RAHASIA PARA KUDUS MERAIH MAHKOTA SURGAWI

196
Misa kanonisasi tujuh orang kudus di Basilika St Petrus, Minggu, 16/10. (Associated Press)

HIDUPKATOLIK.com – BENDERA Argentina tampak muncul di beberapa titik lapangan Basilika St Petrus Roma Minggu, 16/10. Para peziarah dari Argentina menyerukan nama “Cura Brochero”. Di antara para peziarah Argentina itu, hadir juga Presiden Argentina Mauricio Macri dan keluarganya. Cura Brochero adalah nama populer dari  pastur Jose Gabriel del Rosario Brochero; seorang imam di Argentina.

Paus Fransiskus mengkanoniasasi Cura Brochero bersama enam orang lain dalam misa di Lapangan Basilika St Petrus. Mereka antara lain: Elisabeth Trinitas OCD, Salomone Leclercq, keduanya dari Perancis. Lodovico Pavoni dan Alfonso Maria Fusco, keduanya dari Italia. Manuel González García, seorang uskup  dari Palencia Spanyol dan seorang martir muda dari Meksiko, Jose Sanchez del Rio.

Bagi warga Argentina, Cura Brochero adalah nama yang akrab di telinga. Brochero adalah seorang imam yang menjadi sahabat kaum pinggiran di wilayah kumuh Córdoba, Argentina. Brochero berkarya di Cordoba ketika wabah lepra, kholera dan kemiskinan melanda wilayah itu. Ia mengunjungi umat dengan cara menunggang seekor keledai. Kebiasaan menunggang keledai menjadi legenda di Cordoba. Ia dikenang umat sebagai perawat bagi mereka yang sakit dan sekarat tatkala epidemi kholera menerjang Argentina pada 1867. Brochero, membawa kabar gembira bagi kaum papa dan sakit. Ia merayakan misa, membacakan Kitab Suci dan merawat mereka yang sakit.

Orang-orang kudus, demikian Paus Fransiskus dalam homilinya, adalah pria dan wanita yang masuk sepenuhnya ke dalam misteri doa. Pria dan wanita yang berjuang dengan doa, membiarkan Roh Kudus berdoa dan berkarya di dalam diri mereka. “Berkat doa, mereka memiliki hati yang murah hati dan tabah. Mereka berdoa sekuat tenaga; mereka berjuang dan mereka menang.”

Paus Fransiskus merujuk pada Musa yang berdoa dengan tangan terentang ketika abdinya Yosua berperang menghadapi orang Amalek. Diceritakan, ketika Musa mengangkat kedua tangannya, Yosua bersama pasukan Israel memenangkan peperangan. Musa, lama kelamaan menjadi lelah tangannya. Ketika ia menurunkan tangannya, kemenangan berpihak pada balatentara Amalek. Saat tangan Musa dilanda kelelahan, Harun dan Hur menopang tangan Musa.

“Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam. – Kel: 17: 11-12.”

Pesan penting dari peristiwa ini, lanjut Bapa Suci, adalah komitmen untuk mendukung satu sama lain dalam doa. “Kelelahan tidak bisa dihindari. Kadang-kadang kita tidak bisa pergi, namun, dengan dukungan dari saudara-saudara kita, doa kita bisa bertahan sampai Tuhan menyelesaikan pekerjaannya,” jelas Bapa Suci.

Paus Fransiskus mengajak semua peziarah untuk mendukung satu sama lain dalam doa. “Mari kita membiarkan Roh Kudus berdoa dalam diri kita, dan kita saling mendukung satu sama lain agar tangan kita tetap terangkat hingga Kerahiman Ilahi meraih kemenangan.”

Edward Wirawan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini