ROMO DANU: RIWAYAT HIDUP DAN KARYA (1)

698
Romo Franciscus Xaverius Danuwinata SJ
[Dok. Sesawi.net]

HIDUPKATOLIK.com – DALAM sejarah Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, sosok Romo Franciscus Xaverius Danuwinata SJ tak bisa dilepaskan peranannya yang begitu besar. Bersama Romo Franz Magnis-Suseno SJ dan beberapa tokoh lainnya, Romo Danu ada dalam barisan itu–meskipun banyak kiprahnya tersembunyi di balik perkembangan STF Driyarkara hingga kini. Ia tahu dan pernah menulis mengenai Romo Nicolaus Driyarkara SJ (1913-1967).

Romo Danu lahir di Purwodadi, Jawa Tengah, 13 Desember 1932. Putra pasangan Candidus Soewardi Danoewinata dan Caecilia Koepiraoestinah Danoewinata ini melewatkan masa kecilnya di Yogyakarta hingga tamat pendidikan dasar.

Setelah menyelesaikan Sekolah Rakyat, Danu kecil menggantung cita-citanya untuk menjadi imam. Oleh karena itu, ia melanjutkan pendidikan di Seminari Diaspora di Yogyakarta. Pendidikan Seminari Kecil dan Menengah ia selesaikan dalam waktu enam tahun (1946-1952). Setamat Seminari Diaspora, ia memantapkan hati melamar menjadi calon Jesuit di Novisiat Santo Stanislaus Kostka Girisonta, Ungaran, Jawa Tengah. Ia diterima masuk rumah formasi pertama dalam Serikat Jesus itu pada 10 Agustus 1952.

Dua tahun Novisiat ia selesaikan, yang ditandai pengikraran Kaul Pertama pada 11 Agustus 1954 di Girisonta. Sesuai formasi Serikat Jesus saat itu, Frater Danu lalu menjalani masa Yuniorat di Girisonta selama setahun (1954-1955). Usai Yuniorat, ia melanjutkan studi Filsafat dan kembali ke Yogyakarta (1955-1958).

Tahap formasi Filsafat pun selesai tepat waktu. Setelah itu, Frater Danu mulai mencicipi kerasulan nyata melalui formasi Tahun Orientasi Kerasulan (TOK). Ia mendapatkan tugas untuk “nyantrik” di Yayasan Kanisius Pusat, Semarang. Selama tiga tahun (1958-1961) TOK di Yayasan Kanisius, Skolastik Jesuit itu dipercaya menjadi Asisten Sekretaris.

[nextpage title=”ROMO DANU: RIWAYAT HIDUP DAN KARYA (1)”]

Romo Franciscus Xaverius Danuwinata SJ[Dok. Sesawi.net]
Romo Franciscus Xaverius Danuwinata SJ
[Dok. Sesawi.net]
Usai TOK selama tiga tahun, Frater Danu ditugaskan untuk menempuh studi Teologi di State University of Innsbruck, Austria. Ia belajar teologi di sana selama empat tahun (1961-1965). Konon, ketika tiba pertama kali di Innsbruck untuk belajar Teologi, Frater Danu dibukakan pintu oleh seorang Jesuit senior di sana. Sebagai tuan rumah, Jesuit senior itu terkesan begitu ramah. Sang Pater Jesuit itu pun membantu Frater Danu dalam mempersiapkan banyak hal agar bisa beradaptasi dengan komunitas barunya di Innsbruck dan menjalani perutusannya belajar Teologi. Ternyata, Jesuit senior itu adalah Pater Karl Rahner SJ (1904-1984), seorang teolog besar berdarah Jerman yang punya pengaruh luas sepanjang abad XX.

Momen-momen penting dalam formasinya sebagai imam Jesuit terjadi di Eropa. Ketika masih belajar Teologi di Innsbruck, Frater Danu menerima tahbisan Diakon. Lalu pada peringatan Bapa Pendiri Serikat Jesus, Santo Ignatius Loyola, 31 Juli 1964, Diakon Danuwinata menerima tahbisan imam Serikat Jesus. Tahbisan imamat ini ia terima dari Presiden Dewan Kepausan untuk Persatuan Umat Kristiani kala itu, Kardinal Augustin Bea SJ (1881-1968) di Muenchen, Jerman. Setelah menjadi imam, Romo Danu masih melanjutkan studi Teologi hingga menyelesaikan Lisensiatnya. Ketika tugas belajarnya sudah rampung, ia menjalani formasi akhir sebagai Jesuit di Drongen, Belgia. Di bawah bimbingan Pater Andre Hayen SJ, ia melaksanakan Tersiat pada 1 Januari 1966 sampai 1 Januari 1967.

Formasinya sebagai imam Jesuit pun dilalui dengan baik di Eropa. Lantas ia kembali ke Tanah Air untuk berkarya dengan berbekal kharisma-kharisma Ignasian di dalam Gereja dan di tengah masyarakat. Karya perdananya adalah perutusan sebagai Ketua Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) pada 1968-1972. Baru tahun pertama tugas perdananya diemban, Romo Danu juga diberi tugas untuk mengajar di STF Driyarkara tahun 1969. Tugas sebagai pengajar ini senantiasa mengikuti ke manapun ia pergi selama 33 tahun. Romo Danu tercatat sebagai pengajar di STF Driyarkara pada 1969-2002.

Berbekal tekad bulat untuk mengabdikan diri sepenuhnya pada Allah melalui karya Gereja dalam Serikat Jesus, Romo Danu mengikrarkan Kaul Akhir sebagai Jesuit dengan gradus Profess pada 2 Februari 1970 di Jakarta. Ia mengucapkan Tri Prasetya Injili–kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan–ditambah kaul keempat, yaitu Ketaatan Khusus kepada Bapa Suci dan para penggantinya. Kaul akhirnya ini diterima oleh Romo T. Prayitno SJ. Sejak saat itu, kiprahnya dalam bidang pendidikan tinggi, formasi Serikat Jesus, dan karya kerasulan sosial begitu mewarnai peziarahan hidupnya.

R.B.E. Agung Nugroho

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini