Perayaan Ekaristi Dalam Bahasa Isyarat

474
Anggota PATURKA bersama Vikaris Episkopal KAJ Romo Al. Andang L. Binawan SJ.
[NN/Dok.PATURKA]

HIDUPKATOLIK.com – Para penyandang tunarungu juga dipanggil Gereja agar aktif berkegiatan. Melalui sebuah komunitas, Gereja membuka tangan melayani umat penyandang tunarungu.

Saban Minggu, saat Misa pukul 11.00 di Paroki Katedral St Perawan Maria Diangkat ke Surga Jakarta, ada pemandangan yang sedikit berbeda. Seseorang akan berdiri di depan altar St Yusuf. Sepanjang Misa, ia akan meliukliukan tangan dengan mimik muka dan gestur tubuh (intepreter). Gerakan-gerakan itu bukan tanpa makna. Ia sedang menerjemahkan seluruh bagian Misa dalam bahasa isyarat.

Bahasa isyarat ini, sangat membantu umat penyandang tunarungu yang ikut serta dalam Misa. Sebagian penyandang tunarungu ini adalah anggota Paguyuban Tuna Rungu Katolik (PATURKA). Pada Misa keempat setiap Minggu di Katedral Jakarta, sekurangnya ada 30 penyandang tunarungu yang hadir. Mereka biasa duduk di depan kor dan memanjang empat baris ke belakang.

Perhatian Paroki
Kepala Paroki Katedral Jakarta, Romo A. Hani Rudi Hartoko SJ mendukung penuh kegiatan PATURKA. Ia meminta agar para penyandang tunarungu mengikuti Misa pukul 11.00. Pada waktu ini, sudah disediakan tempat khusus untuk mereka.

Selain Misa rutin di Katedral Jakarta, PATURKA juga memiliki Misa khusus setiap bulan. Misa ini diadakan di lantai tiga Gedung Yayasan Lembaga Daya Dharma (LDD) Jakarta. Untuk Misa ini, PATURKA belum memiliki jadwal khusus. Namun, umumnya diadakan pada minggu ketiga atau keempat dalam bulan.

Dalam perjalanan, Misa khusus PATURKA sempat berpindah tempat di aula Regina Pacis Jakarta. Hal ini dikarenakan saat itu Gedung LDD sedang direnovasi, sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai tempat Misa. Jadi saat ini, PATURKA memiliki dua tempat yang selalu siap dipakai untuk Misa khusus.

PATURKA sudah ada sejak 4 April 2001. Awalnya, komunitas ini bertujuan untuk memberdayakan para penyandang tunarungu dan memperdalam iman. Kegiatan utama komunitas ini mulanya mengikuti Perayaan Ekaristi, baik bersama umat maupun khusus bagi penyandang tunarungu.

Namun, dalam perjalanannya kegiatan PATURKA terus berkembang. Ketua PATURKA yang baru terpilih sebulan lalu, Restu Lestari mengatakan, selain Misa, kegiatan lain yang aktif diikuti anggota PATURKA adalah seminar, pendalaman iman, rekoleksi, dan retret. Kegiatan ini sudah menjadi kegiatan rutin tiap tahun.

Restu mengatakan, meskipun belum genap dua tahun bergabung bersama PATURKA, ia mengalami sebuah perubahan yang sangat besar dalam dirinya, terkait dengan cara pandang dan semangat untuk mengikuti Misa. Ia mengungkapkan, sebelum bergabung dengan PATURKA, seringkali perasaan malas pergi ke gereja menggelayuti dirinya. Kalau pun memaksakan pergi ke gereja, ia selalu diliputi rasa kantuk yang susah dihilangkan. “Ngantuk karena saya tidak mengerti apa yang terjadi, ga bisa denger apa yang diomongkan dan juga tidak ada yang bantu translate,” ujarnya.

Namun, seberkas harapan muncul saat tahu di Katedral Jakarta ada yang membantu untuk menerjemahkan Misa dengan bahasa isyarat bagi penyandang tunarungu. Ia berharap, teman-teman tunarungu, melalui seorang intepreter, mampu mengerti setiap ritus Misa dan serius dalam mengikutinya.

Ia juga berharap, setiap anggota PATURKA bisa membantu rekan-rekannya yang senasib. “Kaum difabel jangan hanya berpangku tangan dan terus minta dibantu terus. Kita juga harus bisa mandiri dan bangkit membantu mereka yang lebih susah dari kita,” ujar Restu.

Tangan Tuhan
Belum lama ini, PATURKA berkunjung ke Keuskupan Bandung. Kedatangan mereka disambut hangat Uskup Bandung, Mgr Antonius Bunjamin Subianto OSC. Dalam kunjungan ini, anggota PATURKA ingin memperkenalkan diri, bersosialisasi, dan juga ingin mengambil bagian dalam Perayaan Ekaristi bersama umat Keuskupan Bandung. Sebelumnya, hal yang sama juga dilakukan PATURKA di Keuskupan Bogor. Mereka juga disambut hangat Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM.

Salah satu pendamping PATURKA, Anna Dolita mengatakan, dalam menjalankan berbagai kegiatan di luar Perayaan Ekaristi, komunitas ini tidak lepas dari bantuan dari sahabat komunitas. Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Paroki Katedral, LDD, dan para donatur berusaha untuk mendukung setiap kegiatan yang diadakan PATURKA. Anna menyadari, perhatian ini adalah salah satu bentuk nyata perpanjangan tangan Tuhan untuk komunitas ini.

Berbagai kegiatan yang dilakukan komunitas ini, bagi Anna, adalah salah satu bentuk perhatian untuk mengajak umat, yang masih malu untuk mengambil peran dalam hidup bermasyarakat, meskipun mereka memiliki kekurangan. “Saya menyadari, ada banyak orangtua memiliki anak yang menyandang tunarungu, tetapi malu mengakuinya. Oleh sebab itu, melalui komunitas ini, kami mau memberikan contoh nyata, agar anak-anak mereka atau penyandang tunarungu berani mengambil peran. Hal ini saya yakini untuk pertumbuhan iman mereka juga.”

Sudah lebih dari sepuluh tahun, Anna terlibat dalam pendampingan umat berkebutuhan khusus. Terlebih, Anna banyak meluangkan waktu untuk mendampingi PATURKA. Ia tidak memungkiri, selama ini dalam pendampingan, kerapkali ia berhadapan dengan berbagai halangan.

Kendala komunikasi tentu menjadi yang dominan. Anna sadar, ia dituntut memiliki kesabaran ekstra. Ia juga dituntut setia, termasuk saat mendampingi komunitas ini ketika berkegiatan. Kendala ini, bagi Anna justru menjadi kesempatan untuk semakin memperkuat tali kebersamaan anggota PATURKA.

Kasih sayang menjadi rahasia yang selalu menjadi pegangan Anna. Kasih yang selalu menguatkannya untuk tetap setia mendampingi PATURKA. Anna mengungkapkan, kesabaran menjadi kunci untuk menemukan kebahagiaan dalam setiap karya di tengah komunitas ini. Anna berharap, melalui PATURKA, banyak umat penyandang tunarungu tersapa dan berani tampil. Ia ingin mereka berani ambil bagian dalam hidup bermasyarakat dan juga dalam menggereja.

Christophorus Marimin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini