Sekolah Katolik Mahal?

1363
Sumber Foto: flickr.com: gianco2011

HIDUPKATOLIK.com – PADA suatu musyawarah pastoral keuskupan, Pak Anton usul agar semua sekolah Katolik digratiskan saja. Bapak uskup menjawab dengan spontan, “Bisa saja, namun kemudian semua sekolah Katolik akan tutup karena tidak punya biaya lagi.”

Dalam persiapan suatu musyawarah pastoral keuskupan, umat ditanya tentang masalah-masalah pendidikan yang paling diprihatinkan umat. Hampir semua jawaban umat menyangkut masalah biaya sekolah. Banyak umat tetap berharap, sekolah Katolik tidak mahal. Mungkinkah? Bagaimana dengan gaji guru dan biaya operasional yang semakin mahal?

Pernah saya dan teman-teman menghitung berapa biaya untuk membangun sekolah. Mulai dari membeli tanah (di kota besar harga tanah mahal), membangun gedung (1-2 juta rupiah per meter persegi), gaji guru, biaya operasional, dan sebagainya. Lalu, keluar
angka yang sudah sampai miliaran rupiah. Wah, mahal juga.

Berapa uang sekolah minimal agar semua biaya tersebut bisa ditutup alias tidak rugi. Ternyata, cukup mahal juga. Kalau untuk tanah dan bangunan tidak menggunakan uang sumbangan, melainkan misalnya pinjaman yang harus dilunasi, maka tidak mungkin uang sekolah murah.

Kalau mau murah, tanah dan bangunan harus hasil sumbangan yang tidak perlu dikembalikan. Untuk banyak sekolah yang sudah berusia lama, kan tanah dan bangunan sudah punya. Tetapi, perlu dana juga untuk pemeliharaan bangunan, renovasi, atau tambahan bangunan dan ruang.

Kalau ada sekolah dan perguruan tinggi, misalnya selalu membangun gedung dengan bantuan alumninya, tidak usah menaikkan uang sekolah. Lalu, sekolah cukup berusaha agar ada biaya untuk membayar gaji dan biaya operasional lainnya. Ada sekolah yang mematok 70 persen pemasukan untuk gaji guru dan 30 persen untuk operasional. Bahkan, guru pun tahu berapa pemasukan sekolah dari uang sekolah.

Ada juga sekolah yang mengumumkan bahwa disediakan beasiswa bagi mereka yang membutuhkan. Ada pengumuman beasiswa dan tim yang akan menyeleksi penerima beasiswa. Lalu, tim beasiswa tersebut juga mencari dana melalui orangtua asuh, termasuk dari perusahaan-perusahaan. Maka, yang miskin pun mendapat kesempatan untuk bersekolah.

Pernah ada seorang ibu yang mengeluh uang sekolah anaknya mahal. Saya lihat rumahnya banyak, mobilnya banyak juga, perusahaannya juga banyak. Kok masih mengeluh. Pernah juga saya dengar ada sekelompok orangtua yang bersepakat tidak mau menyumbang lebih untuk sekolah. Semoga yang seperti ini tidak terjadi lagi. Bagi mereka yang mampu, bayarlah dan sumbanglah sekolah Anda. Bagi mereka yang kurang mampu, jangan khawatir karena ada beasiswa yang persyaratannya jelas. Maka, kita berharap semua anak bisa bersekolah, termasuk bersekolah di sekolah Katolik.

Paroki Purwakarta, misalnya, membantu uang transportasi untuk anak-anak yang sebenarnya ingin bersekolah di sekolah Katolik, tetapi ongkos transportasinya mahal karena rumahnya terlalu jauh. Ibu-ibu di Keuskupan Surabaya mengumpulkan dana pendidikan untuk subsidi sekolah-sekolah keuskupan yang minus. Lebih dari 10 tahun yang lalu, Romo Uliraja di Sumatra Utara berhenti merokok untuk membiayai dua anak sekolah. Seorang sudah lulus S2 dan sekarang malah membiayai anak-anak lainnya. Warga di suatu RW berjanji agar tidak ada satu anak usia sekolah pun yang tidak bisa bersekolah hanya karena kekurangan biaya. Jaringan sekolah Christo Rey yang diasuh Yesuit di Amerika mencarikan pekerjaan akhir pekan untuk siswa-siswinya agar mereka bisa membayar uang sekolah mereka sendiri. Agaknya masih ada banyak jalan untuk membantu mereka yang membutuhkan bantuan uang sekolah.

St Ferry Sutrisna Wijaya Pr

(Arsip Majalah HIDUP Edisi 32 Tahun 2011).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini