Damai di Negeri Seribu Satu Malam

81
Solidaritas: Umat Muslim Baghdad berunjuk rasa menentang aksi milisi ISIS sebagai bentuk solidaritas terhadap umat kristiani.
[asianews.it]

HIDUPKATOLIK.com – Kekerasan di Irak terus terjadi. Tak hanya umat Kristiani yang terusir, tapi juga kelompok minoritas lainnya. Bapa Suci prihatin dan mengajak komunitas internasional untuk peduli. Warga Muslim Baghdad pun membela hak umat Kristiani dan menyerukan perdamaian.

Kelompok garis keras yang menamakan diri gerakan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) meneror warga Kristiani di Mosul. Kaum militan sempalan al-Qaeda ini memaksa umat Kristiani untuk menyangkal iman mereka dan masuk Islam. Jika menolak, mereka harus membayar denda mahal sekali atau dibunuh. Puluhan keluarga memilih meninggalkan rumahnya. Demikian diberitakan Televisi CNN (19/7).

Menanggapi situasi ini, pada doa Angelus, Minggu, 10/8, di Lapangan Santo Petrus, Paus Fransiskus menyerukan ajakan untuk berdoa, menciptakan perdamaian, dan memberikan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat Irak yang terbelenggu penderitaan. “Berilah kami damai, ya Tuhan, dalam hari-hari kami, dan jadikanlah kami pencipta keadilan dan perdamaian,” demikian doa Bapa Suci.

Paus juga mendesak komunitas internasional untuk mengambil bagian dalam mengatasi kekerasaan yang terjadi di Irak. Ia melayangkan surat kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon, terkait situasi di Irak. Surat yang ditandatangani pada Sabtu, 9/8, itu dirilis pada Rabu, 13/8. Dalam surat itu, Bapa Suci mengajak semua pihak untuk menghentikan kekerasaan di Irak. Bapa Suci menggarisbawahi bahwa komunitas internasional di panggil untuk segera bertindak dan menghentikan tragedi kemanusiaan tersebut.

Doa Khusus
Seperti dilansir Radio Vatikan (10/8), berita-berita mengenai Irak meninggalkan duka direlung hati Paus Fransiskus. Ini tertuang dalam “kicauan” di akun twitter-nya @ Pontifex, Minggu, 10/8: “Berita mengenai Irak begitu menyakitkan bagiku. Tuhan, ajar kami untuk hidup dalam solidaritas dengan semua orang yang menderita.”

Ribuan orang, banyak di antaranya umat Kristiani, terpaksa meninggalkan rumah mereka. Anak-anak mengalami kehausan dan kelaparan. Kekerasaan demi kekerasaan tak kunjung berhenti, menyebabkan kerusakan bangunan bersejarah, cagar budaya, dan tempat ibadah.

Awal Agustus lalu, Pemerintah Irak melaporkan bahwa milisi ISIS menculik ratusan perempuan dan anak dari kelompok minoritas Yazidi setelah menyerang kota Sinjar, Irak bagian Barat Laut.

“Semua ini bertentangan dengan Tuhan dan kemanusiaan. Kebencian tidak boleh dilakukan dengan mengatasnamakan Tuhan! Perang tidak bisa mengatasnamakan Tuhan!” tandas Bapa Suci.

Dalam tiga hari terakhir, Jumat- Minggu, 8-10/8, sederet “kicauan” terkait Irak menghiasi akun twitter Paus Fransiskus. “Kicauan” Bapa Suci tak lepas dari ajakan untuk berdoa dan mengupayakan perdamaian di Irak. Jumat, 8/8, Bapa Suci berbicara melalui twitter: “Saya mengajak komunitas internasional untuk melindungi semua orang yang menderita karena kekerasan di Irak. Ambillah waktu saat ini untuk berdoa bagi semua orang yang dipaksa meninggalkan rumah mereka di Irak.” Sabtu, 9/8: “Saya mengajak semua paroki dan komunitas Katolik untuk mempersembahkan doa khusus pada minggu ini untuk umat Kristiani Irak.”

Bapa Suci pun mengirim utusannya ke Irak, yakni Prefek Kongregasi Evangelisasi Bangsa-bangsa, Kardinal Fernando Filoni. Kardinal kelahiran Manduria, Italia, 15 April 1946 ini adalah mantan Duta Besar Vatikan untuk Irak dan Yordania (2001- 2006). Ia meninggalkan Roma, Senin, 11/8, menuju Kurdistan, Irak, di mana sekitar 100.000 umat Kristiani mengungsi karena terancam keselamatan hidupnya. Juru Bi cara Vatikan RP Federico Lombardi SJ mengungkapkan, kunjungan Kardinal Filoni ke Irak merupakan bentuk solidaritas dan dukungan Bapa Suci. Pastor Lombardi juga mengatakan, Paus meminta para Duta Besar Vatikan untuk menyampaikan pesan ini kepada pemerintah setempat dan Gereja. Bahkan, Paus juga akan mengadakan pertemuan para Nunsio di Roma, pada September mendatang.

Solidaritas
Sejak 2000 tahun lalu, umat Kristiani telah bermukim dan tinggal di Negeri Seribu Satu Malam itu, yang mayoritas penduduknya Muslim. Jumlah warga Kristiani di Irak dari tahun ke tahun semakin berkurang. Kekerasan terhadap umat Kristiani dan kaum minoritas lain terus terjadi. Namun di sisi lain, pembelaan terhadap hak kaum minoritas pun bermunculan, terutama terkait aksi kelompok militan ISIS yang berhasil merebut sejumlah daerah di Irak. Pembelaan ini datang dari umat Muslim Irak sendiri.

Profesor Hukum dan Pedagogi Universitas Mosul, Mahmoud Al ‘Asali, misalnya, melontarkan kritik pedas dan berjuang melawan kekejaman milisi ISIS. Ia menilai, tindakan brutal ISIS tidak sesuai, bahkan bertentangan dengan ajaran Islam. Karena kritik ini, Mahmoud dibunuh. Selain itu, sejumlah umat Muslim berdemonstrasi, mengusung tulisan “I am Iraqi, I am Chistian!” Mereka berunjuk rasa di depan Gereja Katolik tradisi Khaldea St Gregorius Baghdad, menentang kekerasaan yang di lakukan ISIS. Mereka juga menolak diskriminasi terhadap umat Kristiani yang wajib menandai rumahnya dengan tulisan bahwa mereka orang Kristen. Demonstrasi menentang kekerasaan ISIS di Irak juga berlangsung di Toronto-Kanada, London- Inggris, dan sejumlah tempat lain.

Seperti dilansir AsiaNews (21/7), Patriakh Babilonia (Khaldea) juga Uskup Agung Baghdad, Mgr Louis-Raphaël Sako, mengucapkan terima kasih atas solidaritas saudara Muslim di Baghdad. “Perjuangan mereka membawa harapan baru untuk Irak,” kata Mgr Sako.

Sementara, Konferensi Waligereja Perancis mengirimkan utusannya untuk berkunjung ke Irak. Para utusan menemui komunitas Kristiani memenuhi un dangan Patriakh Sako. Kunjungan berlangsung Senin-Jumat, 28/7-1/8. Pemerintah Perancis juga menyatakan terbuka untuk menerima para pengungsi Irak. Demikian diberitakan AgenSIR (28/7). Konferensi Waligereja Inggris dan Wales juga berdoa bagi Irak dan mengajak semua pihak untuk bergandeng tangan mengakhiri kekerasaan.

Sementara itu, Permanent Observer Takhta Suci untuk Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) di Jenewa, Mgr Silvano Maria Tomasi CS menuturkan, krisis di Irak menjadi perhatian komunitas internasional. Demikian diberitakan Radio Vatikan (11/8). “Bapa Suci dan anggota komunitas Kristiani lainnya, termasuk Dewan Gereja-Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC) menyatukan kekuatan agar umat Kristiani bisa mendapatkan hak mereka untuk bertahan dan hidup dalam damai di rumah mereka sendiri. Kami se dang membahas diadakannya pertemuan khusus dengan Dewan Hak Asasi Manusia. Di New York, Dewan Keamanan PBB juga telah mengadakan pertemuan khusus, dan beberapa pemerintah mulai memberikan saran terkait tindakan nyata untuk membantu masyarakat di Irak,” papar Mgr Tomasi.

Untuk jangka panjang, lanjut Mgr Tomasi, diperlukan adanya dialog untuk rekonsiliasi dan penerimaan keragaman budaya dan pandangan politik di Timur Tengah. Dengan demikian, setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama di hadapan negara, bebas berkumpul dengan sesama atas nama keyakinan yang sama.

Maria Pertiwi

HIDUP NO.34, 24 Agustus 2014

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini