Renungan Rabu, 15 Maret 2017 : Patuh pada Kehendak

249
[andrewlemus.wordpress.com]

HIDUPKATOLIK.comPekan Prapaskah II; Yer 18:18-20; Mzm 31; Mat 20:17-28

DIALOG soal pangkat antara ibu anak-anak Zebedeus, para murid, serta Yesus, berakhir dengan tantangan “Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum?” (Mat 20:22). Meskipun mereka menjawab secara afirmatif, Yesus menunjuk pada sesuatu yang lebih tinggi, yaitu “kehendak Allah”.

Dalam Perjanjian Lama, cawan dari Allah itu tidak hanya menggambarkan penderitaan (lih Mzm 75:8), tetapi juga penghakiman dari Allah (lih Yes 51:17; Yer 25:15; Yeh 23:33). Maka, berada dalam lingkaran di sisi Yesus, tidak hanya ikut menderita bersama-Nya, tetapi juga mengikuti kehendak Allah dalam hidup sehari-hari, dan kehendakNya adalah “bila ingin besar, hendaknya menjadi pelayan … bila ingin terkemuka, hendaknya menjadi hamba … sama seperti Putra Manusia … yang melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (ay. 26-28).

Patuh pada kehendak Allah merupakan tema utama kemuridan. Jiwa dan nyawa dari ambisi, hobi, cita-cita, dan keinginan pribadi, harus dimatikan. Nyawa itu diganti dengan api kehidupan kehendak Allah, yang hanya diperoleh melalui kesatuan dengan Yesus dalam perjalanan-Nya menuju salib dan kebangkitan. Itulah mengapa untuk pengertian “mengikuti”, Matius selalu menggunakan ungkapan Yunani, akolouthein, yang artinya berada dalam satu keleuthos, ‘jalan’. Jalan hidup Yesus, bukan lagi jalan hidup kita pribadi; jalan itulah yang harus ditempuh oleh setiap murid-Nya.

Henricus Witdarmono

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini