Ciputat, Banten: Inkulturasi Paroki Nikodemus

1197
Misa Inkulturasi Jawa di Paroki St Nikodemus Ciputat.
[Emilianus Yakob Sese Tolo]

HIDUPKATOLIK.com – Memperingati Pentakosta, Paroki Santo Nikodemus Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, merayakan Misa Inkulturasi budaya Jawa di Paroki Ciputat, Minggu, 12/6. Ekaristi dihadiri sekitar 500 umat dari empat paroki berbeda, yaitu Paroki Barnabas Pamulang, Paroki Santo Yakobus Kelapa Gading, Paroki Santo Stefanus Cilandak dan Paroki Santo Nikodemus Ciputat.

Iringan musik Gamelan, tarian, pakaian, dan dekorasi yang sangat bernuansa Jawa membuat Misa inkulturasi ini berlangsung sangat kidmat dan meriah. Misa dipimpin Pastor Paroki Ciputat Alphonsus Setya Gunawan Pr didampingi Pastor Rekan Placidus Pole Unaraja CSsR dan Pastor Tamu Albertus Hendaryono Pr.

Pastor Setya Gunawan dalam kotbahnya menjelaskan, Roh Kudus yang tercurah pada hari Pentakosta telah mengubah para rasul yang sebelumnya sedih, cemas, dan takut menjadi bersemangat dan berani mewartakan kabar gembira Tuhan. “Roh Kudus yang sama itu masih terus mengubah dan memberanikan pengikut Yesus hingga saat ini,” tuturnya.

Misa inkulturasi ini diadakan untuk menggali dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan Jawa. Sebab diyakini, Roh Kudus telah mewahyukan diri-Nya dalam kebudayaan manusia. Oleh karena itu, momen turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta menjadi saat yang tepat untuk menyelami Roh Allah yang telah mewahyu dalam setiap kebudayaan lokal.

Menurut Koordinator Pelaksana, Stefanus Hartono, Misa inkulturasi di Paroki Ciputat diadakan setahun sekali dengan memperkenalkan kebudayaan yang berbeda setiap tahun. Tahun-tahun sebelumnya, kebudayaan Batak, Flores, dan Tionghoa, diangkat dan diperkenalkan kepada umat melalui Misa Inkulturasi. Usai misa, semua umat tampak tersenyum gembira dan memberikan ucapan selamat dan apresiasi kepada panitia yang telah menyukseskan perayaan Ekaristi ini yang telah dipersiapkan secara matang selama kurang lebih tiga bulan.

Pastor Setya Gunawan mengaku bangga dengan motivasi dan kreativitas umatnya dalam berliturgi dengan menampilkan nilai-nilai kebudayaan lokal yang ada. “Inilah kekayaan Gereja yang harus dijaga dan dihidupi untuk karya pewartaan Sabda Allah,” tukasnya.

Emilianus Yakob Sese Tolo

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini