Seruan Damai Pemuka Agama, Budayawan & Negarawan untuk Indonesia

148
Dok. Panitia

HIDUPKATOLIK.com – NEGARA Kesatuan Republik Indonesia terbentuk bukan secara alami melainkan sebuah kesepakatan dari banyak elemen generasi muda yang pada awalnya berkumpul dalam sebuah momen yang kita kenal sebagai “Sumpah Pemuda”. Indonesia diciptakan dengan sengaja melalui toleransi dan persatuan ketika para pendiri negara ini, para ulama, pendeta, kepala suku, cendekiawan, dengan sukarela melepas bajunya demi persatuan NKRI. Demikian keterangan awal info pers pertemuan yang diberi judul “Seruan Sesepuh Bangsa” di UC Universitas Gadjah Mada (UGM), Bulaksumur, Yogyakarta, Jumat, 26/5, yang masuk ke Redaksi HIDUPKATOLIK.com sore ini.

Dalam pertemuan untuk menyikapi perkembangan situasi bangsa Indonesia yang hangat pada saat ini dan menjelang datangnya Bulan Ramadan, sejumlah pemuka agama, budayawan dan negarawan seperti Buya Ahmad Syafi’i Maarif, Kardinal Julius Darmaatmadja, Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Ida Bagus Agung, H. Abdul Munir Mulkhan, Engkus Ruswana, Mohamad Sobary, Pendeta Gomar Gulton, Bhikku Nyana Suryanadi, KH. Imam Aziz, dan Budi Suniarto berkumpul untuk membicarakan persoalan bangsa.

Pada pertemuan itu, para peserta menyadari bahwa para pendiri bangsa telah menjadikan kredo persatuan sebagai senjata yang paling ampuh untuk meraih cita-cita nasional sekaligus tujuan bernegara sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Mereka juga menyadari bahwa kadang perbedaan pendapat di antara mereka cukup tajam dan sering terjadi, namun perbedaan itu sesungguhnya merupakan khazanah yang dapat memperluas perspektif kebangsaan asalkan disiasati dalam sebuah permusyawaratan keadilan.

Peserta pertemuan menyadari bahwa selama beberapa bulan terakhir, kehidupan berbangsa masyarakat Indonesia sedang menghadapi tantangan. Proses mengupayakan negara demokrasi yang matang diguncang oleh situasi politik yang jauh dari kesantunan dan adab mulia. Masyarakat disuguhi berbagai manipulasi yang tidak memberikan pendidikan politik yang layak, melainkan sajian drama saling serang antar kubu yang berseberangan. Masyarakat menjadi tidak tabu pada ujaran kebencian serta tidak malu-malu lagi untuk adu caci maki di hadapan publik yang luas.

Menurut para peserta pertemuan ini, situasi yang sarat muatan kecurigaan dan ketakutan antar kelompok ini tidak boleh terus berlanjut. Momen suasana keagamaan menjelang Ramadan yang selayaknya penuh kedamaian ini, bagi para peserta pertemuan merupakan waktu yang tepat untuk bersama-sama mengambil jeda, menciptakan jarak pandang agar dapat menoleh ke belakang merenungi persatuan yang koyak akibat fitnah, adu domba, dan kepentingan politik. Oleh karena itu, para peserta pertemuan menyerukan lima hal untuk perdamaian Bangsa Indonesia:
1. Semua elemen bangsa, khususnya Pemerintah, harus melakukan penyadaran bagi semua pihak tentang pentingnya persatuan dalam Indonesia yang bhinneka, dan mendudukkan Pancasila sebagai kepribadian bangsa untuk semua generasi.

2. Pemerintah harus bersikap tegas dan bijaksana dalam menanggapi situasi yang menjurus pada keretakan persatuan dan segera bertindak mengutamakan keselamatan bangsa dan negara.

3. Pemerintah harus memiliki sikap dan bahasa yang sama dalam menghadapi berbagai tantangan hidup berbangsa dan bernegara.

4. Pendidikan politik dan sejarah kebangsaan perlu dikuatkan kembali, baik kepada para politisi maupun semua elemen bangsa, demi keselamatan dan masa depan bangsa.

5. Perlu dibangun persaudaraan sejati dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, demi terjaganya persatuan dan kesatuan bangsa. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan kepada semua makhluk ciptaan Tuhan, bahkan semua agama mewajibkan penerimaan dan penghormatan kepada orang lain.

“Para sesepuh bangsa ini telah mengikuti perjalanan kehidupan berbangsa, melampaui beberapa momen sejarah. Dalam kondisi saat ini, kita membutuhkan percikan kearifan dan inspirasi dari beliau-beliau, agar perjalanan sejarah bangsa kita bisa tetap dijaga pada arahnya,” demikian pernyataan para penggagas forum Sesepuh Bangsa seperti Jeirry Sumampouw, Defy Indiyanto Budiarto, Romo Benny Susetyo, dan Alissa Wahid.

Dok. Panitia

1 KOMENTAR

  1. Bagus, harusnya para tokoh agama di setiap daerah propinsi, kabupaten/kota bahkan hingga kecamatan dan kelurahan/desa melakukan hal yg sama. Shg pernyataan damai itu semakin mendarah daging di seluruh nusantara. Semoga

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini