Orang Muda Asia Belajar dari Barnabas Sarikromo

365
Mgr Riana Prapdi, Romo Yohanes Dwi Harsanto dan Jonathan Cho sesaat usai konferensi prrss

HIDUPKATOLIK.com – BERAWAL dari sakit kaki yang tak kunjung sembuh, Barnabas Sarikromo merasakan bahwa ada kegelisahan batin yang senantiasa menggelanyut dalam hidupnya. Kepuasan batin baru dapat ditemukan Sarikromo, saat ia berjumpa dengan iman Katolik. Lebih jauh, ia melihat bahwa kegelisahan ini menemukan jawabannya lewat budaya. Budaya yang dimaksud adalah laku bersamadi di sana ia menemukan Allah. Hal ini dismapaikan Mgr Pius Riana Prapdi dalam konferensi press di hari kedua Asian Youth day di Ruang Arjuna, jogja Expo Centre Yogyakarta, 3/8.

Pengalaman Barnabas ini yang menjadi tema inti dalam materi yang akan disampaikan Romo Dominicus Bambang Sutrisno dalam planarry sesion di hari kedua AYD7. Romo Bambang adalah pakar dalam sejarah awal Katolik di Jawa.

Mgr Riana melanjutkan, Sarikromo adalah tokoh penting dalam pengembangan Gereja di Semarang dan Indonesia. Berkat pentunjuk batini yang dialaminya, Sarikromo menemukan jalan dan sampai kepada kristus. “Mengapa sarikromo dipilih, untuk menbantu refleksi orang muda, karena Sarikromo menggunakan inspirasi hidup batin Jawa untuk mendalami imannya,” kata Mgr Riana.

Sarikromo adalah anak budaya jawa yang pada waktu itu dan menggunakan akal sehatnya untuk mencari saudara. “Maka menjadi nyata, bahwa watak dasar budaya jawa atau budaya Asia adalah suka bergaul dan berpandangan positif tentang orang lain.”

Sementara itu, Romo Yohanes Dwi Harsanto menyampaikan dinamika peserta yang mencoba mensharingkan pengalaman mereka dalam mendalami ensiklik Paus Fransiskus Laudato Si’. Tambah Romo Dwi, setiap delegasi berharap memperoleh tindakan praktis untuk menjalankan pesan ensiklik ini dalam kehidupan sehari-hari. “Kesempatan berbagi mengenai pengalaman berekologi, pengalaman mereka dalam menghayati iman dalam lingkungan alam ciptaan Tuhan,” kata perwakilan Panitia AYD7 ini.

Selain itu, konferensi pers kali ini juga menghadirkan Jonathan Cho dari Konferensi Uskup Hongkong dan Sumba Tarik dari Konferensi Uskup Pakistan. Keduanya mensharingkan pengalaman mereka dalam menyelami pesan Laudato Si’ dalam konteks kedua negara.

Antonius E. Sugiyanto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini