Tinggal dalam Aku (Renungan Rabu, 25 Mei 2011)

209
Sumber Ilustrasi: margonolucas.wordpress.com

Kis 15:1-6; Mzm 122:1-2,3-4a-4b-5; Yoh 15:1-8

Perhatikan kartu-kartu undangan pernikahan di negeri kita ini. Sungguh menggelikan, karena sebelum atau sesudah nama yang tertera disertakan juga gelar-gelar yang ada. Jika rentetan gelar itu semakin panjang, semakin pula tercipta gambaran publik yang bergengsi tentang orang-orang itu. Seorang manusia, seorang pribadi, ditentukan oleh sesuatu yang hanya menempel pada lapisan luarnya saja.

Beberapa tokoh Yahudi berpegang teguh pada hukum Yahudi, sehingga mereka menuntut agar orang yang bukan Yahudi disunat terlebih dahulu sebelum bisa secara penuh diterima di kalangan murid Kristus. Mereka lupa, bahwa keselamatan bukanlah terutama mengikuti hukum, tetapi mengalami secara pribadi tokoh penyelamat itu sendiri. Seruan pemazmur menggemakan kesadaran penuh sukacita ketika mereka akan berjumpa secara pribadi dengan Tuhan sendiri: “Mari kita pergi ke rumah Tuhan dengan sukacita.”

Yesus menegaskan hal serupa. Perintah-Nya menjadi sangat tegas, yakni agar para pengikut-Nya tinggal di dalam Dia. Gambaran yang dimunculkan adalah sebuah kedekatan luar biasa antara seorang murid dan Yesus sendiri. Jika tidak hati-hati, perjalanan seorang murid bisa terkurung pada banyak patokan lahir tanpa pernah bisa sampai pada inti hati Yesus sendiri. Orang itu mungkin melakukan banyak hal baik, tetapi yang baik itu belum tentu buah yang berasal dari persatuan dengan Yesus.

Penulis: Deshi Ramadhani SJ

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini