Judul : Hidup dalam Realitas Alam
Penulis : Lukas Awi Tristanto
Penerbit : Kanisius, 2016
Tebal : 150 halaman
SAAT ini, bisa jadi, kita gerah kalau tiap kali dijejali ajakan “mari merawat bumi†atau “buang sampah pada tempatnyaâ€. Mengapa? Karena bumi dan sampah senantiasa ada di sekitar kita dan hampir setiap saat kita bersentuhan dengannya. Lamat-lamat kita merasa biasa dan ajakan itu hanya angin lalu. Tapi, kita akan kompak merintih, kala banjir mengubur rumah kita atau kabut asap membuat kita sesak napas. Itu hanya sebagian dari bencana kecil daftar panjang petaka yang siap menghampiri kita saban waktu.
Maka, entah bosan atau gerah, kita tetap diingatkan untuk merawat bumi yang kita tapaki ini. Buku “Hidup dalam Realitas Alam†adalah salah satu media untuk mengingatkan kita akan tanggung jawab merawat alam. Dengan uraian yang pendek-pendek, ia semacam lonceng gereja yang terus memanggil untuk berangkat ke gereja guna memanjatkan syukur usai aktivitas harian yang terberkati.
Penulis pun mengajak sidang pembaca untuk sadar diri bahwa kita, manusia, tak terpisahkan dari alam. “Sehebat-hebatnya manusia menapaki perjalanan sejarah hidupnya, dia tak pernah bisa berpaling dari bumi dan alam ciptaan. Meskipun peradaban manusia sudah cukup tinggi, manusia tetaplah makhluk bumi, dan bisa hidup karena bumi…†(hal. 59 )
Ajakan paling sederhana dari buku ini adalah membangun kesadaran dalam diri kita bahwa pada akhirnya kita tak berdaya di hadapan alam dan ciptaan yang lain. Sebab, bagaimana pun, manusia akan selalu terkoneksi dengan alam: selain untuk menopang hidupnya, juga menjalankan kewajibannya sebagai makhluk berakhlak untuk memperlakukan ciptaan lain sesuai kehendak Allah. Maka, dalam rangka terus membarui semangat merawat bumi itulah buku ini dapat dibaca sebagai bahan refleksi.
Steve Elu