Mgr Datus: “Sakramen Imamat Tak Pernah Terikat Kontrak!”

134
Mgr Datus Hilarion Lega disambut sebagai gembala saat tiba di Gereja Santo Yosef Fakfak dengan Tarian Perang dari budaya Kei, Kamis, 15/6. [Marthina Fifin da Lopez/Dok. KOMSOS Paroki St Yosef Fakfak]

HIDUPKATOLIK.com – Tepat 33 tahun silam, 15 Juni tahun ini, Uskup Manokwari-Sorong (KMS) Mgr Datus Hilarion Lega merayakan HUT ke-33 Sakramen Imamatnya. Bersama ribuan umat, para pastor, dan biarawan-biarawati di seluruh kawasan Tim Pastoral Wilayah (TPW) Fakfak, Papua Barat, Uskup berdarah Manggarai itu merayakan Ekaristi secara konselebrasi di Gereja Santo Yosef Fakfak, Kamis sore, 15/6.

Di sela-sela perjumpaannya dengan domba-domba gembalaannya di Fakfak, Mgr Datus sempat berbagi refleksi soal panggilan imamatnya. “Ini sharing saya kepada sebagai rekan imam kepada para sahabat imam. Jangan menjadi imam seperti memikul beban. Jangan pula menghidupi Sakramen Imamat seperti menjalani sesuatu hal yang merisaukan dan membuat galau. Namun, justru sebaliknya, karena kita mengambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan Tuhan, maka hidup dan pembawaan dari pewarta-pewarta (para imam–Red) itu harus mencerminkan cita-cita Tuhan. Pekerjaan-pekerjaan Tuhan itu selalu disebut Karya Keselamatan, Kabar Sukacita,” tegasnya.

Menurut Uskup kelahiran Kupang, Nusa Tenggara Timur, 21 Oktober 1956 ini, cara hidup lebih berbicara daripada pengajaran-pengajaran. Cara hidup lebih bergema daripada rumusan-rumusan. Oleh karenanya, Karena, suka atau tidak, lanjut Mgr Datus, sukacita itu mau tidak mau harus membawa orang kepada perasaan bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada sesama.

“Saya tidak bisa membayangkan, imam-imam dengan sukacita imamatnya, tidak bersyukur atas rahmat Sakramen Imamat itu,” ujar Mgr Datus. Seperti yang dikehendaki oleh semua orang, penghayatan menjadi imam itu dilakukan sepanjang hidup. Oleh karena itu, syukur atas Imamat pasti akan selalu melibatkan umat, menyertakan juga pernak-pernik dan kegiatan-kegiatan yang mungkin membawa dan menghimpun sukacita serta kebersamaan sebagai kesatuan Gereja yang bersama-sama menuju keselamatan Tuhan.

Mgr Datus menggarisbawahi, “Sakramen Imamat tidak pernah terikat kontrak! Tidak pernah ada masa jabatan!” Ia mengajak seluruh hadirin, baik klerus dan awam, supaya selalu mengingat dan membawa kenang-kenangan masing-masing untuk menjadikan setiap pribadi bermanfaat. “Dalam keyakinan iman Katolik, semua orang yang dibaptis itu juga mengambil bagian dalam imamat Tuhan Yesus, yakni Imamat Umum. Kita semua boleh dan dipanggil untuk menjadi Imam, Nabi, dan Raja,” demikian Mgr Datus.

R.B.E. Agung Nugroho

Laporan: Marthina Fifin da Lopez (Papua Barat)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini