HIDUPKATOLIK.com – Berkunjung ke tempat yang dianggap suci, bagi sebagian orang mewakili kedekatan dengan yang Ilahi. Vatikan belum mengakui penampakan Bunda Maria di tempat peziarahan itu. Namun, tidaklah berarti umat dilarang berziarah ke tempat itu.
Bagi sebagian orang, berziarah menjadi sarana dan kebutuhan untuk menghayati imannya. Menilik lebih jauh mengenai tempat ziarah, sebenarnya tempat seperti apa yang laik untuk dikunjungi?
“Tempat ziarah tidak harus diakui oleh Vatikan dulu baru boleh di kunjungi oleh umat. Sebagai manusia, kita membutuhkan sarana untuk mengungkapkan dan menghayati iman,” tutur RP Antonius Rajabana OMI, Provinsial OMI Indonesia, yang sempat mengurus Gua Maria Kaliori, tempat ziarah di Banyumas, Jawa Tengah, melalui surat elektronik pada Kamis, 20/2. Berikut petikannya:
Bagaimana tanggapan Romo mengenai tempat ziarah?
Kegiatan ziarah selalu menarik. Apalagi ke tempat yang dianggap suci atau dekat dengan yang Ilahi. Hal ini terjadi sedikit banyak karena hidup manusia adalah sebuah peziarahan. Hidup manusia adalah sebuah perjalanan menuju kesatuan dengan yang Ilahi. Dorongan eksistensial ini kadang terungkap dalam ziarah kecil ke tempat-tempat yang dianggap mewakili kedekatan dengan yang Ilahi.
Bagaimana tanggapan Romo mengenai banyaknya umat yang berziarah ke Medjugorje, padahal tempat tersebut belum diakui Vatikan akan adanya penampakan Bunda Maria?
Ziarah ke Medjugorje bila dilihat dalam rangka pemahaman makna ziarah seperti di atas, menjadi tidak aneh. Medjugorje, bagi sebagian orang, mewakili kedekatan dengan yang Ilahi karena beberapa orang merasa mengalami penampakan Bunda Maria. Pengalaman ini bersifat pribadi dan devosional sehingga sangat subjektif. Meskipun Vatikan belum mengakui secara resmi, orang yang secara pribadi merasa dan mengalami kedekatan dengan Tuhan dalam ziarah ke Medjugorje tidak terlalu terganggu karena secara afektif mereka mengalami kedekatan dengan Tuhan melalui Bunda Maria.
Apakah tempat ziarah harus diakui oleh Vatikan terlebih dahulu untuk bisa dikunjungi para peziarah?
Tempat ziarah tidak harus diakui oleh Vatikan dulu baru boleh dikunjungi oleh umat. Biasanya pengakuan dari Vatikan muncul setelah praktik ziarah berjalan cukup lama. Selain itu, ada tempat-tempat ziarah (biasanya berkaitan dengan Bunda Maria) yang memang dibangun tanpa ada kaitannya dengan penampakan Bunda Maria, melainkan sebagai sarana devosional yang membantu umat untuk bisa lebih menghayati kedekatannya dengan Bunda Maria dan menumbuhkan imannya melalui perantaraan doa Bunda Maria. Sebagai manusia, kita membutuhkan sarana untuk mengungkapkan dan menghayati iman. Dalam arti ini, pengakuan dari Vatikan tidak lagi menjadi syarat untuk boleh tidaknya tempat ziarah itu di kunjungi karena memang tidak ada pengakuan yang diperlukan.
Sebenarnya, bagaimana proses sebuah tempat diakui resmi oleh Vatikan sebagai tempat ziarah atau dalam hal ini adanya penampakan Bunda Maria?
Pengakuan Vatikan terhadap sebuah tempat ziarah biasanya merupakan peneguhan dari praksis ziarah yang cukup panjang. Praksis itu kemudian diteliti oleh bagian yang berwenang dalam hal iman. Penelitian biasanya berkaitan dengan pertanyaan, apakah praksis itu bertentangan atau tidak dengan ajaran iman resmi Gereja. Jika tidak bertentangan dan mendukung perkembangan iman umat serta tidak diragukan bahwa di tempat itu Bunda Maria menampakkan diri, maka Vatikan akan menegaskan apa yang sebetulnya sudah diyakini oleh umat bahwa benar Bunda Maria pernah menampakkan diri di tempat itu. Jika masih ada keraguan, biasanya pihak Vatikan tidak segera mengakuinya sampai cukup pasti. Namun, tidak mengakui secara resmi tidak berarti melarang. Praktik ziarah yang oleh sebagian orang nyatanya meneguhkan dan menumbuhkan iman tentu tidak dilarang. Kecuali jelas-jelas bertentangan dengan ajaran iman Katolik.
Agustinus Suprimanto
HIDUP NO.09 2014, 2 Maret 2014