Inspirasi dari “Mina Ayu”

224
Pastor Ferry Sutrisna Wijaya

HIDUPKATOLIK.com - Di Indramayu, ada restoran makanan laut di pinggir laut, namanya Mina Ayu. Dulu hanya ada tiga saung, sekarang semakin banyak dan lengkap. Katanya banyak saingannya, namun orang tetap datang ke Mina Ayu, karena makanannya tetap enak dan segar. Harganya pun tidak mahal. Maka, semakin banyak orang berkunjung untuk makan. Mereka yang datang malam pun, ketika sebenarnya restoran sudah tutup, tetap dilayani dengan ramah. Tukang parkir pun sangat ramah. Biasanya orang memberi uang parkir lebih banyak daripada yang seharusnya, karena merasa senang. Ketika datang, orang merasa senang karena disambut dengan keramahan. Ketika pulang, mereka merasa puas karena rasa makanan enak, harganya murah, dan pelayannya ramah.

Saya ngobrol dengan frater calon imam yang sedang menjalani tahun pastoral di Indramayu. Saya tanya, berapa jumlah umat. Katanya, tidak banyak. Hari Minggu, Misa cukup satu kali dan gereja yang kecil bisa memuat semua umat. Saya tanya, apa tidak berusaha menambah jumlah umat. Ah… kan biasanya Gereja Katolik tidak pernah berusaha menambah jumlah umat. Memangnya apa tidak boleh berusaha menambah jumlah umat?

Di Korea, ada paroki yang minta umat mendata keluarga dan tetangga yang belum memilih agama tertentu. Lalu, mereka itu ditanya apa bersedia diundang ke Gereja Katolik untuk mengikuti suatu acara perkenalan tentang Gereja Katolik. Hari Minggu, gereja sudah dihias kertas warna-warni. Ada spanduk Selamat Datang. Tentu saja dalam bahasa Korea. Di gereja, acara dimulai dengan sambutan “selamat datang” dari pastor paroki, dibawakan dengan riang gembira. Lalu, diperkenalkan apa itu Gereja Katolik dengan berbagai kegiatannya. Ada sharing dari beberapa umat Katolik, bahwa menjadi Katolik membuat mereka bahagia. Lalu, dibuka kesempatan tanya jawab. Selanjutnya, diumumkan undangan bagi mereka yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut.

Ada sekian belas “les agama” untuk calon baptis dengan waktu dan tempat yang berbeda-beda. Semua yang hadir diajak makan mi dengan bakso dan lobak. Mereka dipersilakan keliling melihat berbagai ruangan di gedung gereja dan gedung pastoral. Sekitar 350 orang hadir, dan hampir semua mengatakan berminat ikut “les agama”.

Di Sukajadi, Pastor Rutten pernah mengumpulkan semua suami yang istri dan anak-anaknya sudah Katolik, tetapi mereka sendiri belum sempat ikut “les agama” karena waktu tidak cocok atau karena malu. Akhirnya, diadakan kelas khusus pada Minggu malam, ketika semua sudah di rumah. Ada cukup banyak bapak yang ikut dan rajin hadir sampai saat baptisan tiba.

Mengapa Gereja Katolik tidak berusaha mencari umat baru? Lihatlah sekeliling! Pasti ada yang belum memilih agama tertentu. Mungkin mereka menunggu ada yang mengajak. Lihatlah Mina Ayu. Apakah Gereja kita bisa menyediakan hidangan iman dan rohani yang enak dan bergizi? Apakah kita bisa cukup ramah, sehingga orang mau datang dan bergabung? Apakah kita cukup berpromosi bahwa Gereja Katolik itu luar biasa? Kalau hidangan Gereja sudah tidak lezat lagi, orangnya tidak ramah, tempatnya tidak menyenangkan, kegiatannya membosankan, mungkin saja Gereja akan ditinggalkan. Paling tidak, orang tidak mau bergabung karena Gereja tidak menarik.

Kalau Mina Ayu masih menarik banyak pengunjung yang mau makan enak dan dilayani dengan ramah, apakah Gereja kita juga cukup menarik dan menyenangkan sehingga orang mau bergabung? Semoga kita tidak berhenti berusaha memperkenalkan keindahan dan kebaikan agama dan iman Katolik yang kita yakini. Promosi boleh donk.

St. Ferry Sutrisno Wijaya Pr

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini