Keuskupan Malang Kehilangan Bapak yang Visioner

632
Mgr Herman Joseph Sahadat Pandoyoputro OCarm
[Dok. Keuskupan Malang]

HIDUPKATOLIK.com – PADA Jumat 23 September 2016 malam, duka menyelimuti Keuskupan Malang. Belum genap satu bulan umat dan hirarki merayakan tahbisan Uskup Malang yang baru Mgr Henricus Pidyarto Gunawan OCarm pada 3 September 2016, mereka telah ditinggalkan gembala yang mereka cintai Uskup Emeritus Malang Mgr Herman Joseph Sahadat Pandoyoputro OCarm.

Salah satu pastor diosesan dari Keuskupan Malang yang kehilangan Mgr Pandoyoputro adalah Romo Antonius Benny Susetyo. Ketika dihubungi HIDUPKATOLIK.com pada Minggu pagi, 25/9, Romo Benny mengutarakan bahwa ia sungguh kehilangan seorang figur “Bapak” yang baik serta visioner.
Romo diosesan Keuskupan Malang ini berkisah bahwa Mgr Pandoyoputro lah yang telah menugaskannya untuk hadir mewujudkan persaudaraan sejati paska kerusuhan yang menerpa Situbondo, Jawa Timur pada 10 Oktober 1996. “Kepercayaan besar beliau berikan kepada saya karena sebagai imam muda yang baru ditahbiskan pada 3 Oktober 1996, saya kemudian diberi tugas untuk mewujudkan persaudaran sejati dan memulihkan mental umat. Beliau memberikan kepercayaan kepada saya untuk menjalankan misi hubungan antaragama,” ungkap Romo Benny.

Sebelum wafat, pada 3 september 2016 saat upacara Tahbisan Uskup Mgr Pidyarto, Romo Benny sempat berjumpa dengan Mgr Pandoyoputro. Dalam pertemuan itu Romo Benny melihat Mgr Pandoyoputro sungguh memiliki semangat yang luar biasa. Bahkan dalam kondisi sakit, Mgr Pandoyoputro ikut hadir dalam Tahbisan Uskup Mgr Pidyarto. Dalam kesempatan ramah tamah, Romo Benny juga mendapat pesan dari Mgr Pandoyoputro untuk menyelesaikan studi doktoral komunikasi politik yang sedang ia tempuh di Universitas Sahid, Jakarta.

[nextpage title=”Keuskupan Malang Kehilangan Bapak yang Visioner”]

Romo A. Benny Susetyo [Br Yulius OFMCap]
Romo A. Benny Susetyo
[Br Yulius OFMCap]
Paska meninggalnya Mgr Pandoyoputro, Romo Benny sungguh kehilangan seorang bapak yang telah memberikan semangat dan dorongan kepadanya dalam menekuni bidang dialog dan kemasyarakatan. Waktu itu, setelah menyelesaikan tugas sebagai Sekretaris Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan di Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Romo Benny kemudian didorong oleh Mgr Pandoyoputro untuk belajar menekuni bidang dialog dan kemasyarakatan. “Tanpa kepercayaan dan dukungan beliau semua tidak ada artinya. Saya kehilangan Bapak yang memiliki hati dan kegembiraan dalam pelayanan. Terus belajar dan menekuni bidang tertentu, hal itulah yang ditanamkan Mgr Pandoyoputro kepada saya sejak masih frater,” ungkap Romo Benny.

Kini Keuskupan Malang telah kehilangan gembala yang visioner dalam gerakan persaudaran sejati. “Beliau selalu berpesan kepada para imamnya untuk terus belajar dan menekuni minat dan bakat yang dibutuhkan dalam karya pastoral. Selamat jalan Monsinyur. Monsinyur telah memberikan pelayanan yang terbaik, kehangatan dan cinta yang dapat kami rasakan. Hanya satu kata terima kasih atas segalanya. Monsinyur telah memberikan sabda yang hidup dan Roh yang terpantul dalam pelayanan. Monsinyur telah merajut persaudaran sejati dari Jawa Timur untuk Indonesia. Kami akan selalu ingat akan totalitas dan pemberian diri Mgr Pandoyoputro kepada kami semua,” tandas Romo Benny.

A. Nendro Saputro

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini