Pesan Damai Sesepuh Bangsa

99
Para sesepuh bangsa menyampaikan seruan untuk perdamaian Indonesia.
[HIDUP/H. Bambang S.]

HIDUPKATOLIK.com - Merawat persaudaraan sejati itu tidak hanya menjadi harapan Allah, tapi juga dimaksudkan untuk menghormati Allah yang tergambar dalam ciptaan lain.

LEBIH dari dua jam, tiga belas tokoh nasional lintas agama dan budayawan duduk bersama untuk menyusun seruan perdamaian Indonesia, di kompleks Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Jumat, 26/5. Para tokoh yang tergabung dalam Forum Sesepuh Bangsa untuk perdamaian Indonesia ini antara lain Buya Syafi’i Maarif, Kardinal Julius Darmaatmadja SJ, Shinta Nuriyah Wahid, Abdul Munir Mulkhan, Pendeta Gomar Gulton, Bhikku Nyana Suryanadi, dan Mohammad Sobary.

Saat membuka forum lintas agama ini, Alissa Wahid mengatakan, para sesepuh bangsa ini bertemu di Yogyakarta untuk menanggapi situasi kehidupan berbangsa yang belakangan menghadapi tantangan cukup berat, seperti ujaran kebencian, kasus ledakan bom, ajakan melakukan kekerasan, kekhawatiran dan kecemasan atas masa depan, dan rasa tidak aman yang kian terasa di pelbagai penjuru Tanah Air.

Alissa melanjutkan, para sesepuh bangsa ini telah mengikuti perjalanan kehidupan berbangsa, melampaui beberapa momen sejarah. “Dalam kondisi saat ini, kita butuh percikan kearifan dan inspirasi dari beliau-beliau ini agar perjalanan sejarah bangsa kita bisa tetap dijaga pada arahnya,” tutur Alissa.

Abdul Munir didaulat membacakan lima butir seruan sesepuh bangsa. Lima butir ini adalah harapan kepada semua elemen bangsa, terutama pemerintah yang harus menyadarkan semua pihak tentang pentingnya persatuan dalam Indonesia. Seruan itu juga meminta agar pemerintah bersikap tegas dan bijaksana dalam menanggapi situasi yang menjurus pada keretakan persatuan bangsa dan segera bertindak mengutamakan keselamatan bangsa dan negara. Para sesepuh bangsa juga menilai perlunya dikuatkan kembali pendidikan politik dan sejarah kebangsaan, baik kepada para politisi maupun semua elemen bangsa. Butir terakhir seruan itu berbunyi, perlunya dibangun persaudaraan sejati dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, demi terjaganya persatuan dan kesatuan bangsa.

Shinta Nuriyah menjelaskan, menjaga dan merawat bangsa dan negara menjadi kewajiban seluruh elemen bangsa. “Maka, kita harus bergandeng tangan dan merapatkan barisan untuk melawan kezaliman dan ketidakadilan yang muncul di negeri ini,” ajak istri almarhum Gus Dur ini.

Buya Syafi’i mengatakan, “Kita tidak boleh menyerah dan hanyut dalam pesimisme serta keputusasaan, tapi harus bangkit kembali. Bangsa ini harus menyelamatkan keturunan kita untuk ratusan, bahkan ribuan tahun mendatang.”

Sementara, Kardinal Darmaatmadja mengajak bangsa ini untuk merawat persaudaraan sejati. “Merawat persaudaraan sejati itu tidak hanya menjadi harapan Allah yang menciptakan kita semua, tapi juga dimaksudkan untuk menghormati Allah. Jadi, kalau ada seseorang yang dizalimi orang lain, maka Allah sendiri juga merasa dizalimi,” ingatnya.

H. Bambang S. (Yogyakarta)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini