JESUIT MISTERIUS ITU TELAH BERPULANG

653
Perayaan 50 Tahun KMKI di Gedung Yustinus Unika Atma Jaya Jakarta.
[Hamidi Soetopo]

HIDUPKATOLIK.com – NAMA Franciscus Xaverius Danuwinata SJ begitu akrab di berbagai kalangan. Maklum saja, semasa hidupnya, banyak posisi penting menggelayut di pundaknya. Kepercayaan demi kepercayaan untuk memikul tugas perutusan besar, pernah ia rasakan. Sepak terjangnya di dunia formasi Serikat Jesus (SJ) mewarnai perjalanan hidupnya. Pun sama halnya keaktifannya dalam lingkungan pendidikan tinggi dan karya sosial.

Bagi banyak Jesuit muda dan mantan Jesuit yang pernah tinggal satu komunitas dengannya, Romo Danu digambarkan sebagai sosok yang amat misterius. Lekat dalam benak mereka, Romo Danu biasa tampil dengan sangat sederhana. Kesan yang senantiasa muncul adalah pribadinya pendiam. Bahkan sedikit pelit dengan senyum.

Kesan lain yang menyeruak adalah sosok Romo Danu yang tegas, keras, sekaligus hangat ketika berjumpa secara personal. Kesan penampilannya yang diam dan dingin seolah luruh kala bercakap dengannya, muka bertemu muka.

Dalam balutan aneka persepsi itu, Romo Danu terus berkarya dalam diam. Ketika orang mengetahui bahwa pribadi ini pernah mengampu berbagai jabatan penting, yang hinggap hanyalah kekaguman bercampur tanda tanya. Ia pernah duduk sebagai Ketua Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) kala masih berusia 36 tahun. Sejak saat itu, ia memulai kiprahnya di dunia pendidikan tinggi. Selama 33 tahun, Romo Danu tercatat sebagai pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta, bahkan pernah menjadi Ketua STF Driyarkara pada paruh kedua tahun 1970-an. Selama mengabdi di STF Driyarkara, Serikat Jesus pernah mempercayakan tampuk Rektor Kolese Hermanum di pundaknya. Ia mendampingi formasi para Frater Jesuit yang sedang belajar Filsafat di STF Driyarkara.

Lepas dari Ketua STF Driyarkara, Romo Danu didaulat menjadi Rektor Universitas Katolik (Unika) Atmajaya Jakarta. Di sinilah terjadi sebuah tindakan heroik menentang rezim Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Salah satu kolega dosennya di Unika Atmajaya, Chris Siner Key Timu (1939-2015) ikut dalam gerakan “Petisi 50”, yang diterbitkan pada 5 Mei 1980. Konon sebagai rektor, Romo Danu dipaksa rezim pemerintah untuk memecat Chris Siner. Alih-alih melaksanakan perintah penguasa, mantan Ketua Pusat Kajian dan Pengembangan Etika Unika Atmajaya ini justru dengan keras menolak, bahkan “pasang badan” terhadap ancaman pemerintah. Alhasil, Romo Danu “diselesaikan” dari jabatannya sebagai Rektor Unika Atmajaya, yang baru dua tahun ia emban.

[nextpage title=”JESUIT MISTERIUS ITU TELAH BERPULANG”]

Perayaan 50 Tahun KMKI di Gedung Yustinus Unika Atma Jaya Jakarta.[Hamidi Soetopo]
Perayaan 50 Tahun KMKI di Gedung Yustinus Unika Atma Jaya Jakarta.
[Hamidi Soetopo]
Setelah peristiwa “Petisi 50” itu, tak banyak informasi mengenai Romo Danu. Seolah ia “hilang dari peredaran”. Selang dua tahun kemudian, ia muncul kembali sebagai Rektor IKIP Sanata Dharma Yogyakarta, hingga dipercaya sebagai Ketua Yayasan Sanata Dharma. Saat berkiprah di Sanata Dharma, lagi-lagi Serikat Jesus mempercayakan formasi para Frater Jesuit yang sedang belajar Teologi kepadanya. Ia didaulat sebagai Rektor Kolese Santo Ignatius Loyola (Kolsani) Yogyakarta.

Akhir tahun 1980-an, Romo Danu dipilih menjadi orang nomor satu di Serikat Jesus Provinsi Indonesia (Provindo). Ia mengemban tugas sebagai Provinsial Serikat Jesus Provindo. Sayang, kepemimpinannya tak berlangsung lama. Ia memimpin Serikat Jesus Provindo hanya kurang dari dua tahun. Ia mengundurkan diri. Inilah titik dimana Romo Danu lalu terkesan sungguh “hilang dari peredaran”. Meski demikian, sosok Danuwinata masih terus konsisten berkiprah dalam bidang pendidikan tinggi dan karya sosial dengan setia. Karya-karyanya banyak dilakukan di belakang layar, tetapi sumbang sih pemikirannya tak henti mewarnai medan kerasulannya.

Dalam diam tanpa punya keinginan sedikit pun muncul di permukaan, Romo Danu memegang andil besar dalam pengembangan STF Driyarkara. Selama hampir 15 tahun, ia mengampu tugas-tugas penting di STF Driyarkara, seperti Ketua Administrasi dan Finansial, Sekretaris Eksekutif Program Pascasarjana, hingga Ketua Yayasan Pendidikan Driyarkara. Di celah perutusannya mengembangkan STF Driyarkara, Romo Danu juga berkiprah menjadi animator dan fasilitator gerakan-gerakan sosial. Tanpa banyak muncul dalam hingar bingar dunia teknologi informasi melalui media massa, ia tekun menganimasi gerakan-gerakan sosial yang sejak masa mudanya ia geluti.

Pribadi yang dikaruniai banyak talenta dan bakat kepemimpinan ini menampilkan figur rasul yang bekerja setia di belakang layar. Pun ketika Romo Danu harus pergi memeriksakan diri ke rumah sakit. Sangat sering ia melakukannya sendiri, tanpa mau merepotkan orang lain. Jesuit “misterius” itu kini telah tiada. Ia menghembuskan nafas terakhir di usia 84 tahun, Jumat, 26 Agustus 2016, pukul 09.45 WIB, di RS Elisabeth Semarang, Jawa Tengah. Setelah didoakan dalam Misa Requiem pada Sabtu, 27 Agustus 2016 di Gereja Santo Stanislaus Girisonta, Romo Danu kembali ke tempat awal peziarahannya sebagai Jesuit yang ia mulai 64 tahun silam. Ia dimakamkan di Taman Makam Maria Ratu Damai Girisonta, Ungaran, Jawa Tengah. Selamat jalan, Romo Danu.

R.B.E. Agung Nugroho

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini