Paus Tinggalkan Kolombia lalu ke Myanmar dengan Doa bagi Perdamaian dan Orang Miskin

596
Paus Fransiskus tiba untuk memimpin misa di Kairo, Mesir, Sabtu (29/4/2017). (Osservatore Romano/Handout via REUTERS/cfo/17) - antaranews.com

HIDUPKATOLIK.COM – Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Roma Sedunia, Paus Fransiskus, meninggalkan Kolombia pada Minggu (10/9/2017) waktu setempat dengan sebuah seruan untuk rekonsiliasi nasional setelah perang saudara selama setengah abad.

Dia juga berharap sebuah akhir yang damai atas krisis mematikan di Venezuela, negara tetangga Kolombia, yang dipimpin oleh Presiden Nicolas Maduro itu.

Baca Juga:

Setelah dari Benua Latin, Paus akan menuju ke Asia untuk mengunjungi Myanmar dan Bangladesh terkait Kasus Kemanusiaan Rohinya. AKHIR NOVEMBER, PAUS KUNJUNGI ASIA, SALAH SATUNYA MYANMAR

Paus kelahiran Argentina berusia 80 tahun itu memimpin misa di lapangan terbuka di Cartagena, kota wisata utama Kolombia namun juga salah satu kota termiskin di wilayah itu.

Di hari terakhir lawatan kelimanya sebagai paus ke benua asalnya itu, Paus Fransiskus mengulangi seruan perdamaian di Kolombia dan berdoa agar “krisis mematikan” Venezuela dapat segera berakhir dengan damai.

“Saya memastikan, semua doa saya untuk masing-masing negara di Amerika Latin, dan dengan cara yang khusus (juga berdoa) bagi negara tetangga Venezuela,” kata Paus, seperti dilaporkan kantor berita Perancis, AFP, Senin (11/9/2017).

“Saya memohon agar semua kekerasan dijauhkan dari kehidupan politik dan untuk solusi terhadap krisis mematikan saat ini, yang berdampak buruk bagi semua orang, terutama masyarakat yang paling miskin dan tidak beruntung.”

Krisis Venezuela

Krisis di hampir semua sektor kehidupan saat ini sedang melanda Venezuela. Krisis telah menyebabkan kekurangan pangan, obat-obatan, bentrokan pada demonstrasi anti-pemerintah yang menyebabkan 125 orang tewas dari April hingga Juli.

Sebelumnya Vatikan telah berusaha, namun tidak berhasil, memediasi perundingan antara pemerintah Venezuela dan oposisi pada 2016. Ribuan warga Venezuela telah melarikan diri ke Kolombia untuk menghindari krisis tersebut. Kini pada September 2017, Paus Fransiskus sendiri yang datang. Dan banyak harapan keberhasilan pada usaha beliau ini.

“Kami meminta Paus agar terlibat dalam proses dialog ini,” kata Nancy Pugliese (35), seorang warga, yang menghadiri lawatan Paus Fransiskus di Cartagena.

“Kami membutuhkan semua dukungan spiritual yang diperlukan untuk membebaskan Venezuela. Paus harus memberi tahu Presiden Maduro secara langsung agar mendengarkan warganya.”

Pada Minggu (10/9/2017), oposisi Venezuela mengadakan pemungutan suara untuk memilih kandidat untuk ikut bertarung dalam pemilihan gubernur pada Oktober tahun ini.

Koalisi oposisi (MUD) dan kekuatan internasional menuduh Maduro mengebiri demokrasi dengan mengambilalih kekuasaan dari lembaga negara.

Perdamaian di Kolombia

Paus Fransiskus mengulangi seruannya bagi untuk rekonsiliasi di Kolombia karena dinilainya berhasil untuk mengakhiri konflik sipil yang telah berlangsung selama setengah abad. Dia telah mendukung kesepakatan damai antara pemerintah dan pasukan gerilya terbesar di negara itu (FARC).

Kritikus mengatakan, gerilyawan telah menyadari perlunya perdamaian setelah adanya pengampunan atau amnesti atas mereka dan hukuman alternatif.

“Luka dalam yang paling lama tentu saja sangat membutuhkan agar keadilan dapat dijalankan dengan baik … Tapi itu hanya permulaan saja,” kata Bapa Suci pada saat misa di Cartagena.

Di Cartagena, Franskus juga mengunjungi San Francisco, distrik miskin dan kumuh. Di sana ia memberkati peletakan fondasi tempat penampungan baru bagi para tunawisma. (Kompas.com)

Lawatan selanjutnya Paus akan menuju ke Asia terutama Myanmar dan Bangladesh untuk seruan kemanusiaan di Rohingya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini