Profil Prefek Dikasteri Baru (2)

170
Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson
[laudatosi.va]

HIDUPKATOLIK.com – USKUP Agung Cape Coast, Ghana, Mgr Peter Kodwo Appiah Turkson diangkat menjadi Kardinal oleh Bapa Suci Yohanes Paulus II pada 21 Oktober 2003. Ia dianugerahi gelar Kardinal-Imam San Liborio. Pada 18 Maret 2004, ia menduduki takhta kekardinalannya untuk pertama kali sejak pengangkatannya.

Peter Turkson adalah Kardinal asal Ghana pertama sepanjang sejarah. Setelah pengangkatannya sebagai Kardinal, Ghana sempat mendapatkan hadiah “topi merah” lagi dari Paus Benediktus XVI pada 24 Maret 2006. Saat itu, Uskup Agung Emeritus Tamale, Ghana, Mgr Peter Poreku Dery diangkat oleh Bapa Suci menjadi Kardinal-Diakon Sant’Elena fuori Porta Prenestina pada usia 88 tahun. Namun sayang, belum genap dua tahun menjadi Kardinal, ia sudah wafat pada 6 Maret 2008. Dan hingga kini, belum ada lagi tambahan pengampu “biretta merah” dari Ghana.

Pada 29 Oktober 2009, Paus Benediktus XVI menunjuk Kardinal Turkson menjadi Presiden Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian. Selain itu, beberapa tanggung jawab di Kuria Roma diserahkan di pundaknya, seperti anggota Kongregasi Evagelisasi Bangsa-Bangsa, anggota Kongregasi Liturgi Suci, anggota Dewan Kepausan untuk Persatuan Umat Kristiani, anggota Komisi Kepausan untuk Warisan Budaya Gereja, dan sejak 4 Maret 2010 masuk dalam Komite Kepausan untuk Kongres Ekaristi Internasional. Kemudian pada 16 Oktober 2010, ia juga ditunjuk sebagai anggota Kongregasi Doktrin dan Ajaran Iman untuk masa bakti lima tahun. Selanjutnya pada 12 Juni 2012, Bapa Suci juga memberikan tugas untuk menjadi anggota Kongregasi Pendidikan Katolik.

[nextpage title=”Profil Prefek Dikasteri Baru (2)”]

Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson [laudatosi.va]
Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson
[laudatosi.va]
Seolah nama Kardinal Turkson menjadi semakin melambung kala tugas-tugas berat dari Takhta Suci dipercayakan kepadanya. Sebagai Presiden Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, ia kerap tampil di berbagai acara internasional untuk menyampaikan pesan-pesan Paus mengenai misi keadilan dan perdamaian. Ia menjadi corong Takhta Suci untuk bicara mengenai dua hal itu dalam berbagai kesempatan. Bahkan, ia sempat ditunjuk secara khusus oleh Paus Benediktus XVI sebagai mediator untuk penyelesaian konflik di Pantai Gading, terkait perebutan kekuasaan pada 2011. Hal senada juga dilakukan oleh Paus Fransiskus pada 2016, dengan mengutus Kardinal Turkson untuk menyerukan perdamaian dan berusaha menyelesaikan konflik yang berlarut-larut di Sudan Selatan, negara pecahan Sudan.

Sebagai Kardinal, putra asal Afrika yang menegaskan penolakan penggunaan alat kontrasepsi sebagai sarana pencegahan HIV/AIDS di Benua Hitam itu sudah mengikuti dua kali konklaf. Pertama, pada 18-19 April 2005 ketika Bapa Suci Yohanes Paulus II wafat. Konklaf kala itu memilih Kardinal Joseph Alois Ratzinger sebagai penerus Takhta Santo Petrus. Kedua, pada 12-13 Maret 2013 ketika Paus Benediktus XVI mengundurkan diri dari takhtanya. Pada konklaf kedua ini, namanya menjadi begitu tenar. Ia disebut-sebut sebagai calon paling kuat untuk mewakili Afrika yang papabilis. Salah satu latar belakang melambungnya nama Kardinal Turkson adalah dirinya terpilih sebagai Ketua Sinode Kedua Para Uskup di Afrika tahun 2009. Saat itu, ia juga sedang gencar menolak penggunaan alat kontrasepsi di Afrika sesuai ortodoksi Gereja Katolik. Alasan untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS dan pembatasan angka kelahiran di Afrika dinilai tidak fundamental dibandingkan dengan ajaran Gereja yang memfokuskan pada pemuliaan martabat kemanusiaan.

Akhirnya pada 31 Agustus 2016, Paus Fransiskus menunjuknya sebagai Prefek untuk dikasteri baru, yang merupakan peleburan dari empat Dewan Kepausan sekaligus. Dikasteri ini diberi nama Dikasteri untuk Peningkatan Pembangunan Manusia Seutuhnya, yang merupakan penggabungan dari Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, Dewan Kepausan untuk Migran dan Perantau, Dewan Kepausan Cor Unum, dan Dewan Kepausan untuk Pendampingan Pastoral Tenaga Pelayanan Kesehatan. Meskipun sudah diangkat pada penghujung Agustus 2016, dikasteri baru ini akan mulai bekerja pada 1 Januari 2017.

R.B.E. Agung Nugroho

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini