HIDUPKATOLIK.com -Â Idul Fitri menjadi momen untuk menjalin persaudaraan, terutama dengan mereka yang miskin dan lemah. Pun menjadi sarana mempererat tali silaturahmi.
RUMAH Persahabatan Komunitas Sant’Egidio-Mensa di kawasan Kedoya, Jakarta Barat dihiasi pernak-pernik Lebaran. Ketupat digantung di pintu-pintu dan tangga. Bunga-bunga segar pun mewarnai meja-meja. Hari pertama Idul Fitri, Minggu, 25/6, wisma berlantai tiga itu dipenuhi orang. Sekitar 100 orang berkumpul di sini. Mereka yang hadir adalah para pemulung dan kaum miskin kota, serta anggota Komunitas Sant’Egidio. Di tengah mereka, hadir pula Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta Romo Samuel Pangestu.
Tepat pukul 12:00, mereka bersantap siang bersama untuk merayakan Idul Fitri. Romo Samuel pun turut makan bersama. “Walaupun kita berbeda, tapi tetap bersaudara,†ujar Romo Samuel.
Acara Makan Siang Lebaran ini baru pertama kali digelar Komunitas Sant’Egidio. Ini meniru kegiatan Makan Siang Natal yang telah dibuat beberapa tahun belakangan.
Di Mensa, pelayanan bagi para pemulung dan kaum miskin dilakukan setiap Minggu pukul 15:00. Mereka biasa membersihkan diri dan makan bersama di tempat ini. Komunitas Sant’Egidio juga membuka kantin gratis bagi mereka. Selama Ramadhan lalu, setiap minggu ada acara Buka Puasa bersama.
Ide mengadakan Makan Siang Lebaran muncul dari obrolan para anggota Komunitas Sant’Egidio dengan para pemulung. Eveline Winarko, salah satu penanggung jawab Komunitas Sant’Egidio Jakarta mengatakan, banyak di antara mereka yang tak bisa pulang kampung saat Lebaran. Bahkan pada hari raya itu, banyak di antara mereka yang masih mengais rejeki dengan memulung sampah. “Dari situ terpikir, kenapa kita nggak kumpul bareng saja, makan bersama, agar mereka merasakan sesuatu pada hari raya Idul Fitri,†kata Eveline. Rencana, kegiatan ini akan kembali digelar pada Idul Fitri tahun depan.
Idul Fitri juga menjadi momen untuk merajut tali toleransi. Pada Lebaran hari pertama, Minggu, 25/6, Katedral Jakarta mengubah jadwal Misa. Hal ini untuk menghormati umat Islam yang hendak melaksanakan Sholat Idul Fitri di Masjid Istiqal Jakarta. Sementara, halaman Katedral Jakarta digunakan sebagai tempat parkir. Kepala Paroki Katedral Jakarta Romo A. Hani Rudi Hartoko SJ mengatakan, hal ini dilakukan untuk mengembangkan sikap saling menghormati dan turut bergembira bersama umat Islam yang merayakan Idul Fitri. “Ini juga merupakan wujud nyata hasil Temu Pastoral yang membahas sila ketiga Pancasila: bersatu keragaman. Keragaman harus dirawat dan disirami dengan membangun persaudaraan yang tulus, bertetangga yang baik, saling pengertian, serta menghormati satu sama lain,†ujar Romo Hani.
Paroki-paroki lain di Keuskupan Agung Jakarta juga mengembangkan sikap serupa dengan beragam upaya. Sejak awal Ramadhan, di beberapa gereja Paroki terbentang spanduk ucapan selamat menunaikan ibadah puasa. Saat hari raya Idul Fitri, spanduk ucapan selamat pun menghiasi pagar-pagar gereja.
Y. Prayogo
Laporan: Karina Chrisyantia/Maria Pertiwi