HIDUPKATOLIK.com -Â Berhadapan dengan globalisasi, kita mesti memegang teguh nilai kebangsaan.
GLOBALISASI membawa nilai-nilai baru bagi kehidupan manusia, misal nilai baru tentang demokrasi, kemerdekaan, dan hak asasi manusia. Namun, pemahaman baru ini lebih dari sisi individu, tidak sebagai sebuah pemahaman sosial. Globalisasi juga membawa budaya negatif dan hal baru yang tak kita ketahui. Hal ini disampaikan Mayjen (Purn) Emmanuel Imam Maksudi dalam workshop “Merawat Komitmen Kepada Pancasila†di SMA Panggudi Luhur Kampung Sawah, Bekasi, Minggu, 18/6. Acara yang dihadiri sekitar 150 peserta ini digelar Seksi Komsos, Seksi HAAK, dan Seksi Kepemudaan Paroki St Servatius Kampung Sawah, Bekasi.
Imam melanjutkan, globalisasi memunculkan budaya menyangkal dalam diri banyak orang, kecenderungan lebih menonjolkan kepentingan pribadi, mencela, tidak percaya, dan juga hilangnya nilai-nilai kesantunan. “Lewat di depan orang tua sekarang tidak ada yang menunduk,†kata Imam, mencontohkan. Berhadapan dengan globalisasi, kata Imam, amat penting memegang teguh nilai kebangsaan, yaitu membangun kesadaran kolektif untuk mewujudkan suasana kehidupan yang selaras dan harmonis.
Dosen di Lembaga Ketahanan Nasional RI (Lemhanas) ini menegaskan, Pancasila adalah nilai kebangsaan. Dasar negara itu dipahami sebagai satu keutuhan, tiap sila saling berkaitan. “Kalau orang yang bertakwa kepada Tuhan cirinya dapat dilihat. Ia dapat menghargai dirinya sendiri dan tidak akan menjelekkan dirinya, tidak akan merendahkan dirinya, dan tidak menistakan orang lain.â€
Pembicara lain Aloysius Eko Praptanto menjelaskan bahwa salah satu upaya mewujudkan nilai-nilai Pancasila adalah dengan membangun persaudaraan dengan umat beragama lain. “Dengan cara ini, kita membangun hubungan yang baik antaranggota masyarakat,†ujar anggota FKUB Kota Bekasi ini yang juga alumnus Lemhanas.
Sementara Ketua Presidium DPP Wanita Katolik RI, Justina Rostiawati menyoroti peran umat dalam mengamalkan Pancasila di tengah masyarakat. Ia menekankan perlunya upaya-upaya nyata umat untuk mewujudnyatakan Pancasila bersama dengan warga masyarakat.
Dalam diskusi ini juga terungkap bahwa dalam dinamika masyarakat akan selalu muncul kelompok-kelompok yang tidak mendukung toleransi umat beragama. Maka, untuk mengatasi hal tersebut perlu peran umat untuk memperkuat kehidupan bersama. Umat diharapkan aktif bergerak dan meleburkan diri dalam kegiatan masyarakat.
Antonius E. Sugiyanto