Komunitas MPDW : Merajut Musik dalam Terang Iman

164
Ekaristi Imlek: Para personil Komunitas Musik Pelangi saat tampil mengiringi Ekaristi Imlek di Paroki St Yusup, Jember.
[Timo Teweng]

HIDUPKATOLIK.com – Salah satu misi Keuskupan Malang adalah mengakarkan iman pada budaya masyarakat setempat, sehingga iman dan budaya saling memperkaya.

Ekaristi untuk merayakan Imlek di Paroki St Jusuf, Jember, Keuskupan Malang, awal tahun ini lain dari biasanya. Ekaristi dimeriahkan oleh kelompok musik yang menggunakan gendang, flute, tamborin, keyboard, cakalele, saron, siter, perkusi, gitar, dan drum. Musik mereka adalah perpaduan antara kesenian tradisional dan modern.

Perpaduan itu serasa menyegarkan suasana perayaan liturgi di Gereja Katolik. Kehadiran pemusik ini menjadikan perayaan liturgi di gereja menjadi terasa tidak membosankan, dalam kekhidmatan. Kelompok musik pengiring itu adalah Komunitas Musik Pelangi Dua Warna, yang terdiri dari 11 orang. Mereka adalah Agustinus Juni Samsul Arifin, Athanasius Elok Winartoadi, Antonius Hasan Samsudin, Immanuel Rony Pribadi, Gregorius Evan Bramantya, Johanes Adiyanto, B. Joseph Masrianto, Dionysius Rangga Pradita, Aloysius Reynold Xavier, Ricky Kantono, dan Rio Wisang Wiratama.

Gereja berbasis budaya
Awalnya komunitas ini beranggotakan empat orang personil pecinta musik. Mereka seringkali diminta untuk mengiringi nyanyian liturgi di gereja, misalnya pada saat pesta santo/santa pelindung lingkungan, acara pemberkatan pernikahan, dan festival nyanyian inkulturasi. Seiring dengan perjalanan waktu, komunitas ini mendapat tanggapan positif dari umat yang merasa terbantu dengan keberadaan dan kehadiran Musik Pelangi ini. Sebab, komunitas ini selalu siap membantu umat bila ada perayaan Ekaristi di gereja dan lingkungan-lingkungan.

Delapan orang dari ke-11 personil itu adalah orang muda Katolik, berusia kurang dari 30 tahun. Orang muda dilibatkan agar semakin terpanggil untuk mendalami nilai-nilai budaya dalam terang Injil Kristus. Dan, lewat nilai-nilai budaya itu pula, orang muda diharapkan semakin mampu mengembangkan iman Katolik yang mengakar pada budaya lokal. Paroki berharap, orang muda dapat menjadi penggerak utama “Gereja Berbasis Budaya”. Syukur, mereka menekuni seni musik liturgi.

Sejak dibentuk pada 2005, Komunitas Musik Pelangi Dua Warna ini terus berusaha menggali dan melestarikan kesenian-kesenian tradisional dari berbagai daerah nusantara. Pada saat bersamaan komunitas ini juga “mengadopsi” kesenian-kesenian modern yang sesuai dengan nilai-nilai Injil. Selanjutnya, keduanya dipadukan sehingga lahirlah warna kesenian baru yang indah.

Menurut koordinator Komunitas Musik Pelangi, Agustinus Juni Samsul Arifin, setiap daerah di Indonesia memiliki kekhasan, kelebihan, dan kekuatan budaya, musik, dan alat musiknya. Sayangnya, pengaruh kesenian modern menjadikan kesenian tradisional terpinggirkan. Nyanyian dan musik liturgi Gereja, misalnya, lebih didominasi oleh kesenian modern. “Melihat kenyataan itu, Komunitas Musik Pelangi merasa perlu menciptakan suasana baru di dalam perayaan Ekaristi, yaitu memadukan kesenian tradisional dengan kesenian modern,” kata Samsul.

Untuk itu, lanjut Samsul, dibutuhkan terobosan budaya dan terobosan kreativitas dalam mengolah musik tradisional, agar relevan dan memenuhi tuntutan masyarakat modern. Kesenian perlu dipadukan, sehingga dapat diterima oleh umat dari berbagai suku, budaya, etnis, dan golongan.

Melayani lintas paroki
Joseph Masrianto, salah seorang perintis awal Musik Pelangi, menuturkan, keberadaan dan kehadiran Komunitas Musik Pelangi dapat memperkaya khazanah nyanyian liturgi Gereja. “Kehadiran Musik Pelangi membawa nuansa baru dalam tata perayaan Ekaristi,” tutur Joseph.

Ia menambahkan, Komunitas Musik Pelangi merupakan bagian integral dari Seksi Liturgi Paroki St Yusup Jember. Wilayah pelayanan Musik Pelangi tidak hanya di Paroki St Yusup Jember, tetapi juga Paroki-paroki di Regio Timur Keuskupan Malang, antara lain Paroki St Paulus Ambulu, Paroki Maria Tak Bernoda Tanggul, dan Paroki St Yohanes Penginjil Bondowoso.

Komunitas Musik Pelangi telah menelorkan album rohani anak-anak yang bertajuk Bersorak Gembira karya Br Antonius Mungsi OCarm. Bruder Antonius bersama komunitas Musik Pelangi mengaransemen lagu-lagu rohani. Album rohani itu sudah beredar di kalangan umat Katolik, baik di Indonesia maupun luar negeri.

Para personil yang bergabung dalam komunitas Musik Pelangi berasal dari berbagai daerah, etnis, dan lintas profesi. Dalam menjaga kekompakan, para personil memiliki falsafah “sehati-sejiwa” dan “sedetak sejantung” dalam memuliakan Tuhan. Mereka memiliki perasaan yang sama, yaitu kepercayaan pada penjelajahan kreativitas atas dasar intuisi sebagai pedoman kreatif.

Musik Pelangi dapat menjadi solusi yang tepat untuk mengakarkan iman Katolik pada budaya masyarakat setempat. Dengan demikian, kehadiran Gereja Katolik dapat menjadi sarana keselamatan bagi semua orang dari berbagai suku, etnis, golongan, dan budaya.

Timo Teweng

HIDUP NO.10 2014, 9 Maret 2014

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini