Renungan Kamis, 23 Februari 2017 : Garam dan Api

222
[id-id.facebook.com]

HIDUPKATOLIK.com - Pw St Polikarpus, Uskup dan Martir; Sir 5:1-8; Mzm 1; Mrk 9:41-50

MARKUS mencatat dampak yang harus dipikul oleh mereka yang menyesatkan salah satu dari orang kecil, miskin, dan tidak berdaya. Begitu juga dalam hidup personal, orang harus menghindari hal-hal yang menyesatkan diri sendiri. Gambaran tentang hukuman yang amat mengerikan tentu merujuk pada arti kiasan, bukan harfiah dan badaniah. Dibutuhkan reformasi batin yang jernih dan tegas, untuk mengatasi apapun yang merintangi terbangunnya kesatuan relasi manusia dengan Allah.

“Setiap orang akan digarami dengan api” (9:49). Garam berfungsi mengawetkan makanan, mencegah pembusukan, memberi rasa, dan mengobati luka. Sedangkan api merupakan simbol pemurnian, ujian, pencobaan, aniaya, tekanan, dan sebagainya. Iman kita perlu diuji melalui sikap tangguh, berani bertahan dalam kebenaran, mencegah perilaku koruptif yang busuk, mengobati yang tertindas dengan keadilan.

Guna mencapai perwujudan iman tersebut, kita mohon rahmat Allah yang menguatkan manakala hidup diterpa ujian dan dilanda pencobaan, juga ketika ditimpa oleh aniaya dan ditindas berbagai tekanan. Itu semua bagaikan api yang memurnikan dan yang membuat garam dalam diri kita tetap asin. Kita butuh api yang mengobarkan semangat untuk hidup damai dengan semua pihak yang berkehendak baik. Semoga!

Maria Monica Meifung

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini