUPKATOLIK.com – Profesi dokter tidak hanya mendiagnosa penyakit. Ia juga menjadi panggilan untuk membangun kesadaran hidup sehat melalui berbagi informasi. Dokter Wikan melakukan lewat tulisan.
Dokter F.X. Wikan Indrarto, minimal sekali seminggu menulis artikel kesehatan. Tapi kalau lagi banyak inspirasi, Dokter Wikan bisa menulis tiga artikel dalam sepekan. Tulisan itu, ia sebar lewat aplikasi Whatsapp. Dulu sebelum era media sosial, ia mengirimkan tulisan melalui grup email. Kebiasaan menulis ini, telah ia geluti sejak awal abad milenium. “Pada awal 2000-an, saya mulai berbagi informasi berupa artikel via email atau milis,” kata alumnus Program Doktor Ilmu Kedokteran Klinik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.
Tulisan dokter spesialis anak ini juga hadir di kolom opini beberapa surat kabar nasional. Tulisannya tak melulu soal kesehatan. Ia juga mengupas masalah kemanusiaan, lingkungan, dan modernitas, misal soal peran dan dampak negatif internet bagi generasi muda. “Saya mencoba kemas dalam bahasa yang mudah dicerna.”
Kewajiban Informasi
Karya alumnus Kolese de Britto Yogyakarta ini masuk kategori tulisan populer. Saat menulis, Dokter Wikan memposisikan diri sebagai pembaca. Karena itu, ia gemar membaca pelbagai artikel, entah opini atau esai ringan. Bacaan itu menjadi rujukan Dokter Wikan dalam menulis.
Dokter Wikan menyebut, profesi dokter menjadi alasan dia menulis. Padanan kata Latin, duco, ducere, duxi, ductus, yang merupakan asal kata dokter, memiliki arti; ‘memberi tahu, memimpin atau mempertimbangkan’. Jadi setiap dokter, jelasnya, wajib memberikan informasi dan pengajaran kepada para pasien. “Tapi tentu tak setiap orang bisa menulis. Tapi bagi saya, akan lebih mudah menyampaikan informasi kesehatan kepada para pasien, keluarganya dan bahkan masyarakat luas,” kata ayah tiga orang anak ini.
Pada era digital, penyebaran informasi jauh lebih mudah dilakukan. Para pembaca tulisan Dokter Wikan kerap menganjurkannya untuk memiliki website sendiri. “Saya sudah seringkali dianjurkan menjadi blogger atau youtuber, agar lebih praktis dalam menyebarkan informasi di dunia maya, tetapi sampai sekarang saya belum mampu,” jelasnya merujuk pada aktivitasnya yang padat.
Menulis juga sebagai cara merawat pengetahuan. Dokter Wikan paham, pada zaman yang berubah cepat, ia juga mesti giat membaca. Pembelajaran seorang dokter, katanya, berlangsung seumur hidup. Perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan selalu berlangsung dan berubah dengan relatif sangat cepat. “Dokter harus melakukan pembelajaran, baik yang bersifat personal mandiri maupun bersama.”
Sejak 2006, Dokter Wikan secara berkala mengikuti seminar internasional di berbagai belahan bumi, misal pada September 2014, ia mengikuti European Respiratory Society International Congress di Munchen, Jerman. Yang termutakhir, pada Agustus 2016, ia terbang ke Kanada, mengikuti The 28th International Pediatric Congres. “Semua itu memang mahal dan sulit, tetapi dengan niat kuat, perencanaan matang, dan kejelian cermat menghitung biaya, ternyata dapat dilakukan dengan cukup teratur.”
Tak Pensiun
Kala masih di Kolese de Britto, Wikan muda ingin menjadi arsitek. Tapi orangtua memintanya menempuh kuliah kedokteran. Patuh pada orangtua, Wikan pun kuliah kedokteran di UGM. Lulus dari UGM, ia ke RS St Elizabeth Lela Maumere, Flores, NTT menjalani masa wajib kerja sarjana I.
Maumere tak terlupakan. Di sana anak pertamanya lahir. Wikan membantu sendiri proses persalinan karena tak ada dokter lain. Tiga tahun lebih di Lela, Dokter Wikan kembali ke UGM. Ia mengambil spesialis anak. Pada 1999, setelah empat tahun belajar, Dokter Wikan menyandang gelar dokter spesialis anak.
Dokter Wikan paling mengingat momen ketika berkarya di daerah. Pada saat-saat itu, ia harus berjibaku dengan keterbatasan peralatan dan tenaga medis. Pada awal milenium, Dokter Wikan menjalani masa wajib kerja sarjana II sebagai dokter spesialis anak di RSUD Dr. Soemarmo Sosroatmodjo Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah. Hanya setahun di Bumi Borneo, Dokter Wikan dipanggil manajemen RS Bethesda Yogyakarta. Di RS Bethesda, Dokter Wikan mengampu banyak posisi, mulai dari Kepala Bidang Pelayanan Medik, Ketua Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya, Koordinator Program Rekam Medik Elektronik, hingga Kepala Badan Koordinasi Pendidikan.
Rutinitas yang padat tidak menjadi alasan untuk berhenti belajar. Pada sela-sela kerja, ia mengambil program doktoral Ilmu Kedokteran Klinis di UGM. Ia lulus pada 2013. Di RS Bethesda, ia bekerja selama hampir 16 tahun hingga pensiun pada 2016.
Tapi pensiun tidak menghentikan Dokter Wikan untuk berkarya. Kini, ia menjadi dokter spesialis anak di RS Siloam Yogyakarta dan di RS Panti Rapih, juga berpraktik medis mandiri.
Ibarat peribahasa makin tua, makin jadi, Dokter Wikan justru semakin produktif. Ia terlibat dalam pelbagai kepengurusan organisasi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Ikatan Dokter Anak cabang Yogyakarta. Kini, ia menjabat sebagai ketua merangkap sekretaris IDI cabang Yogyakarta. Tak hanya itu, ia juga menjadi anggota Dewan Pengawas Yayasan Slamet Riyadi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Posisinya di IDI tidak hanya membahas masalah medik tapi juga soal distribusi dokter yang tidak merata. Maka, ia selalu mendorong dokter baru untuk mau berkarya di daerah. “Bahkan saya memohon kepada orangtua dokter baru yang hadir, agar tidak menghalangi keinginan putra-putrinya untuk berangkat ke daerah tertinggal, termiskin, dan terluar Indonesia.”
Dokter Wikan juga aktif mengajar. Ia pernah menjadi dosen di Akademi Perawat Bethesda dan Program D3 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta. Saat ini, ia masih aktif sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta.
Bagi prodiakon di Paroki St Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta ini, karya tak kenal pensiun. Pun demikian dengan menulis artikel dan berbagi informasi juga tak mengenal pensiun.
F.X. Wikan Indrarto
TTL : Magelang, 26 Mei 1966
Istri : B. Sari Prasetyati
Anak : E. Yudhistira Yasanusaraharja Indrarto, K. Bimoseno Kridolaksono Indrarto, A. Larasati Pangarsaningutami Indrarto.
Pendidikan:
• SMP Bruderan Purworejo
• SMA Kolese de Britto
• S1 Kedokteran Fakultas Kedokteran UGM
• Spesialis Anak (S2) UGM
• Program Doktor Ilmu Kedokteran Klinik UGM
Pekerjaan:
• RS St Elizabeth Lela
• Dokter spesialis anak di RSUD Dr. Soemarmo Sosroatmodjo Kuala Kapuas
• RS Bethesda Yogyakarta (2001-2016)
• Dokter spesialis tamu di RS Panti Rapih Yogyakarta
• Pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta
Edward Wirawan