Surat Gembala dalam Rangka Kepindahan ke KAJ

426
Mgr I. Suharyo Pr
[HIDUP/Angela Rianti]

HIDUPKATOLIK.com – Para Ibu/Bapak; Para Suster/Bruder/Rama; Kaum muda; remaja, dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus,

1. Sekitar dua belas tahun yang lalu, tepatnya pada 22 Agustus 1997, saya menulis surat bagi umat Katolik di Keuskupan Agung Semarang, dalam rangka menyiapkan diri menyongsong Tahun Yubileum Agung tahun 2000. Dalam rangka Tahun Yubileum itu, Almarhum Paus Yohanes Paulus II mengajak kita untuk bergembira dan bersyukur, merasakan kebahagiaan hidup sebagai orang beriman yang dianugerahi keselamatan. Dengan merayakan Tahun Yubileum Agung itu, kita juga mengungkapkan harapan kita akan datangnya tata kehidupan baru yang semakin bersaudara, adil, damai, dan sejahtera, “langit baru bumi baru”. Harapan inilah yang selama ini bersama-sama kita perjuangkan perwujudannya dalam berbagai kesempatan dan dengan berbagai cara.

2. Dalam rangka itu pulalah Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dirumuskan, berbagai pedoman diberlakukan serta berbagai wacana – misalnya Gereja sebagai peristiwa, Gereja yang signifikan secara internal relevan secara eksternal, penegasan bersama, pelayanan yang murah hati, dan berbagai wacana lain – dilontarkan. Semuanya diharapkan mengalirkan dinamika kehidupan umat beriman yang mengarah ke terbangunnya komunitas alternatif atau komunitas kontras: yaitu komunitas umat beriman yang hidup berdasarkan nilai-nilai Kerajaan Allah, bukan sekadar mengikuti arus zaman yang tidak selalu membawa kita semakin dekat dengan Allah, sesama, dan alam semesta.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

3. Agar harapan itu pelan-pelan dapat menjadi kenyataan, kita diundang untuk selalu membarui diri sebagai murid-murid Yesus. Kisah pengemis buta Bartimeus yang diwartakan pada hari ini dapat membantu kita dalam usaha mengembangkan hidup kita sebagai murid-murid Kristus. Perjumpaan Bartimeus dengan Yesus membuat dirinya yang tadinya buta (Mrk 10:46), menjadi melihat (ay 52). Ia yang tadinya hanya “duduk” (ay 46), lalu “berdiri” (ay 50) pergi mendapatkan Yesus. Ia yang semula hanya “di pinggir jalan” (ay 46), lalu “mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya” (ay 52). Ia menanggalkan jubahnya (ay 49), artinya “menanggalkan manusia lama… dan mengenakan manusia baru” (Ef 4:22; bdk Kol 3:9). Sikap dan kata-kata Yesus juga mengubah sikap para murid. Semula mereka menegor pengemis buta itu (Mrk 10:48). Sikapnya tidak bersahabat, kata-katanya tajam. Setelah Yesus menyuruh mereka untuk memanggil si pengemis itu, sikap mereka berubah menjadi bersahabat dan kata-kata mereka meneguhkan. Mereka berkata, “Kuatkan hatimu… Ia memanggil engkau” (ay 49). Tampak jelas bahwa perjumpaan-perjumpaan yang diceritakan dalam kisah ini merupakan saat-saat yang membarui dan meneguhkan kehidupan.

Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus,

4. Selama dua belas tahun melayani umat di Keuskupan Agung Semarang, saya banyak mengalami perjumpaan-perjumpaan seperti itu. Saya merasa diteguhkan dan berkembang dalam imamat serta dalam pelayanan dalam perjumpaan-perjumpaan seperti itu. Maka, pada akhir masa pelayanan saya sebagai Uskup di Keuskupan Agung Semarang, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih. Terima kasih kepada para Ibu/Bapak/Kaum Muda/Remaja, dan Anak-anak – pendek kata kaum awam – atas keterlibatan Ibu/Bapak/Kaum Muda/Remaja dan Anak-anak dalam kehidupan Gereja. Keterlibatan Ibu/Bapak/Kaum Muda/Remaja, dan Anak-anak sungguh membuat Gereja kita hidup. Saya berdoa, semoga keluarga-keluarga kita dilimpahi berkat, perlindungan, dan damai sejahtera. Terima kasih kepada para Suster dan Bruder atas pilihan hidup, kehadiran, dan pelayanan yang para Suster dan Bruder berikan. Kehadiran dan pelayanan para Suster dan Bruder amat menentukan wajah Gereja di Keuskupan Agung Semarang. Saya berdoa semoga komunitas-komunitas para Suster dan Bruder menjadi komunitas yang semakin memancarkan kasih Tuhan sendiri. Terima kasih kepada para imam, baik yang berkarya maupun yang tinggal di wilayah Keuskupan Agung Semarang. Kerja keras dan kerelaan untuk bekerjasama di antara para imam menjadikan pelayanan kita semakin murah hati dan cerdas. Saya berdoa agar para imam mengalami kegembiraan batin yang terpancar dalam hidup yang damai serta pelayanan yang semakin total dan tulus.

Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus,

5. Pada 25 Juli 2009 lalu, saya ditunjuk oleh Bapa Suci Benediktus XVI untuk menjadi Uskup Agung Koajutor di Keuskupan Agung Jakarta. Saya membutuhkan waktu cukup lama untuk mencoba mengerti dan memaknai kehendak Tuhan dalam penunjukan ini. Saya menerima perutusan ini dengan lapang hati ketika saya sampai pada keyakinan bahwa yang mengutus saya adalah umat Keuskupan Agung Semarang. Pimpinan Gereja memanggil saya, Keuskupan Agung Semarang mengutus saya, dan saya menerimanya karena saya yakin bahwa hidup adalah anugerah yang selalu harus dibagikan. Terima kasih atas sekian banyak doa yang dipanjatkan untuk saya dalam rangka penerimaan tugas baru ini. Kalau pernah ada yang baik yang saya lakukan dalam pelayanan saya selama ini, semuanya itu adalah buah dari doa-doa seluruh umat. Bekal doa ini pulalah yang akan saya bawa dalam menjalankan tugas pelayanan saya selanjutnya. Saya akan berangkat pada hari Selasa, 27 Oktober 2009 dan akan diterima di Keuskupan Agung Jakarta pada hari Rabu, 28 Oktober 2009. Marilah kita saling mendoakan agar kita dapat menjalankan perutusan kita masing-masing yang berbeda-beda, demi kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesama.

Doa rosari bersama umat // Di hutan hidup kawanan lebah // Hari pertama bulan sepuluh // Di sawah tumbuh rumpun padi … Hati gembira penuh semangat // Matahari terus berubah // Bunda Maria tempat berteduh // Kasih Tuhan kekal abadi.

Berkah Dalem,
Semarang, 13 Oktober 2009
I. Suharyo – Uskup Keuskupan Agung Semarang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini