HIDUPKATOLIK.com – Pekan Biasa XXI; 1Tes 4:1-8; Mzm 97; Mat 25:1-13
PERUMPAMAAN mengenai “Sepuluh Gadis” ini tidak bicara mengenai “kedatangan mendadak” dari sang mempelai (lih. Mat 25:6), tetapi lebih mengenai “penundaan panjang dan lama” dari kehadiran pengantin (lih. ay 5). Lima gadis bijaksana yang dalam orientasi batinnya sudah mempersiapkan diri menghadapi penundaan tersebut. Sebaliknya, lima gadis yang “dungu dan tidak memiliki perencanaan jangka panjang”, tidak siap, dan karena itu “tidak akan dibukakan pintu,” dan bahkan diusir dengan kata-kata: “Aku tidak mengenal kamu!”(ay 11). No second chance untuk mereka, meski sejak awal telah merupakan “orang dalam” dari kelompok terpilih!
Perumpamaan Injil Mateus mengenai “tuan rumah” (Mat 24:43-44), “hamba” (ay. 45-51), “sepuluh gadis” (Mat 25:1-13), dan “talenta” (ay. 14-30), memang bicara mengenai “orang dalam” di Kerajaan Surga. Namun, kedudukan terhormat itu tidak otomatis bisa dijadikan jaminan untuk mendapatkan keistimewaan sebuah second chance. Semua dituntut sama, yakni siap sedia. Artinya, secara tetap dan terus-menerus berada dalam komunikasi dengan Sang Tuan dengan melaksanakan kehendak-Nya.
St Augustinus menafsirkan sikap lima gadis bijak itu dengan mengatakan, “Pelita yang menyala itu adalah perbuatan kasih, yang ‘menerangi’ lingkungan hidup kita. Sedangkan, minyak adalah lambang iman dan suara hati, yang membuat perbuatan kita menjadi sebuah kemuliaan yang lebih besar bagi Allah.”
Henricus Witdarmono