MENEMUKAN PASANGAN KATOLIK

572
Para peserta Connecting berfoto bersama.
[HIDUP/Edward Wirawan]

HIDUPKATOLIK.com – KEBUN binatang Ragunan, Jakarta tidak nampak ramai seperti biasanya. “Biasa pak, ini kan ‘tanggal-tanggal sekarat’, jadi pengunjung berkurang,” ungkap seorang petugas keamanan di sana. Meski tak ramai, antusias sekitar 70 Orang Muda Katolik (OMK) yang mengikuti program Connecting tak surut. Di Ragunan, mereka tidak hendak berwisata tetapi membangun kedekatan sesama OMK melalui pelbagai kegiatan yang digelar. Mereka dibagi ke dalam tujuh kelompok dan harus bermain mystery quest, sebuah permainan yang mengandalkan kerja sama dan kekompakan tim.

Ini adalah salah satu rangkaian kegiatan program Connecting yang digelar oleh Komisi Kepemudaan (Komkep) bekerjasama dengan Komisi Keluarga dan Kitab Suci Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Kegiatan ini berlangsung pada Sabtu-Minggu, 20-21/8.

Usai bermain di kebun binatang Ragunan, para peserta mengikuti beberapa sesi di Wisma Graha Wisata Ragunan. Semua sesi itu dikemas agar setiap OMK memiliki interaksi personal dan kedekatan satu sama lain. Misal, para peserta secara acak ditentukan untuk berpasangan saat makan malam. Selain itu, ada fun games dan acara bebas di mana peserta bisa berkenalan dengan lebih banyak peserta lain.

Pelbagai permainan itu melahirkan tawa dan keakraban di antara peserta. Bagi yang gagal dalam permainan akan dihukum seperti disuruh menganimasi kata ‘Connecting’ dengan gerakan badan.

[nextpage title=”MENEMUKAN PASANGAN KATOLIK”]

Para peserta Connecting berfoto bersama.[HIDUP/Edward Wirawan]
Para peserta Connecting berfoto bersama.
[HIDUP/Edward Wirawan]
Beberapa peserta mengutarakan kesan mereka terkait kegiatan ini. Verena Lisya, mengaku senang dengan rangkaian kegiatan Connecting. Dara yang akrab disapa Lisya tak menampik dirinya jarang aktif dalam kegiatan OMK di paroki. Setelah Connecting, ia ingin semakin terlibat di kegiatan OMK. “Saya suka bergaul, tapi jarang ikut kegiatan Gereja,” ujar mahasiswi Universitas Pelita Harapan ini.

Sementara Vincent Widy menilai kegiatan semacam ini perlu terus digiatkan. Ia menilai konsep acara seperti ini sangat ideal bagi OMK. Baginya, pertemuan sesama orang muda akan mengikat tali persaudaraan. “Bukan melulu soal dapat pasangan, tapi lewat kegiatan ini ada kesadaran baru tentang pacaran yang sehat dan nilai pernikahan Katolik,” ujarnya, menambahkan.

Metode Pastoral
Ketua Komkep KAJ, Romo Albertus Yogo Prasetianto mengajak OMK untuk membuka diri dan senantiasa terlibat dalam kegiatan komunitas atau Gereja. Menurut Romo Yogo, kegiatan Komkep merupakan keinginan Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo agar OMK bisa mengalami momen perjumpaan sesama kaum muda melalui live in.

Berpastoral di tengah orang muda jangan terpaku pada materi seminar, lanjut Romo Yogo, tetapi mesti terlibat utuh dan merasakan kehidupan lain di luar dirinya. “Pengalaman perjumpaan ini sangat penting, sesuatu yang tidak bisa dibeli,” ujarnya.

[nextpage title=”MENEMUKAN PASANGAN KATOLIK”]

Para peserta Connecting berfoto bersama.[HIDUP/Edward Wirawan]
Para peserta Connecting berfoto bersama.
[HIDUP/Edward Wirawan]
Selanjutnya Ketua Komisi Kerasulan Keluarga KAJ Romo Alexander Erwin Santoso MSF menjelaskan tentang nilai-nilai keutamaan Sakramen Pernikahan. Romo Erwin juga mengajarkan pacaran yang sehat menurut ajaran agama Katolik.

Connecting bermula dari sebuah riset. Selama beberapa tahun terakhir, sekitar 30 persen umat KAJ menikah beda agama. Angka ini membuat Komkep KAJ berinisiatif untuk membentuk program-program yang bisa membuat orang muda mengenal sesamanya di lingkungan Gereja Katolik.

Wakil Ketua Komkep KAJ Bondan Wicaksono berharap, melalui kegiatan-kegiatan seperti ini, OMK bisa saling mengenal dan berinteraksi satu sama lain. Menurut Bondan, salah satu alasan pernikahan beda agama karena minim perjumpaan sesama orang muda. Ia juga menegaskan, Connecting bukan ajang pencarian jodoh. Nilai terpenting kegiatan ini adalah membangun kesadaran orang muda pacaran yang sehat, pernikahan yang sakramen dan perjumpaan melalui keikutsertaan yang aktif dalam kegiatan komunitas.

“Ini masih terkait dengan Tahun Luar Biasa Kerahiman Ilahi. Dalam hal ini, orang muda berkumpul dan bisa merasakan, menyadari kasih dan kerahiman Ilahi melalui perjumpaan sesama orang muda,” ujar Bondan.

Edward Wirawan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini