Studi Bersama MNPK: Kecerdasan Kewargaan dalam Pendidikan Indonesia

107
Suasana diskusi dalam Studi Bersama Majelis nasional Pendidikan katolik di Bandung 22-25/11 (HIDUP/Antonius E Sugiyanto)

HIDUPKATOLIK.com – PENDIDIKAN adalah benih harapan. Bila masyarakat dilanda kekacauan, keterpurukkan, ketertindasan, dan tak tahu kunci jawaban untuk membebaskannya maka jurus pamungkasnya adalah pendidikan. Hal ini disampaikan Dr Yudi Latief saat berbicara dalam dalam Studi bersama Majelis Nasional Pendidikan Katolik di Bandung, 22-25/11.

Yudi mengungkapkan bahwa manusia Indonesia secara umum relatif memiliki kematangan emosional dan spiritual. “Berbagai tradisi budaya Indonesia sudah teruji dalam kesanggupannya ketahanan emosional,” kata penulis buku Negara Paripurna ini.

Sisi terlemah manusia Indonesia, ungkap Yudi, justru mencolok pada aspek kedirian yang bersifat publik. “Hal ini dengan mudah dilihat, bagaimana orang-orang dengan latar pribadi yang baik dengan mudah hanyut dalam arus keburukkan begitu terjun dalam politik,” katanya. Hal ini juga yang dilihatnya sebagai kelalaian dunia pendidikan dan pembudayaan dalam mengembangkan “kecerdasan kewargaan” (Civic Intelligence Quotient). “Pendidikan terlalu menekankan kecerdasan personal.”

Kecerdasan kewargaan bisa dibangun dengan pendalaman dan perluasan wawasan kebangsaan dengan pandangan hidup Pancasila yang dikembangkan dengan semangat gotong royong. Yudi melanjutkan, “Dalam realitas kehidupan bangsa ini gotong-royong masih berjalan, namun acapkali dalam konotasi toleransi negative,” pungkasnya.

Sidang pleno MNPK XV ini dilaksanakan berbarengan dengan Studi bersama MNPK yang berlangsung 22-25/11. Selama studi bersama ini menghadirkan beberapa pembicar lain diantaranya; DR Yudi Latief, Dr Eri Seda, Jansen Sinamo, dan Mgr Antonius Subianto Bunyamin OSC. Rangkaian studi bersama ini berbarengan dengan sidang pleno XV MNPK.

Antonius E Sugiyanto
HIDUPKATOLIK.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini