Renungan Minggu, 20 November 2016 : Yesus Kristus Raja Kerahiman

617
[belmontabbey.org.uk]

HIDUPKATOLIK.com - Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam: 2Sam 5:1-3; Mzm 122; Kol 1:12-20; Luk 23:35-43

BACAAN Injil pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam menampilkan adegan yang menunjukkan dan menegaskan betapa besar kerahiman Yesus. Para pemimpin bangsa mengejek, prajurit mengolok Yesus yang diakui oleh banyak orang sebagai Kristus, Putra Allah. Mereka meminta Yesus menyelamatkan diri dari kematian di salib. Permintaan itu tak mungkin dipenuhi Yesus, karena keselamatan manusia datang justru melalui penyerahan diri-Nya sampai mati. Menderita dan mati di salib merupakan risiko, tetapi terlebih bukti sekaligus wujud kerahiman-Nya.

Sementara kata-kata penjahat yang menghujat Yesus menggambarkan reaksi manusiawi ketika orang berada dalam kesulitan, keadaan terdesak, dan ingin terlepas dari masalah yang menghimpit. Dengan nada sinis bahkan menghujat ia meminta Yesus menyelamatkan diri, lalu menyelamatkan dia. Sedangkan reaksi penjahat yang lain, pada awalnya tidak memberi kesan bahwa ia percaya akan Yesus. Yang ia percaya adalah Allah adil yang mesti ditakuti. Ia mengingatkan penjahat lain untuk tidak menghujat-Nya karena Yesus diperlakukan tidak adil. Ia tidak bersalah, namun mesti menanggung hukuman seperti kedua penjahat. Ungkapan selanjutnya menunjukkan kepercayaannya, yaitu memohon kepada Yesus untuk mengingatnya bila Ia datang sebagai Raja.

Proses singkat itu cukup bagi Yesus untuk mengatakan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk 23:43). Kata-kata Yesus kepada penjahat yang percaya itu menunjukkan belas kasih dan kerahiman-Nya. Orang yang sama sekali tidak dikenal-Nya, penjahat besar, menerima pengampunan, bahkan keselamatan segera bersama dengan Dia.

Pada hari ini umat Katolik seluruh dunia menutup Tahun Yubelium Luar Biasa Kerahiman Allah. Selama setahun lebih umat Katolik diajak untuk merenungkan lebih sungguh sikap dan tindakan Kerahiman Allah yang mewujud nyata seperti terlukis dalam Perjanjian Lama dan memuncak dalam diri Yesus Kristus.

Sikap rahim Allah itu kiranya amat dekat dengan ke-ibu-an, yang bukan hanya terbatas pada pengampunan atas kesalahan, melainkan kerinduan dan tindakan penyelamatan secara optimal. Seorang ibu sangat memperhatikan dan mengasihi anaknya sejak ia tahu bahwa ia mengandung. Ia berusaha menjaga bayi dalam rahimnya berkembang dengan sebaik-baiknya. Ketika merasa ada tanda-tanda yang tidak biasa atau aneh, ibu akan segera bertindak dengan segala upaya agar kondisi kandungan segera normal kembali.

Seorang ibu selalu berusaha memelihara dan melindungi bayi dalam rahimnya supaya aman dari gangguan atau menghindari hal-hal tertentu agar bayi tidak terganggu. Ketika waktu melahirkan tiba, risiko apapun dihadapi termasuk mempertaruhkan nyawa. Demikianpun sikap tindakan selanjutnya dalam hal perkembangan anak.

Yesus Kristus Raja Semesta Alam merindukan keselamatan semua orang, tak terkecuali. Manusia yang berada dalam kekuasaan dosa dibebaskan-Nya dengan mempertaruhkan nyawa-Nya, wafat di salib, dan menjadi jaminan keselamatan dengan kebangkitan-Nya.

Sepanjang hidup-Nya; Ia menyembuhkan yang sakit, merangkul yang tersingkir, memberi makan yang lapar, dan bergaul dengan yang dipandang berdosa. Ia juga mengampuni dosa dan mengajak penjahat besar yang disalibkan bersama dengan-Nya. Tindakan itu menunjukkan kesempurnaan dalam kerahiman-Nya. Ia sungguh adalah Raja kerahiman bagi semua orang. Pengikut Kristus yang percaya akan Kerahiman Allah, yang nampak dalam diri Yesus, tidak boleh takut untuk datang kepada-Nya dan mewartakan Kerahiman Allah kepada siapapun.

Selama Tahun Suci Kerahiman Allah, semua orang Katolik diajak mengembangkan sikap rahim seperti Allah. Menjadi rahim seperti Bapa rahim adanya merupakan proses yang tidak boleh berhenti ketika Tahun Kerahiman Allah ini ditutup. Fondasi yang telah dibangun selama Tahun Kerahiman Allah ini mesti diteruskan. Sehingga kerahiman sungguh menjadi bagian hidup setiap orang Kristiani, berkembang, dan mewujud dalam hidup sehari-hari.

Usaha umat Katolik untuk menampilkan wajah Kerahiman Allah mesti terus dilakukan, meneladan Yesus Kristus, Raja Kerahiman. Sikap baru atau yang semakin berkembang selama Tahun Suci itu diharapkan terus berkembang pada masa hidup selanjutnya, sampai kita bersama Dia masuk ke dalam Firdaus.

Mgr Yustinus Harjosusanto MSF

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini