Pengalaman OMK Keuskupan Tanjung Selor Live In di Paroki Yesus Gembala Yang Baik, Rike, Manado

304
Kontingen Keuskupan Tanjung Selor.
Dok. Panitia IYD 2016 Manado

HIDUPAKTOLIK.com – KONTINGEN Orang Muda Katolik (OMK) asal Keuskupan Tanjung Selor mengikuti Indonesian Youth Day (IYD) Manado 2016. Mereka live in di Paroki Yesus Gembala Yang Baik, Rike, Manado, Sulawesi Utara. Secara geografis, paroki Rike terletak di tengah kota Manado. Ferly Handensen Moyo, perwakilan OMK Keuskupan Tanjung Selor, mengaku sangat senang bisa live in di Rike. “Sebagian besar, OMK kami berasal dari desa. Jadi ini penting, supaya kami bisa belajar berdinamika dengan kehidupan ala perkotaan,” kata Fherly, sapaannya.

Keuskupan Tanjung Selor, kata Fherly, relatif masih berusia muda dan ada di propinsi Kalimantan Utara yang juga masih berusia muda. Program live in di kota, kata Ferly bisa membantu OMK Tanjung Selor yang serentak juga sebagai pemuda Kalimantan Utara untuk membuka wawasan, pikiran dan perilaku baru. “Ini catatan saya, bahwa OMK juga adalah pemuda yang menjadi tumpuan bangsa ini. Begitu juga OMK Tanjung Selor dalam konteks perannya sebagai pemuda Kalimantan Utara,” papar alumni Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia ini.

Fherly yang juga berperan sebagai Pembina KKMK ini meminta OMK Tanjung Selor untuk memanfaatkan momen IYD sebagai forum belajar dan menimba ilmu. Selama IYD, Fherly membangun dialog dengan beberapa kontingen dari keuskupan lain. Ia menggali kekhasan, hal positif dari kontingen lain supaya bisa dibagikan kepada OMK lain di Tanjung Selor. “Kita ingin belajar untuk kemajuan Keuskupan Tanjung Selor dan Provinsi Kalimantan Utara. Dengan begitu, kami sudah berperan untuk Gereja Universal dan Dunia.”

Beberapa kontingen OMK peserta IYD 2016 mendapatkan tempat live in di paroki-paroki seputar kota Manado. Misal, Keuskupan Larantuka live in di Paroki St Michael Perkamil yang terletak di kota Manado. Begitu juga Keuskupan Agats yang mendapat tempat live in di Paroki St Ignatius Manado.

Menurut Romo Rheinner Saneba, koordinator publikasi dan dokumentasi IYD, penempatan wilayah live in disesuaikan dengan latar belakang wilayah keuskupan. Misal OMK dari keuskupan wilayah perkotaan akan mendapat tempat live in di desa. Begitu juga sebaliknya, OMK yang dari keuskupan di mana wilayahnya mayoritas pedesaan akan ditempatkan di daerah perkotaan. “Tujuannya, supaya OMK ini menggali nilai-nilai baru yang mungkin tidak mereka dapat di paroki atau keuskupan asal mereka,” ujar Romo Rhein, sapaannya.

Edward Wirawan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini