Wadah Kaum Muda Bersekutu Dalam Doa Dan Pelayanan

1018
Tekun dalam Komsel: Anggota YPC St Gregory menyimak pemaparan Cinde Triatmoko dalam Komsel di aula Paroki Beatae Mariae Virginis Bogor.
[HIDUP/Edward Wirawan]

HIDUPKATOLIK.com – Awalnya, tiga orang muda utusan dari Keuskupan Bogor. Mereka merintis, dan akhirnya membentuk komunitas doa, dengan semangat meneladan St Gregorius Agung: menjadi hamba dari para hamba Allah.

Hari ini, hari yang telah dijadikan Tuhan // Mari kita bersuka di dalam Tuhan….” Demikian penggalan syair lagu berjudul “Bersuka Dalam Tuhan” yang dinyanyikan anggota Youth Prayer Community (YPC) St Gregory, di Aula Paroki Beatae Mariae Virginis Bogor, Minggu, 28/6. Dengan raut wajah gembira, mereka menyanyikan lagu itu hingga tiga kali.

Lantunan lagu ini, sekaligus menjadi pembuka kegiatan Kelompok Sel (Komsel) komunitas YPC St Gregory hari itu. Komsel merupakan kegiatan rutin YPC St Gregory. Dalam acara Komsel itu, mereka mendengarkan firman Tuhan, renungan, dan berbagi pengalaman hidup serta berdoa bersama. Lagu-lagu pujian dan penyembahan menjadi ciri khas dalam acara ini.

Bermula dari Surabaya
Pendirian YPC St Gregory diawali pada November 2010. Ketika itu, Konvensi Nasional Kaum Muda Persekutuan Karismatik Katolik Indonesia digelar di Surabaya. Setiap keuskupan mengirimkan wakilnya. Maka, Uskup Bogor waktu itu, Mgr Michael Cosmas Angkur OFM, meminta kepada Badan Pelayanan Keuskupan Pembaruan Karismatik Katolik (BPK PKK) Keuskupan Bogor untuk menyiapkan perwakilan.

Karena BPK PKK Keuskupan Bogor belum memiliki Persekutuan Doa Karismatik (PDK) untuk kaum muda, maka mereka menetapkan tiga orang muda lulusan Sekolah Evangelisasi Pribadi (SEP) untuk diutus. Ketiga orang itu adalah Cinde Triatmoko, Amy Yulia Gultom dan Novie Ikadita. “Kami diutus hanya dengan modal lulusan SEP,” ungkap Cinde Triatmoko yang saat ini menjabat sebagai kordinator YPC St Gregory.

Di Surabaya, Cinde dan kedua temannya bertemu dengan berbagai PDK Kaum Muda dari keuskupan-keuskupan di Indonesia. “Dalam acara itu diajarkan pengetahuan tentang Karismatik dan juga sharing pengalaman iman dan nyanyian pujian dengan iringan band,” kenang Cinde. Selama sepekan di Surabaya, Cinde dan kedua temannya mendapatkan banyak pengetahuan tentang Karismatik.

Setelah pulang ke Bogor, Cinde, Amy dan Novie, membentuk Komsel. Setiap Kamis pukul 19.00, mereka berkumpul untuk berdoa, sharing, dan membaca kitab suci. Enam bulan, kemudina mereka mengajak kaum muda lulusan SEP di Keuskupan Bogor untuk bergabung. Anggota kelompok ini pun bertambah.

Dibimbing BPK PKK
Pada Desember 2011, Cinde mengusulkan untuk membentuk PDK Kaum Muda kepada Koordinator BPK PKK Keuskupan Bogor, yang saat itu dijabat Mariati Surya. Gayung bersambut, Mariati setuju dengan syarat mereka harus dibimbing terlebih dulu oleh BPK PKK Keuskupan Bogor. Setelah setahun menjalani bimbingan, pada Februari 2012, pengurus YPC St Gregory dilantik oleh Moderator BPK PKK Keuskupan Bogor, Romo Stefanus Maria Sumardiyo Adi Pranoto.

Dalam pelantikan itu mereka memilih nama YPC St Gregory sebagai nama komunitas. Menurut Cinde, nama itu diambil karena komunitas ini beranggotakan orang muda yang ingin melayani dalam semangat kerendahan hati. ”Kami ingin mengikuti motto Servus Servorum Dei dari St Gregorius Agung. Moto itu mencerminkan kerendahan hati,” ujar bungsu dua bersaudara kelahiran Sukabumi, 16 November 1987 ini.

Meski dilantik oleh Moderator BPK PKK Keuskupan Bogor, menurut Cinde, YPC St Gregory tetap menjadi bagian dari kelompok kategorial Paroki Beatae Mariae Virginis. Setiap Minggu kedua dan keempat, komunitas ini mengadakan kegiatan persekutuan doa dan Komsel. Dalam persekutuan doa, mereka mengadakan puji-pujian, pembacaan firman, juga pewartaan firman yang disampaikan oleh orang yang ditunjuk BPK PKK Keuskupan Bogor. Pewarta firman, tidak hanya imam tetapi juga awam yang sudah mendapat izin dari BPK PKK.

Dalam pelayanan, YPC St Gregory juga melebarkan sayapnya ke luar paroki. Salah satu kegiatan mereka adalah mengisi Komsel di SMA Regina Pacis Bogor yang diadakan sebulan sekali. YPC St Gregory mengisi acara bergantian dengan komuntas Karismatik lain. Para suster ingin agar para siswa dilayani oleh orang Katolik. Waktu itu, pengelola sekolah ini mengundang komunitas-komunitas Karismatik Katolik, termasuk YPC St Greogry.

Menggerakkan Kaum Muda
Dalam berkegiatan, YPC St Gregory berpegang kepada visi untuk menggerakkan kaum muda dalam peningkatan aktivitas doa, pendalaman Firman Allah, hidup berkomunitas dan pelayanan. Untuk itu, YPC St Gregory mengadakan kegiatan sebualan sekali. Acaranya diisi selang-seling antara persekutuan doa dan Komsel. Lewat kegiatan itu banyak anggota yang merasakan buahnya. Vladia Prysheldy Wijaya, misalnya, menjadi rajin berdoa, tidak pernah absen Misa Minggu, dan aktif dalam kegiatan Gereja. “Lewat komunitas ini, saya bisa lebih memahami firman Allah serta ajaran Gereja,” kata Isel, panggilan akrabnya.

Bagi Humas YPC St Gregory, Laurensius Kevin Wijaya, komunitas ini merupakan sekolah kedua baginya. Ia belajar berorganisasi, bertanggung jawab, dan bergaul dengan orang banyak. “Saya jadi mudah beradaptasi, termasuk di tempat kerja,” ujar Kevin.

Sebagaimana komunitas-komunitas lain, perjalanan YPC St Gregory penuh tantangan. Aktivikas komunitas ini mengalami pasang surut. Diceritakan Kevin, ada beberapa anggota yang tanpa alasan mengundurkan diri. Pada pertengahan 2013, anggota aktif tinggal delapan orang.

Menyikapi hal itu, YPC St Gregory kemudian membuat kegiatan lain. Selain persekutuan doa, mereka juga mengadakan kegiatan di alam, misalnya dengan joging bersama ke Kebun Raya Bogor. Setelah itu, dilanjutkan dengan sharing pengalaman iman dan ditutup dengan doa.

Kegiatan lain, mereka mengadakan kegiatan Praise and Worship Night pada Minggu kedua setiap bulan Desember. Kegiatan ini merupakan pengembangan dari Kebangunan Rohani Katolik (KRK). Mereka menyanyikan lagu-lagu pujian dengan iringan band, sementara panggung ditata sebagaimana konser musik. Sedangkan pada Agustus, mereka mengadakan Retret Hidup Baru Dalam Roh.

Mawar Maria
Tiga kegiatan di atas, dinilai lumayan efektif untuk menarik minat kaum muda. Sebelum acara-acara besar itu diadakan, YPC St Gregory biasanya mengadakan penggalangan dana dengan Aksi Seribu Mawar. Aksi ini diadakan pada Bulan Maria Mei dan Bulan Rosario Oktober. Dana yang terkumpul dari Aksi Seribu Mawar pada bulan Mei akan dialokasikan untuk kegiatan retret. Sedangkan hasil aksi pada bulan Oktober dialokasi untuk acara Praise and Worship Night. 

Dijelaskan Cinde, saat membeli mawar, umat diberi kesempatan untuk menulis intensi yang akan didoakan oleh YPC St Gregory. Satu tangkai dijual Rp 15 ribu. Pada Aksi Seribu Mawar Oktober 2014, mereka berhasil menjual 2.000 tangkai. “Lewat jualan mawar, kami seakan mendapat donatur tetap, yaitu Bunda Maria,” cerita Cinde, anggota dan lulusan IPB.

Edward Wirawan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini