Menyemai Perdamaian di Hari Toleransi Internasional

129
Romo Aloysius Budi Purnomo (tengah) sedang memegang pelantang (Dok. Panitia)

HIDUPKATOLIK.comBERSAMA para Reflektor dan Narasumber lain: KH Imam Azis, Drs. Letkol Anak Agung Gde Darmaja, Dr. Prajarta dan Pdt. Siahaan, saya boleh berbagi refleksi dan pengalaman atas upaya merajut Persaudaraan Sejati Lintas Agama dalam Talkshow Temu Nasional Lintas dan Budaya di Rumah Retret Panti Semedi Sangkal Putung Klaten, Jawa Tengah, Selasa 15/11/. Tema: Menyemai Perdamaian di Tengah Perkembangan Gerakan Multikulutural melalui Kearifan Budaya Lokal dalam Rajutan Kebhinnekaan.

Acara ini diselenggarakan oleh Forum Kebersamaan Umat Beragama Klaten yang berulah tahun ke-18 keberadaan mereka sebagai forum lintas iman di Tanah Air ini. Acara sendiri sudah dimulai sejak Sabtu, 12/11 dengan acara Apel Kebangsaan Kaum Muda Multikultur, Karnaval Lintas Iman dan Budaya, Performance Art, Festival Hadroh; baru kemudian dilanjutkan dengan forum diskusi selama tiga hari dua malam hingga Rabu, 16/11.

FKUB-Kebersamaan Klaten menjadi penyelenggara kegiatan ini. FKUB-Kebersamaan dibentuk tanggal 14 November 1998, pasca-Reformasi, di Klaten. Ada sebelum munculnya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang merupakan inisiatif Pemerintah RI. Perintis berdirinya FKUB-Kebersamaan Klaten adalah KH Zainal Abidin HS  (Islam), Romo Evaristus Rusgiharta dan Alexius Mardiutomo (Katolik), Pendeta Christian Nurjadi dan Pendeta Indriyanto A. Sawaldi (Kristen), Sudirman (Almarhum, Hindu), Martono Gito Supatmo (Buddha) dan Sugeng Mulyanto (Kepercayaan). Hingga hari ini FKUB-Kebersamaan yang merupakan kelembagaan resmi non-pemerintah itu berkebang baik FKUB-Kebersamaan yang beranggotakan kaum dewasa maupu FKUB-Kebersamaan Muda. Salah satu tokoh yang masih aktif di dalamnya adalah KH Jazuli atau dikenal Gus Jaz.

Para peserta temu lintas agama. (Dok. Panitia)
Para peserta temu lintas agama. (Dok. Panitia)

Para peserta lintas agama dan iman datang dari berbagai kota dan kabupaten serta provinsi dari berbagai daerah Negeri ini. Baik muda maupun dewasa, beberapa santri, orang muda Katolik dan Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu dan Kepercayaan. Tak ketinggalan para pendeta, romo pastor, ulama dan bante ikut serta terlibat aktif di dalamnya. Hadir pula tokoh-tokoh dan aktivis kemanusiaan, kerukunan dan perdamaian dari berbagai komunitas di seluas Nusantara ini.

Proficiat dan terima kasih boleh terlibat di dalamnya. Semoga benih-benih perdamaian dan kerukunan melalui perjumpaan seperti ini terus mewarnai dan menandai kesejukan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

Romo Aloysius Budi Purnomo

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini