Gereja Tegas Menolak LGBT

315
Talkshow LGBT di aula Pusat Pastoral Keuskupan Bogor.
[HIDUP/Aloisius Johnsis]

HIDUPKATOLIK.com Gereja tetap menghasihi para LGBT sebagai pribadi yang luhur dan bermartabat. Namun, Gereja tetap menolak perilaku LGBT.

SEJAK dua tahun belakangan, isu Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) beredar luas di tengah masyarakat Indonesia. Globalisasi semakin mendukung penyebaran isu ini sehingga mudah dikonsumsi siapapun. Informasi orang mengubah jenis kelamin, menikah sesama jenis, dan lain sebagainya, beredar di media berbasis internet. Remaja yang sedang berada pada masa pencarian jati diri, bisa menjadi korban sebaran informasi tersebut.

Keprihatinan inilah yang menjadi topik pembicaraan Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Bogor Romo Alfonsus Sutarno dalam talkshow bertajuk Lebih Mencintai-Nya Meski Dunia Semakin Menggoda. Acara yang dihadiri 250 peserta usia remaja ini berlangsung di aula Gedung Pusat Pastoral Keuskupan Bogor, akhir Februari lalu. Kegiatan diprakarsai Seksi Pendidikan dan Seksi Kerasulan Keluarga Paroki Katedral St Perawan Maria Bogor. Selain Romo Alfonsus, Ani Fegda, seorang psikolog yang banyak berkecimpung dalam dunia anak dan remaja juga diundang sebagai pembicara.

Romo Tarno memberikan landasan dari perspektif ajaran iman Katolik dalam memahami LGBT. Ia mengingatkan bahwa setiap manusia diciptakan sebagai makhluk bermartabat, sebagai pria dan perempuan. Menjadi pria atau perempuan bukanlah kehendak manusia, tetapi Tuhan yang menghendaki. Jangan menolak diri sebagai pria atau perempuan. Sebagai orangtua, jangan menyesali atau menolak kelahiran anak laki-laki atau perempuan, ujar Romo Tarno.

Romo Tarno melanjutkan, perkawinan dalam Gereja Katolik adalah perkawinan antara pria dan perempuan. Persatuan pria dan perempuan dalam perkawinan saling menyempurnakan. Bolehkah pria menikah dengan pria atau perempuan menikah dengan perempuan? Menurut Romo Tarno, Gereja dengan tegas menyatakan, No. Gereja tidak mengijinkan pernikahan sesama jenis. Tujuan pernikahan Katolik adalah prokreasi. Dengan demikian, pernikahan sesama jenis menafikan tujuan perkawinan Katolik ini. Gereja tetap memandang mereka sebagai pribadi yang bermartabat dan mengasihi mereka, tetapi tidak mengiyakan perilaku LGBT, tegas Romo Tarno.

Ani lebih menekankan perkembangan remaja, pola asuh orangtua, dan pembekalan diri remaja dalam bergaul. Ani berpesan agar kaum remaja lebih hati-hati dalam bergaul. Hati-hati bila perasaan suka ini berubah menjadi secara seksual. Kalau seperti ini, carilah bantuan dan berkonsultasi, agar dapat ditangani dengan tepat, kata Ani.

Remaja, lanjut Ani, harus bisa kontrol diri dan pintar memilih teman. Jangan sampai hanya ikut tren atau ajakan teman. Sahabat yang positif, mereka yang mengarahkan dan bersama kita menjadi lebih baik, bukan menjauhkan kita dari Tuhan, imbuh Ani.

Aloisius Johnsis (Bogor)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini