Remaja Menjalin Persaudaraan

201
Toleransi: Pendamping dan peserta Gusdurian Kids seusai sebuah sarasehan.
[Vst. Asmodiwongso]

HIDUPKATOLIK.com – Remaja lintas agama di Kebumen, bersatu dalam Gusdurian Kids. Mereka membangun kerukunan.

Empat tahun lalu, seorang imam Keuskupan Purwokerto, Romo Blasius Slamet Lasmunadi kembali ke Pangkuan Bapa. Empat puluh hari setelah kepergiannya, tak disangka di sebuah masjid di Desa Kembaran Kebumen, digelar tahlilan dari puluhan umat Islam yang berdoa bagi keselamatan jiwa Romo Slamet. Setelah ditelusuri, rupanya selama hidup, Romo Slamet aktif dalam kegiatan Gusdurian di daerah tersebut.

Selama hidup, selain ikut dalam Gusdurian, Romo Slamet juga dikenal rajin membangun relasi dengan para pemuka agama ketika berkarya di Paroki St Yohanes Maria Vianney Kebumen, Jawa Tengah.

Tentu saja tahlilan itu bukan peristiwa biasa. Inisiatif yang dilakukan oleh umat Muslim itu memperlihatkan kedekatan hubungan umat paroki St Yohanes Maria Vianney Kebumen dengan umat Muslim setempat.

Meneladan Gus Dur
Kedekatan dan keakraban antara umat Katolik dengan umat Islam di Kebumen sebetulnya sudah tercatat sejak 1998. Ketika itu, Komunitas Karyawan Muda Katolik (KKMK) Paroki St Yohanes Maria Vianney yang terdiri dari Heribertus Indrawan dan beberapa aktivis KKMK lainnya giat membangun jaringan komunikasi dengan sekelompok mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Kebumen. Kegiatan ini mendapat dukungan dari Romo Engelbertus Untung MSC, pastor paroki saat itu.

Salah satu pendamping Orang Muda Katolik (OMK) paroki St Maria Vianney, Indra yang pernah aktif dalam kegiatan KKMK mengisahkan kegiatan yang pernah diikutinya bersama orang muda lintas agama. “Selain mengadakan forum diskusi, kami juga sering mengadakan kegiatan sosial bersama termasuk mengadakan kemah rohani yang melibatkan orang muda dari berbagai agama,” ungkapnya.

Dalam berbagai kegiatan yang digelar, mereka berpedoman pada semangat presiden RI ke empat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang menjunjung tinggi martabat manusia. Dalam perjalanan waktu, mereka kemudian membentuk sebuah forum dengan nama “Gusdurian Ngapak.” Istilah ngapak dipakai untuk memberi ciri daerah Kebumen yang khas dengan bahasa ngapak-ngapak.

Setelah berdiri lama, seorang aktifis Gusdurian Ngapak yang juga pendamping OMK, Thomas Suciono, pada awal 2014 mengungkapkan keprihatinannya. “Waktu itu, saya prihatin melihat sebagian remaja paroki yang fobia terhadap remaja dari agama lain, terutama terhadap saudara-saudari Muslim,” jelasnya. Oleh karena itu, mereka kemudian menggagas berdirinya sebuah komunitas yang sama dengan Gusdurian Ngapak tapi untuk remaja.

Saling Mengunjungi
Berangkat dari keprihatinan dan kekhawatiran tersebut disertai keinginan untuk membangun persaudaraan, maka digelarlah beberapa pertemuan para remaja yang difasilitasi Gusdurian Ngapak. Pada forum ini, para remaja lintas agama bertemu. Mereka berbagi pengalaman dan berdiskusi seputar pengalaman mereka, seperti bullying di sekolah, pergaulan dan seksualitas. Dalam diskusi ini mereka belajar untuk terbuka dan saling mendengarkan satu sama lain.

Salah seorang peserta, yang juga ketua OMK Paroki, Helena Yovita mengaku senang dapat bergabung dalam acara-acara yang diadakan oleh Gusdurian Ngapak. Forum semacam ini dapat memberikan kesempatan baginya untuk menjalin persahabatan dengan teman-teman dari agama lain. “Terus terang saya terkejut menyaksikan teman-teman Muslim begitu terbuka dalam menjalin persahabatan. Bahkan, teman-teman dari Madrasah tidak sungkan untuk bertandang ke rumah saya,” kisah remaja Tionghoa yang saat ini duduk di kelas XII SMA ini.

Sementara beberapa anggota OMK lainnya mengaku dapat menemukan inspirasi hidup rohani setelah ikut dalam diskusi dengan teman-teman yang berbeda agama. Mereka juga kagum dengan ketekunan teman-teman Muslim dalam menjalankan shalat, mengikuti pengajian dan membaca Alquran. Dengan forum persaudaraan ini mereka dapat mengalami semangat persaudaraan yang tulus dan terbuka.

Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan, mereka kemudian sering mengadakan kerja sama. Ketika Paroki St Yohanes Maria Vianney meresmikan Gedung Panti Paroki, remaja dari pondok pesantren terlibat dengan pentas teater. Sebaliknya, pada Ramadhan 2014, sejumlah remaja Katolik mengunjungi Pondok Pesantren Salawiyah dan tinggal selama dua hari satu malam. Di sana mereka terlibat dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh pesantren, termasuk menyiapkan hidangan untuk berbuka puasa. Bentuk kerja sama yang lain adalah menanam mangrove di Pantai Selatan Kebumen.

Gusdurian Kids
Sejak November 2014, para remaja lintas iman ini kemudian mencanangkan kelompok mereka dengan nama Gusdurian Kids. Para remaja ini ingin membangun persaudaraan dan kerja sama dengan berlandaskan pada semangat pluralisme Gus Dur.

Ketua Gusdurian Ngapak dan Pendamping Gusdurian Kids Akhmad Murtajib mengisahkan bahwa kelompok Gusdurian Kids ini telah melakukan beberapa pertemuan, termasuk melakukan angjangsana ke panti asuhan Al Hikmah. “Kami juga akan mengunjungi tempat-tempat lain yang dapat memberi pengetahuan dan wawasan baru bagi anggota Gusdurian Kids,” ungkapnya.

Sementara Koordinator OMK Paroki St Yohanes Maria Vianney, Kebumen, Y.B. Wiwoho yang juga menjadi pendamping di Gusdurian Kids, mengungkapkan bahwa kelompok ini ingin menularkan semangat persaudaraan antarsesama kaum muda lintas agama. Saat ini jumlah anggota yang tergabung dalam Gusdurian Kids sekitar 70 orang. Mereka terdiri dari remaja Muslim, Katolik, Kristen dan Buddha. Karena masih baru dan belum ada sekretariat, maka untuk sementara mereka menumpang di sekretariat Gusdurian Ngapak di Desa Kawedusan, Kebumen. Setiap bulan mereka menggelar pertemuan. Pengurus Gusdurian Kids saat ini ditangani secara bersama. Seorang pendamping Gusdurian Kids, Muinatul Khoiriyah mengungkapkan bahwa saat ini mereka sedang merintis beberapa kegiatan yang berkaitan dengan permasalahan nyata yang dihadapi remaja dan masyarakat pada umumnya. “Salah satunya mengadakan kelompok belajar anak-anak di mana pengajarnya adalah para remaja anggota Gusdurian Kids yang memiliki keunggulan di bidang tertentu, misalnya Bahasa Inggris,” tandasnya.

Kegiatan lintas iman yang digalang para remaja ini mendapat dukungan sepe nuhnya dari pastor dan Dewan Paroki St Yohanes Maria Vianney Kebumen. Hampir dalam semua kegiatan, Pastor Kepala Paroki Kebumen, Romo Y. Vidi Wahyudi selalu hadir. “Saya bersyukur mereka memiliki keinginan untuk mengenal satu sama lain, dan berani menjalin relasi dengan rekan-rekan di luar Gereja,” tandasnya.

Vst. Asmodiwongso

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini